Beranda / Pernikahan / ONE DAY IN MY LIFE / Bab 5 Diskusi Bersama

Share

Bab 5 Diskusi Bersama

Penulis: Idry2ni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-26 19:25:27

Di Kediaman Gael

Malam harinya, aku menceritakan semua yang terjadi hari ini pada Gael. Dari melaksanakan kencan buta, lalu adegan memalukan dengan Max, setelah itu membantu Max dan yang terakhir tentang masalah keluargaku.

Tidak sedetikpun Gael mengalihkan perhatiannya pada Shella. Ia terus mendengar cerita Shella hingga akhir.

"Jadi... Keluargamu masih berusaha untuk menikahkan mu?"

"Begitulah... Aku mengikuti kencan buta agar aku bisa melakukannya. Akan tetapi sepertinya itu sia-sia."

Gael sedikit memutar ingatannya tentang pria bernama Max yang diceritakan oleh Shella. "Bagaimana jika kau menerima bantuan dari Max? Bukankah dia mengatakan kepadamu jika kau bisa membantunya, maka dia juga akan membantumu?"

Aku terpikirkan wajah Max. Sebenernya tidak ada yang salah jika aku mengikuti perkataan Gael. Lagi pula Max adalah pria yang sempurna di antara pria-pria yang pernah aku temui. Tetapi aku merasa itu cukup sulit, karena pertama-tama aku harus membantu Max untuk lepas dari Elisa? Dan jika aku perhatikan dengan saksama, Elisa adalah wanita yang berada di level tertinggi untuk seseorang yang terobsesi dengan mantan kekasihnya. Apa aku bisa membantu Max? Aku benar-benar tidak yakin.

Gael melambaikan tangannya di hadapan Shella. "Kau melamun?"

Aku pun menatap tajam kearah Gael.

"Hei... mengapa kau jadi menatapku seperti itu? Menakutkan sekali melihatmu seperti itu Shella."

"Maaf... Aku hanya tidak mengerti alasan Elisa begitu terobsesi dengan Max. Jika level obsesi Elisa sudah berada di puncak atau yang artinya sudah tidak dapat ditolong, bagaimana? Kemungkinan aku juga akan dalam bahaya bukan?" tanya ku.

Gael memajukan dirinya. "Benar! Shella... Apakah Max mengatakan sesuatu yang lain tentang Elisa itu? Seperti sesuatu yang terdengar aneh dan tidak wajar?" Gael hanya berpikir normal. Seandainya seseorang benar-benar terobsesi dalam tingkatan yang berbahaya, kemungkinan perilaku mereka akan menjadi liar. Seperti mencelakai seseorang yang mencoba merebut milik mereka.

Aku terdiam dan mencoba mengingat perkataan Max tentang Elisa. Saat aku tengah berusaha keras tiba-tiba sekilas ingat tentang hal itu muncul. "Aa... Aku rasa Max pernah mengatakan kepadaku, jika Elisa mungkin saja akan mengikutiku karena dia telah mengenalku. Apa mungkin maksudnya..."

"Dia mengincar mu, Shella!"

"Apa!? Jadi... Aku harus berbuat apa Gael?" Tentu aku seketika panik. Aku baru bisa berpikir hingga ke sana karena Gael. Mungkinkah? Aku akan di jadikan objek pembunuhan akibat terlibat dengan wanita itu?

Wajah Shella terlihat panik, untuk itu Gael langsung memeluk Shella. "Jangan khawatir. Kau bisa berdiam di sini sementara waktu. Aku akan menjagamu." Ia pun melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Shella. "Tetapi kita tidak tahu apakah pemikiran kita ini benar atau tidak. Jadi kau harus memastikannya sendiri Shella."

"Apa maksudmu memastikannya sendiri Gael?"

"Beraktivitas lah seperti biasa. Jika kau merasa ada sesuatu yang terasa janggal. Maka saranku temui Max dan bicarakan ini dengannya? Namun jika tidak terjadi apa-apa, itu artinya dugaan kita salah. Kau mengerti kan?"

"Baiklah aku akan memastikannya dahulu."

Apartemen Nissin lantai lima nomor 503.

Max tengah tidur dengan kondisi kamar tanpa biasan cahaya. Akan tetapi setengah jam kemudian ia terbangun dari tidur nyenyaknya akibat suara bel yang terus berbunyi. Ia tidak tahu siapa yang pada tengah malam seperti ini mengunjunginya, dngan rasa malas Max menuruni ranjang dan beranjak ke pintu Apartemen.

