Terima kaish atas dukungannya Semoga suka. See Soon.
Mahira kebingungan karena warga pergi mandi ke Sungai. Wanita itu tidak terbiasa mandi di tempat terbuka.“Ada apa?” tanya Ryo yang melihat Mahira ragu untuk turun ke air.“Apa kita mandi di sini?” Mahira menatap Ryo. Wajah wanita itu tampak khawatir.“Ya. Ada apa?” Ryo tersenyum melihat wajah Mahira yang kebingungan.“Bagaimana bisa aku mandi di tempat seperti ini?” Mahira memperlihatkan laut wajah yang takut.“Anda bisa mandi di sana.” Ryo menunjukkan tempat mandi yang tertutup.“Oh syukurlah. Aku pikir harus berbaur dengan semua orang.” Mahira tersenyum. “Hahaha.” Ryo tertawa.“Aku pergi dulu,” ucap Mahira.“Hati-hati. Bebatuan licin.” Ryo memperhatikan Mahira.“Ya. Terima kasih.” Tubuh Mahira sudah sangat gerah dan kotor. Dia sudah tidak sabar mau membersihkan diri. Setelah itu mereka akan makan malam bersama tim di tenda yang telah disiapkan.“Airnya segar sekali. Aku sudah lama tidak mandi di Sungai.” Mahira berendam di dalam air yang berasal dari mata air alami.“Tubuh dokter M
Mahira sengaja berlama-lama makan. Dia berharap Elvis telah meninggalka tendanya. Wanita itu bercengkrama dan bercanda dengan tim relawan.“Dok, di sana banyak cowok,” ucap seorang wanita berbisik kepada Mahira.“Cowok.” Mahira menoleh dengan tatapan bingung.“Ya. Pertugas damkar telah membuat tenda dan akan menginap di sini selama satu minggu sama dengan kita. Besok ada acara perkenalan tim medis dan tim penyelamat,” jelas wanita itu.“Oh.” Mahira tersenyum.“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Ryo tersenyum.“Tidak apa, Dok. Ini urusan wanita,” jawab wanita itu.“Mm.” Mahira tersenyum dan melihat ke arah para pria dengan setelan biru yang sedang membuat tenda mereka.“Kenapa mereka terlambat datang? Padahal jauh lebih dibutuhkan,” ucap Mahira.“Sudah berganti orang. Tim satu sudah datang,” jelas rekanya.“Oh.” Mahira mengangguk.“Takutnya ada gempa susulan di pulau itu,” ucap rekan Mahira.“Apa ada warga di sana?” tanya Mahira.“Ada. Mereka akan dipindahkan besok dengan bantuan tim dam
Mahira mengunci mulutnya. Dia berpikir cukup dalam dalam diam. Pria itu benar-benar bingung dengan sikap Elvis yang tidak ingin bercerai darinya.“Aku mau gosok gigi,” ucap Mahira. “Di mana?” tanya Elvis.“Di luar tenda. Ada keran dan kamar mandi umum,” jawab Mahira.“Kembali lebih cepat,” tegas Elvis melepaskan pelukannya pada Mahira.“Aku juga sudah mengantuk.” Mahira segera beranjak dari kasur dan keluar tenda.“Jangan berpikir untuk lari karena aku mampu mengacaukan lokasi ini dengan mudahnya,” ancam Elvis. “Sial! Sial.” Mahira mengumpat sendirian. Dia benar-benar kesal dengan keberadaan Elvis. Hidupnya menjadi tidak tenang.“Ada apa dengan Elvisl? Apa yang dipikirkannya? Kenapa dia tidak menikah saja dengan Sasa dan melepaskan diriku? Aku tidak mau berurusan dengan mereka.” Mahira bicara sendiri. Dia harus kembali ke tenda dan tidak bisa pergi keman-mana.Elvis mengintip Mahira yang memukul sikat gigi ke pohon untuk meluapkan kekesalan. Wanita itu dengan berat hati untuk kembali