Sebuah layar penghubung atau interkom di sentuh oleh Max untuk mengetahui siapa yang menekan belnya berulang kali. Akan tetapi ia tidak melihat ada seseorang yang muncul di layar. "Apa ini hanya lelucon?" Max coba memastikan untuk terakhir kalinya sebelum masuk kedalam dan melanjutkan kembali tidurnya yang tertunda.

Jam 01:23. Max kembali terbangun dengan alasan yang serupa yaitu bel Apartemen nya berbunyi. Namun kali ini sedikit berbeda dari sebelumnya. Jika sebelumnya bunyi bel tersebut tanpa henti lalu tiba-tiba tidak berbunyi lagi, berbeda dengan sekarang, di mana bel itu berbunyi tetapi memiliki jeda seperti seseorang sengaja memainkannya dengan lambat.

Max pun akhirnya memilih untuk memeriksa apa yang terjadi. Tibanya Max di depan pintu, suara bel masih terdengar. Dengan rasa penasaran juga takut ia akhirnya membuka pintu secara cepat. Ia sempat terkejut dengan kedatangan seorang wanita bermasker membawa sebuah kotak kado. "Siapa?"

"Paket," ucap wanita tua dengan senyum bergaris-garisnya.

Tubuh Max pun terkejut saat wanita bermasker itu menyodorkan kotak kado secara tiba-tiba kemudian pergi begitu saja. Max memandangi kotak kado tersebut dan segera menutup pintu Apartemen nya.

Max membawa kotak kado tersebut sampai ruang tamu dan meletakkannya dimeja begitu saja. Entah mengapa ia teringat Elisa. Mungkinkah ini perbuatan Elisa? Tetapi ia sangat penasaran dengan isi di dalam kotak kado tersebut dan dengan sedikit keberanian Max membuka kotak kado tersebut sembari berdiri.

Kotak kado tersebut akhirnya terbuka dan menampilkan sebuah potret bergambar yang terbalik. Max berinisiatif mengambil gambar tersebut dan membaliknya. Dipotret bergambar tersebut terlihat dua orang wanita tengah menikmati makanan mereka disalah satu supermarket. Ia tidak tahu apa maksud dari gambar ini. Namun akhirnya ia menangkap sesuatu, di mana digambar tersebut ada dua orang wanita dan jika diperhatikan secara saksama salah satu wanita itu ternyata adalah Shella, wanita yang ditemui Max hari ini.

"Sial! Jangan-jangan ini Elisa yang berniat mencelakai Shella!" Max memasukkan potret bergambar tersebut kedalam saku celananya dan segera pergi ke tempat yang sama dengan yang ada digambar tersebut.

Di Supermarket

Aku dan Gael tengah duduk di depan supermarket yang dekat dengan rumah Gael, mungkin sekitar 50 meter dari rumah. Sebenernya kami sudah berada di sini cukup lama akan tetapi di antara kami berdua tidak ada yang engga untuk pulang.

"Ternyata berada di luar rumah sangat menyegarkan," ucap Gael.

"Selain menyegarkan. Kau bisa saja kedinginan dengan pakaian sependek itu?" Walaupun aku tahu kebiasaan Gael yang sangat anti terhadap pakaian normal, setidaknya Gael keluar dengan memakai jaket atau sweater untuk meminimalisir angin malam yang sangat sejuk seperti ini bukan? Bukan malah menggunakan pakaian crop top dan celana sebatas paha.

Gael hanya tersenyum menanggapi perkataan Shella. Bagi Gael bisa memiliki seorang teman seperti Shella adalah sebuah anugerah terindah dalam hidupnya. Ia menatap wajah Shella. "Kau sangat cantik."

"Sepertinya kau sakit Gael. Lihat saja cara bicaramu itu?"

"Tidak. Kau memang cantik dan... Seksi..." Gael merendahkan nada bicaranya saat mengatakan kata seksi.

Aku meletakkan kedua tanganku di wajah Gael. "Berhenti mengatakan itu. Saat kau yang mengatakannya itu terdengar aneh." Tadinya aku mengira Gael benar-benar menuruti perkataanku namun tiba-tiba Gael kembali mengatakan hal itu. "Gael berhenti-"

"Shella!!"

Seketika aku menoleh ke asal suara yang memanggil ku. Aku cukup terkejut karena yang memanggil ku adalah Max. "Max? Apa yang dilakukan nya ke sini?"

Bab terkait

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 6 Kesepakatan Singkat

    Di Kediaman Gael. Karena kedatangan Max yang tiba-tiba dan penjelasan Max begitu sulit dimengerti akhirnya Gael membawa Max kedalam rumah bersama dengan Shella. Max duduk di ruang tamu bersama Shella dan seorang wanita. Max melempar sebuah paper bag mini kemeja. "Lihatlah apa yang membuatku ke sini dengan terburu-buru." Gael segera mengambil paper bag tersebut dan membukanya, di dalam paper bag tersebut ada sebuah kotak kado. Tanpa banyak mengajukan pertanyaan Gael membuka kotak kado tersebut yang berisi sebuah potret bergambar. Gael memperhatikan gambar tersebut. "Ini kau Shella, dan aku saat di Supermarket. Mengapa gambar ini diberi tanda silang?" Mendengar perkataan Gael aku langsung merampas gambar di tangannya. Setelah aku perhatikan ternyata benar, jika gambar tersebut adalah aku dan Gael ketika kami di Supermarket. Tetapi hal yang membuatku tercengang adalah gambarku di potret itu diberi tanda silang bertinta merah. Akupun menatap Max dan mengayunkan potret bergambar tersebu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 7 Pernikahan

    Tidak ada yang mampu membuka suaranya setelah apa yang telah dikatakan Shella. Baik itu pihak keluarga maupun Jia. Setelah suasana sesuai seperti harapan ku. Aku berpikir tentang harta peninggalan ayah yang akan aku terima ketika menikah nantinya. Membayangkan dengan harta peninggalan ayah aku bisa hidup dengan bahagia membuat ku merasa lebih baik. "Kau? Kau melanggar peraturan keluarga kita Shella," ucap Jia. Sejujurnya ia tidak tahu harus merespon seperti apa? Tetapi yang pasti perbuatan Shella telah menyalahi peraturan keluarga mereka dan itu tidak bisa dibiarkan. "Lalu? Apa aku telah melakukan kejahatan?" balasku. Jia berdiri dan menghampiri Shella. "Aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu Shella? Bagaimana bisa kau begitu tidak tahu malu? Sebagai Ibumu aku akan memberikan sebuah saran, walaupun semuanya sudah terlanjur terjadi... Kau dan Pria pilihanmu ini... Kalian tidak bisa menikah!" "Apa? Kau pikir siapa dirimu berani mengaturku?" Aku berdiri dan dengan berani menatapny

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 8 Apartemen Max

    Setelah satu jam berlalu pernikahan Max dan Shella pun usai. Max membawa Shella ke Apartemen nya untuk ditinggali bersama. Awalnya Shella bersikukuh untuk pindah Apartemen dan tidak ingin tinggal satu atap tetapi Max menolak karena kemungkinan besar Elisa bisa saja berbuat yang tidak-tidak pada Shella nantinya. Mereka sudah tiba di Apartemen dan Max selaku pemilik menyambut Shella sebaik mungkin. Ketika Shella masuk ke Apartemen nya Max memberi tahu kamar tamu yang akan ditempati oleh Shella. Lalu mereka berpisah karena sibuk dengan urusan pribadi. Di Kamar Tamu Aku meletakkan seluruh barang-barang ku di dekat lemari tanpa berkeinginan membongkarnya. Justru yang lebih penting menurutku adalah istirahat. Aku menaiki ranjang dan membaringkan tubuhku di atasnya dengan nyaman. Walaupun tempat tidur ini terlihat begitu asing entah mengapa aku begitu merasa nyaman. Aku berganti posisi dengan berbaring menyamping. "Ayah... Maaf karena aku tidak menjadi Putri yang membanggakan bagi keluarga

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 9 Keingintahuan Alex

    Hari sudah mulai menunjukkan tanda-tanda akan berganti malam dan aku masih sibuk dengan beberapa pekerjaan kantor yang belum juga selesai. Alex berada di luar ruangan kantor tepatnya di samping pintu masuk. Sebenernya ia sudah menyelesaikan pekerjaannya lebih dari satu jam yang lalu, tetapi ia lebih memilih untuk menunggu Shella di luar ruangan. Bisa dikatakan Alex tidak mempunyai rasa malu setelah ditolak oleh Shella secara mentah-mentah dan sekarang? Alex menunggu Shella untuk pulang bersama. Dibalik kata menunggu ada sesuatu yang ingin dikatakannya secara langsung pada Shella dan itulah yang membuatnya berada di situasi sekarang. "Berapa lama lagi dia akan keluar?" ucap Alex. Mataku berbinar karena akhirnya aku berhasil menyelesaikan pekerjaanku dengan baik. Tidak ingin berlama-lama, aku segera bangkit dan membawa semua paper bag yang dihadiahkan oleh teman-temanku dengan cukup susah payah. "Apa pekerjaanmu sudah selesai Shella?" tanya Laya yang masih berkutat dengan lebaran ker