Elvis terlihat sibuk dengan pekerjaannya. Pria itu tampak tenang meninggalkan Mahira. Dia yakin wanita itu tidak akan dekat dengan lelaki mana pun.“Apa yang kamu dapatkan?” tanya Elvis.“Bos. Sasa benar-benar punya banyak koneksi,” jawab Rino. “Apa?” Elvis menatap Rino.“Lihatlah! Selama berada di luar negeri dia menjalin hubungan yang tidak biasa dengan beberapa pengusaha selama kuliah,” jelas Rino memperlihatkan layar computer kepada Elvis. “Aku tidak percaya dengan semua ini. Perempuan yang begitu aku jaga seperti adik sendiri dengan penuh cinta dan kasih sayang, tetapi memanfaatkan semua kebaikanku untuk menghancurkan hubunganku dengan Mahira.” Elvis mengepalkan tangannya.“Dia terlalu mencintai Anda sehingga kecewa ketika tahu Anda telah menikah,” ucap Rino.“Beli tiket pulang ke Indonesia. Aku akan menyelesaikan ini semua,” tegas Elvis.“Kita berdua atau bertiga?” tanya Rino.“Bertiga. Aku akan membawa Mahira ikut pulang bersama kita,” jawab Elvis. “Baik, Bos. Anda mau pulang
Mahira yang berada di dalam pondok tidak tahu bahwa dia telah ditinggalkan. Wanita itu hanya merasakan angin yang berhembus sangat kencang yang membawa butiran air laut.“Kenapa Anda masih di sini?” tanya seorang pemuda dengan pakaian adat desa.“Kenapa kamu tidak naik ke kapan?” Mahira balik bertanya. Wanita itu masih memeluk tubuh nenek. Dia terbiasa melihat kematian di depan matanya. Itu adalah salah satu tanggung jawabnya sebagai seorang dokter.“Aku akan membawa nenek pergi ke peristirahatan terakhir. Harusnya Anda tidak berada di sini,” ucap pemuda itu melepaskan tangan nenek yang masih menggenggam tangan Mahira.“Mau dibawa kemana?” tanya Mahira beranjak dari kursi kayu mengikuti pemuda itu.“Ikutlah dengan kami.” Pemuda itu membaringkan nenek pada perahu yang ada di dalam rumah.“Hah!” Mahira terkejut melihat perahu kayu yang dihiasi dengan bunga, buah dan dedaunan. Terlihat cantik dan meriah. Ada kain putih yang menjadi alas perahu.“Naiklah! Kita tidak punya banyak waktu lagi
Semua tidur dengan tidak tenang. Mereka takut akan kedatangan bencana yang lebih besar. Elvis yang sangat mengantuk pun terlelap.Matahari bersinar sangat cerah. Butiran embun mulai menguap ke udara. Kabut terlihat menyingkir tertiup angin. Para warga dan tim penyelamat berlari menuju pantai. Mereka berharap Mahira kembali dalam harapan yang tidak pasti. “Ayo kita turun ke laut untuk mencari dokter Mahira!” teriak kapten Yamazaki.“Kenapa ramai sekali.” Elvis membuka mata dan terkejut melihat langit yang sudah terang.“Mahira.” Dia tidak tahu bahwa mobil sudah mendekati daerah pengungsian.“Sepertinya dokter Mahira hilang,” ucap sopir berlari mendekati mobil.“Apa?” Elvis segera turun dari mobil dan memegang kerah kemeja sopir.“Ada apa, Bos?” Rino pun ikut keluar.“Tim penyelamat akan menjelajahi lautan untuk mencari dokter Mahira. Itu yang saya dengar,” jelas sopir ketakutan.“Bagaimana bisa Mahira hilang?” tanya Elvis dengan nada tinggi.“Dia ikut tim evakuasi ke pulau,” jawab sopi
Elvis lebih memilih memanjat pohon dan batu besar dari pada turun ke air karena dia bisa menebak bahwa ada hewan laut yang mampu mengancam nyawanya.“Untung ada tali.” Elvis melempar tali ke dahan pohon. Dia tahu batuan sangat licin dan tajam sehingga pria itu harus berhati-hati.“Sial!” Baru setengah Elvis sudah bertemu dengan ular yang cukup besar. Melingkar di dahan pohon yang lain. Dia segera mengeluarkan bubuk racun sehingga tidak perlu melukai ular. Hewan itu akan jatuh dengan sendirinya.“Hm. Peralatan tim penyelamat cukup bagus dan lengkap.” Elvis melanjutkan memanjat pohon. Dia harus memeriksa seberang pulau untuk memastikan ada atau tidaknya Mahira.Elvis telah berada di atas puncak batu besar yang berhimpit dengan pohon raksasa. Pria itu dengan susah payah bisa berhasil menaklukan alam liar. Dia memperhatikan sekeliling.“Mahira.” Elvis melihat seorang yang tergeletak dia atas pasir dengan kondisi masih tidak sadarkan diri. Pria itu terburu-buru untuk turun dari batu besar.
Ryo menatap Elvis dan melihat pada Mahira yang hanya diam saja. Wanita itu pun bingung berada diantara dua pria.“Lepaskan tangan Mahira! Dia is….” Kalimat Elvis terpotong karena mulutnya ditutup Mahira. “Dokter Ryo. Apa Anda bisa meminta bantuan untuk menjemput kami? Sebagai seorang dokter aku tidak bisa meninggalkan pasien yang sedang terluka,” jelas Mahira tersenyum.“Baiklah.” Ryo mengangguk dalam bingung dengan sikap Mahira yang tiba-tiba menutup mulut Elvis.“Bos!” teriak Rino dengan semangat. Pria itu membawa tim penyelamat yang dibayar dengan uang Elvis. “Ayo, Mahira.” Elvis segera menggendong Mahira. “Eeh!” Mahira terkejut. “Ini untuk Anda, Pak.” Rino memberikan Jet Ski untuk Elvis.“Pegang yang kuat.” Elvis menurunkan Mahira di atas Jet Ski. Pria itu duduk di balik kemudi. Dia menarik tangan sang istri dan melingkarkan di pinggangnya.“Hah!” Mahira hanya bisa menurut. Dia ikut binngung dnegan pergerakan cepat Elvis. Ryo pun menjadi diam seribu bahaya. “Maaf, Dok. Dokter
Sasa hilang tiada kabar dan Elvis tidak peduli karena pria itu memang ingin menyingkirkan wanita itu dari kehidupannya. Mahira yang telah mengikuti program kehamilan akhirnya berhasil. Dia mengandung bayi sesuai harapan.Elvis sangat mencintai istrinya begitu juga dengan keluarganya. Mereka meminta maaf dan berharap bisa menjadi keluarga seutuhnya.“Sayang, kamu tidak boleh melakukan apa pun yang membuat lelah.” Elvis mengusap perut Mahira yang besar.“Aku hanya duduk dan makan.” Mahira tersenyum.“Cepatlah keluar agar ibu kalian tidak keberatan membawa kemana-mana.” Elvis mencium perut Mahira.“Hahaha. Apa sih? Tidak lama lagi juga mereka lahir.” Mahira mengusap kepala Elvis.“Aku kasian melihat kamu sudah kesusahan dengan perut yang besar.” Elvis menatap Mahira.“Tidak susah. Inilah keajaiban wanita hamil. Mereka diberikan keistimewaan.” Mahira menyentuh pipi Elvis dengan kedua tangannya.Elvis terus menemani Mahira di rumah. Pria itu tidak pergi ke Perusahaan karena sang istri sedan
Leo dan Sasa makan hingga selesai. Keduanya tampak semakin dekat. Sasa pun merasa dihargai oleh pria tampan.“Apa kamu sudah mau kembali?” tanya Leo.“Bagaimana dengan kamu?” Sasa balik bertanya.“Aku akan mengikuti keinginan kamu,” ucap Leo.“Apa rumah makan ini bisa bergerak mendekat ke sana?” Sasa menatap Leo.“Tentu saja. Apa kamu mau bertemu dengan mantan?” tanya Leo.“Apa kamu mau pura-pura jadi kekasihku?” Sasa tersenyum malu.“Jadi kekasih sesungguhnya pun boleh,” ucap Leo.“Benarkah? Apa kamu tidak berbohong padaku?” Sasa memegang tangan Leo.“Tentu saja. Aku akan membawa kamu mendekati mereka. Tunggu di sini.” Leo melepaskan tangan Sasa.“Terima kasih.” Sasa benar-benar senang. Dia melihat Leo pindah ke perahu dan berbicara dengan pelayan.“Sasa, kamu duduklah dengan tenang dan berpegangan. Kami akan menarik gazebo,” ucap Leo.“Ya.” Sasa mengangguk.“Apa sudah siap?” tanya Leo.“Siap.” Sasa berpegangan pada tiang gazebo.“Maaf, Pak. Kita harus lebih ke tengah karena lewat tep