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 10 Pemerintah Maaf Alex

    Sudah beberapa menit berlalu setelah Max mengobati pergelangan tanganku, akan tetapi degup jantungku tetap pada posisi semula yang tetap berdetak secara tidak beraturan. Aku menggenggam pergelangan tanganku seraya tersenyum. "Tidak bisa dipungkiri bahwa Max sungguh tampan. Mungkin... Dia adalah Pria paling tampan yang pernah aku temui selama hidupku..." Segera aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan karena malu. "Apa yang ku katakan... Ah!" Keesokan paginya, Max bangun lebih awal dan menyiapkan sarapan. Kemungkinan ada beberapa hal yang seharusnya di bahas nanti seperti pengeluaran konsumsi atau lain-lain. Bukan ia perhitungan tetapi inilah fakta ketika mereka berdua menjalin hubungan pernikahan kontrak yang berarti kedua belah pihak harus saling membantu untuk mencapai tujuan akhir yang baik. Waktunya sangat tepat, kini Shella keluar dari kamar dengan pakaian rapinya. "Shella." Aku langsung menoleh saat Max memanggil ku. "Ada apa?" "Bisa kau duduk sebentar." Sebenarnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • ONE DAY IN MY LIFE    bab 11 Kunjungan Gael

    Gael tengah bersiap-siap untuk pergi ke Apartemen yang menjadi tempat tinggal Shella yang baru. Sebagai seorang sahabat tentu ia senang menyadari kenyataan bahwa Shella telah menikah walaupun hanya pernikahan kontrak. "Apa ini sudah cukup sebagai hadiah pernikahan? Apa aku sedikit berlebihan?" Gael membuka bagasinya yang penuh dengan berbagai macam hadiah. Mungkin saja Shella akan mengatakan jika dirinya berlebihan. Di Apartemen Aku dan Max tengah duduk di ruang tamu seraya membicarakan beberapa hal yang berkaitan dengan pembagian tugas. Akhirnya suara bel membaut aku dan Max saling beradu pandang sebelum akhirnya Max bangkit dan memeriksa. Apakah Elisa sudah mulai bertindak lagi? Max tidak berharap jika yang bertamu adalah Elisa. Saat membuka pintu ia lantas mengenali siapa tamu yang datang. "Kau..." Gael tersenyum. "Di mana Shella?" Max menatap barang-barang yang dibawa oleh Gael yang cukup menyita perhatiannya. "Masuklah..." Aku akhirnya bangkit dan tersenyum puas saat melih

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 12 Tamu

    Di Kediaman Jia Aku terpaksa membawa Max masuk ke dalam rumah keluarga ku karena beberapa urusan tentang waris harta peninggalan ayah. Pagi-pagi buta Jia meneleponku dan memintaku untuk datang ke rumah. Rasa malas tentu menyelimuti ku karena aku sungguh tidak berkeinginan datang kembali dan menginjakkan kaki ku di sana. Tetapi Jia? Wanita itu terus memaksa dan memaksa hingga aku berkahir di sini. "Hanya satu tanda tangan lalu aku bisa pergi bukan? Jadi tolong cepatlah," ucapku. Rose sejak tadi tidak henti-hentinya memandangi pria yang berada di dekat Shella. "Kakak..." Akhirnya ia pergi mendekat lalu duduk di antara Shella dan Max. Rose memeluk tangan Shella dengan mengukir sebuah senyum. "Mengapa kau tidak pernah berkunjung... Aku sangat merindukanmu di sini..." "Benarkah... Maafkan aku Rose sayang. Bagaimana dengan sekolah mu? Apa semuanya baik-baik saja?" Rose makin mempererat pelukannya. "Sepertinya aku sedikit kesulitan karena Kakak tidak berada di rumah." Aku mengusap pucu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 13 Badut