Makan malam romantic di tengah laut telah siap. Mahira dan Elvis diantar dengan perahu untuk bisa sampai ke tujuan.“Cantik sekali.” Mahira memperhatikan sekeliling.“Apa kamu suka?” tanya Elvis.“Tentu saja. Terima kasih, Sayang. Ini adalah makan malam yang romantic.” Mahira merebahkan kepalanya di lengan kekar Elvis. Pasangan itu benar-benar menikmati hari-hati yang tenang dan bahagia.“Tidak perlu terima kasih, Sayang. Aku senang bisa membuat kamu bahagia dan suka.” Elvis mencium dahi Mahira.“Mm.” Mahira mengangguk.Perahu yang bergerah santai itu tiba di sebuah gazebo yang berada tepat di atas laut lepas. Makanan telah tersaji dengan dua pelayan siap memberikan pelayanan terbaik untuk tamu Istimewa. “Selamat datang, Pak Elvis dan Ibu Mahira.” Sepasang pelayan tersenyum kepada Mahira dan Elvis.“Kalian boleh pergi!” perintah Elvis. Pria itu hanya ingin berdua dengan Mahira.“Baik, Pak. Kami permisi.” Pelayan pun naik ke atas perahu dan pergi meninggalkan Elvis berdua dengan istrin
Mahira menikmati makanan berbahan daging kelinci, kancil dan trenggiling. Wanita itu benar-benar tersenyum puas bisa makan-makanan yang tidak biasa.“Bagaimana?” Elvis pun tersenyum menatap lucu pada Mahira dan dirinya sendiri. Mereka berdua penasaran dengan daftar menu sehingga mencobanya.“Aku suka,” bisik Mahira di telinga Elvis dengan tertawa kecil.“Hahaha.” Elvis pun tertawa lepas. Dia tidak menyangka istrinya yang tampak Anggun akan menyukai daging mahal dan tidak biasa.“Aku juga suka, Sayang.” Elvis mencubit hidung Mahira.“Kita bungkus dan bawa ke hotel.” Elvis menyapa pelayan.“Boleh.” Mahira masih ingin makan makanan yang sama.“Kami pesan untuk dibungkus dengan menu yang sama,” ucap Elvis kepada pelayan.“Mohon tunggu sebentar. Kami akan menyiapkan pesanan Anda.” Pelayan tersenyum ramah.“Ya.” Elvis mengangguk.Setelah mendapatkan pesanan dan membayar. Elvis dan Mahira kembali ke mobil. Mereka langsung menuju hotel karena sudah lelah.“Aku mau mandi dan tidur siang,” ucap
Mahira dan Elvis telah berada di dalam pesawat terbang. Sasa pun ikut serta. Wanita itu memilih kursi di belakang agar bisa mengawasi pasangan suami istri yang baru akan berbulan madu.“Mereka akan pergi ke hotel Parai.” Sasa sangat senang karena telah mengetahui tujuan Elvis dan Mahira sehingga dia pun mengikuti mereka.“Sayang, kita pilih penginapan yang di tengah laut itu. Apa bisa?” tanya Mahira.“Aku sudah memesannya dan membayar dengan harga yang mahal.” Elvis tersenyum dan mencubit hidung Mahira.“Apa aku merugikan kamu?” Mahira menatap Elvis.“Apa? Hahaha. Tidak akan, Sayang. Aku bahkan bisa membelikan pulau beserta isinya untuk kamu.” Elvis mencium dahi Mahira.“Terima kasih, Sayang.” Mahira memeluk Elvis. Wanita itu benar-benar menafaatkan cinta dan kasih sayang sang suami sebaik-baiknya. Dia tidak akan membuat dirinya menjadi rugi.Empat puluh lima menit pesawat bisnis telah mendarat di bandara Depati Amir. Sebuah mobil mewah telah menunggu di ujung tangga. Menjemput tamu is
Seorang wanita mendekati Mahira. Dia berdiri dengan tatapan penuh benci.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Sasa. “Sasa.” Mahira beranjak dari kursi. Dia tidak takut sama sekali pada wanita yang selalu berusaha menyakitinya itu.“Kenapa kamu tidak pergi saja menjauh dari KakElvis? Kamu hadir dengan membawa kehancuran,” tegas Sasa.“Apa yang aku hancurkan?” tanya Mahira.“Apa kamu tahu, Kak Elvis kehilangan proyek milyaran karena mencari kamu,” jawab Sasa memberikan berkas kepada Mahira.“Kamu telah menimbulkan kerugian yang besar,” tegas Sasa. “Apa?” Mahira sangat terkejut.“Apa yang bisa kamu berikan kepada Kak Elvis? Tidak ada. Kehadiran kamu benar-benar sebagai pembawa sial,” jelas Sasa.“Aku mencintai Elvis,” ucap Mahira.“Aku akan membayar kerugian yang telah dialaminya dengan hidupku karena Elvis mencintai aku,” tegas Mahira.“Apa?” Sasa sangat kesal karena tidak berhasil membuat Mahira merasa bersalah dan pergi.“Aku tahu bahwa kamu sudah diusir Elvis. Jadi, jangan berhar
Elvis mengendarai mobil hitam tanpa atap sehingga Mahira bisa melihat dengan leluasa. Mereka benar-benar menikmati jalanan sore yang cukup ramai.“Apa kamu ke puncak?” tanya Elvis.“Itu sangat jauh,” jawab Mahira.“Benar. Jika mau liburan. Kita pergi dengan helicopter saja. lebih aman dan cepat,” ucap Elvis.“Liburan kemana?” tanya Mahira.“Kemana pun kamu mau, Sayang.” Elvis menoleh pada Mahira.“Kita ke taman saja untuk hari ini,” ucap Mahira.“Baiklah.” Elvis mengendarai mobil dengan kecepatan standar. Dia menikmati suasana sore bersama Mahira.“Sudah lama tidak jalan-jalan.” Mahira tersenyum melihat langit yang mulai memerah.“Sayang, udara di kota terlalu berpolusi. Mungkin kita bisa pergi ke pantai atau puncak,” ucap Elvis.“Ya. Aku mau ke pantai. Apa bisa?” tanya Mahria.“Besok kita pergi. Malam ini siap-siap. Aku akan meminta Rino mengubah jadwal kerja,” jawab Elvis.“Terima kasih.” Mahira merebahkan kepalanya di pundak Elvis. Wanita itu ingin merasakan bulan madu bersama suami
Elvis mendapatkan laporan tentang Sasa, Mirna dan Manisa. Pria itu sangat berhati-hati. Dia tidak ingin kejadian yang membahayakan nyawa istrinya kembali terulang.“Selalu awasi mereka. Pastikan Sasa meninggalkan negara ini,” tegas Elvis.“Baik, Bos. Aku sudah mengirimkan surat ancamana untuk kelurga Sasa,” ucap Rino.“Beri mereka waktu tiga hari. Jika tidak juga pergi, maka aku akan menghancurkan Perusahaan mereka,” tegas Elvis.“Baik, Bos.” Rino mengangguk.“Aku tidak ingin melihatnya di negara ini lagi. Apalagi sampai mendekati Mahira. Wanita itu sangat berbahaya dan gila,” ucap Elvis tersenyum tipis.“Aku akan pulang sekarang.” Elvis melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Dia beranjak dari kursi dan mengenakan jas.“Aku duluan,” ucap Elvis meninggalkan Rino.“Ya.” Rino tersenyum. Dia senang melihat Elvis yang kembali bersemangat karena sudah bersama sang istri. Pria itu pun menjadi rajin ke kantor. Walaupun pulang lebih awal karena dengan mudah rindu pada sang M
Sasa benar-benar kesal karena Mirna gagal membawa Mahira keluar dari rumah Elvis. Dia benar-benar tidak punya lagi kesempatan untuk menyakiti wanita itu.“Arrggh! Apa yang harus aku lakukan?” teriak Sasa. Dia benar-benar kehabisan akal. Wanita itu hanya berada di dalam rumah tanpa bekerja. Ada rasa malu bertemu orang lain karena dirinya bukanlah kekasih masa kecil Elvis.“Elvis mengatakan kepada dunia bahwa cinta pertamanya adalah Mahira. Itu benar-benar sangat memalukan diriku.” Sasa meremaskan jari-jarinya. Dia duduk di tepi kasur.“Aku bahkan tidak berani lagi menampakkan wajah di depan semua orang.” Sasa memukul guling.“Kapan Mahira keluar lagi? Aku akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Wanita itu harus mati. Hahaha.” Sasa benar-benar tertekan. Dia terus mengurung diri di dalam kamar. memperlihatkan wajahnya di depan umum sama saja dengan mempermalukan diri.“Mahira, kenapa kamu merebut Elvis dariku? Kenapa kamu hadir dan menghancurkan impianku? Aku benci kamu, Mahira!”