    Max tertidur dengan bercucuran keringat dan aku sempat mendengar jika Max bergumam menyebut ayah dalam tidurnya. Aku berdiri dari jarak yang cukup jauh hanya untuk memastikan keadaan Max. Setelah beberapa menit berlalu aku tidak lagi mendengar gumaman Max. Aku pun memutuskan untuk pergi dari kamarnya. Pukul 02:45 malam, Max terbangun dari tidurnya dengan derasnya cucuran keringat. Ia menarik napas perlahan untuk menenangkan dirinya. "Huh... Sial... Aku terus bermimpi buruk." Max turun dari ranjangnya berjalan ke arah pintu dan berjalan keluar dari Apartemen untuk mencari ketenangan sesaat. Angin malam menyapu wajahnya dan pakaian basah yang ia kenakan. Max benar-benar terlihat seperti seseorang yang habis terjun bebas ke kolam renang. Ia membuka bajunya dan duduk di depan pintu Apartemen. "Aku benci mengingat kedua orang itu, daripada Elisa... Mengapa mereka selalu muncul dalam bayang-bayang ku." Kisah masa lalu Max tidak cukup bagus dalam segi kata sebuah keluarga. Redup tidak berw

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15

Bab terbaru

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 64 Thomas

    Dengan pisau yang berada di tangannya ini, Martin akan mengakhiri semuanya.Akhirnya Martin telah mendapatkan sidik jari Thomas di surat yang ia bawa. Segera ia memasukan kembali surat penting itu dan kini ia akan menjalankan rencana keduanya.Matanya menatap Thomas. "Kau tidak perlu khawatir Thomas. Karena setelah ini semuanya akan berkahir, jadi hiduplah lebih baik lagi di kehidupan mu yang baru? Selamat tinggal-"Kepala Martin berdenyut ketika mendapati sebuah benda tumpul berukuran kecil menghantam kepalanya dengan begitu kuatnya, hingga ia terhuyung.Setelah mendapatkan peluang aku segera mengambil handphone yang tengah mengeluarkan cahaya itu untuk memantau kondisi ayah Max. Aku memeriksa detak jantung dengan indra pendengaran ku dan mendapati jantung ayah Max masih berdetak."Syukurlah... Aku harus segera membawanya sebelum orang itu kembali bangun?" Perlahan-lahan aku berusaha mencari cara untuk memindahkan ayah Max, karena alat medis di samping tubuhnya terpasang begitu banya

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 63 Pertarungan

    Perlahan-lahan aku berhasil membuka mataku dan aku langsung mengingat hal yang aku dan Max lakukan malam tadi. Wajahku pun memerah karena mengingat kejadian itu. Segera aku pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru dan mencari Max karena dia tidak berada di ranjang.Sejak tadi Max selalu memandangi gelas kosong. Pikirannya benar-benar tidak dapat terkontrol malam tadi dan terjadilah hal itu. Sebagai seorang pria tentunya Max sangat menantikan momen tersebut namun ia hanya sedikit takut jika saat Shella bangun maka dia akan terkejut dan mungkin saja marah padanya, walaupun terlihat tidak mungkin karena malam tadi Shella yang dengan senang hati melakukannya, ia bahkan berulang kali mencoba menahan diri tetapi Shella sepertinya menerima.Hari ini mungkin akan lebih baik jika Max menghindari Shella sedikit? "Bagaimana jika dia benar-benar hanya bercanda dan tidak melakukannya dengan senang hati-""Kau seperti orang gila, berbicara seorang diri Max?" sela Daniel yang awal

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 62 Lingkungan Baru

    Segera Gael mendongak setelah mendengar perkataan Alex. "Apa... Apa maksudmu?"Wajah yang tampak tidak ingin berkata jujur itu membuat Alex tersenyum. "Katakan padaku kenapa Allen bisa menyukaimu?"Gael terdiam, ia benar tidak salah dengar bukan? Alex mengatakan tentang kenapa Allen menyukainya? Tetapi kenapa Alex tahu, mungkinkah Allen telah lebih dulu memberitahu Alex sebelumnya?"Allen yang mengatakannya padamu?"Alex menyatukan alisnya, sepertinya Gael tidak paham candaannya. "Lupakanlah! Aku akan pergi mencari sesuatu jadi pastikan Lily tidak mencari ku?" Gael menatap Lily yang tertidur pulas dengan jaket Alex sebagai selimutnya. Setelah kepergian Shella, Lily menjadi dekat dengan sosok Alex dan bahkan Lily tidak ingin bermain apapun bersama Gael.Tetapi itu cukup menguntungkan bagi Gael karena ia tidak harus bersusah payah menjaga Lily dan ia juga bisa menghabiskan waktu dengan Allen."Apa aku salah mendengar dari Dokter jika kau akan segera b

DMCA.com Protection Status