“Dasar bodoh, lihatlah baik-baik. Itu bukan tas Tuan Mori. Itu adalah tas milikku!” ujar Bee.
Tania semakin tersudut.
“Lagipula, kamar Tuan
“Begitu, aku sedikit bisa memahamimu detik ini, Tania. Tetapi, itu hanya cerita dan tidak bisa dijadikan alasan untuk mengurangi hukuman.”“Memangnya aku mengatakan itu adalah dongeng? Jika kalian tidak percaya cek saja penelusuran jejaring internet, kalian akan mengetahui siapa lelaki yang membunuh anak kecil itu. Aku tidak mengatakan kalau ilmuku sebanding dengan pria hebat itu. Aku hanya ingin kalian mengerti, kalau niat baik tidak selalu harus terlihat baik pula di mata manusia lain dalam bentuk perbuatan baik. Sebaliknya, banyak di dunia ini manusia-manusia yang mencerminkan kebaikan, namun malah merusak dari dalam karena memiliki niat yang tidak wangi. Lagipula, aku tidak mengharapkan pengurangan hukuman. Kalian semua yang ada di sini termasuk Anda, Tuan Hakim, belum lah lantas mencerminkan aku jauh lebih buruk dari kalian dan kalian baik hatinya daripada aku.”“Kami tak ada niat mengarah pada hal demikian, Tania. Ini semua adalah tu
Ucapan Tuan Hakim tak digubris Tania, ia memilih dengan nada memaksa agar Nyonya Smith menemaninya di depan. Entah apa yang rencanakan. Hal itu membuat Nyonya Smith emosi. Bagaimana tidak, Tania berencana memfitnahnya dan suaminya sehingga harus merasa ketakutan seolah mereka lah tersangkanya.“"Kau tak dengar, Tania? Kau ingin menjadi berandal kecil ya, sekarang?" Aku merasa sudah tak dihiraukan lagi. Jadi aku juga sebaiknya pergi dan keluar saja dari sini, Tuan Hakim. Kalau dilihat-lihat pun, Tania tak akan macam-macam lagi.""Ya, Tania memang sedang kebingungan. Perasaannya yang sekarang tak menjamin apa-apa. Sementara ini, kita biarkan ia tenang dan Anda boleh pulang lebih dulu, Nyonya Smith.Nyonya Smith pun bergegas pulang. Ia menahan tangis dan sambil menahan isak tangisnya, ia mendekati Tania lagi lalu mencium keningnya."Sebaiknya kau memang harus merasa bersalah, sayang. Aku sebenarnya sangat menyayangimu," ucap Nyonya Smith dan benar-benar pergi."Apa itu harus dilakukan? A
“Ha, ha! Saat itu sebenarnya ibu belum meninggal, aku hanya memberinya obat tidur dan mendudukkannya di kursi kamar Nyonya Smith. Sebelumnya aku memang sudah mengirimnya pesan misterius yang berbunyi, “Pembunuh!” Aku tak menyangka Nyonya Smith yang keras kepala ternyata rapuh dan mudah dipengaruhi. Itulah alasan dirinya ketakutan saat aku memecahkan kaca jendela kamarnya dan bersembunyi di balik tirai. Saat ia menyamar dan kabur menggunakan mobil dengan alasan ingin menelpon polisi, aku aku keluar dan melihat ibuku siuman. Aku menelepon Tuan Mori, memintanya menjemput ibuku di rumah. Aku meninggalkan rumah sebelum ibuku melihatku masih ada di rumah dan tidak jadi pergi les.”“Hmmm... jadi itu alasan Bibi Keri kebingungan saat melihat memperkirakan waktu keberadaan Mrs. Key yang berbicara dengannya usai membeli bahan makanan, dengan Mrs. Key dan Nyonya Smith yang ia lihat telah pergi.”“Ya, namun Bibi Keri juga ketakutan, ia memilih mengatakan jika saat itu Tuan Modi dan ibuku masih be
“Semacam halusinasi kecil-kecilan yang membuat orang-orang dewasa saling memandang satu sama lain pada umumnya. Ketika kita memiliki anak kecil usia lima sampai sepuluh tahun, biasanya memiliki coretan-coretan kebiasaan yang bersifat ambigu. Jka kita peka, maka setiap anak akan menuliskan cerminan sifat dan kepribadiannya dalam coretan itu. Itu adalah sebuah kebenaran, kan? Bagaimana menurutmu, Tuan Mori?”“Itu... aku kurang mengerti. Aku juga baru tahu dan mendengarnya dari Anda, Tuan Hakim. Aku bahkan tak menyangka ada ilmu psikologi sesederhana itu. Memiliki efek luar biasa hanya dengan kepekaan dan keinginan untuk memperhatikan saja. Mendengar itu, aku merasa agak menyesal karena aku tidak pernah melihat Tania selayaknya keluarga kecil... sejak ia berumur delapan belas tahun. Key dulu semasa hidupnya, tak pernah aku lihat mengajak Tania untuk sekedar melakukan aktifitas yang menunjang kreatifitas. Harusnya aku cepat menyadari itu dan memberitahu Key, betapa hal sederhana seperti m
Tania tak merespon lagi. Sementara Bee yang menyadari itu, mulai terlihat ingin berbicara kali ini. Pandangannya menatap apapun begitu tajam. Begitu lihai memahami situasi yang menerpa Tania. Ia mungkin sudah bisa menebak kesimpulan dari pembicaraan Tania, pengakuan Tuan Mori, dan juga Tuan Hakim."Aku ingin kau mendengarkan aku kali ini. Bisa, kan? Aku ingin beberapa hal bisa menjadi lebih mudah untuk kita tidak sandiwarakan lagi. Tania, kau ingat saat kau muncul dari luar pintu, mengatakan tak betah di kantor polisi, dan meninggalkan jenazah ibumu di rumah sakit? Itu semua adalah sesuatu yang menjadi awal kecurigaanku padamu. Sayangnya kau sangat pandai membuat drama dan bersikap, seolah-olah tak terjadi apa-apa. Kau menyimpan semua kesalahan hanya dalam satu kotak kepolosan. Namun dari situ timbul ketidaktegaan dari aku dan juga Briella.""Kenapa repot-repot peduli padaku, Detektif Bee? Bukankah memang tugasmu untuk memecahkan kasus tanpa melihat latar belakang pelakunya? Kau sediki
“Mungkin benar adanya. Dirasanya Tania menjadi alat hidup yang bermutu di sini. Kita bisa saling tukar pikiran dan menganggap ini bukan tentangTania saja. Em,maksudku... Tania mungkin memiliki alasan dan masalah pribadi yang tak perlu dibahas dan kita paksa untuk terlalu ditelusuri terus-menerus. Kita hanya perlu menerima semua penuturannya sejak awal sebagai sebuah kejujuran yang terbatas. Bisa kan, Tuan Hakim?”“Ya, aku mengerti. Mungkin Tania bisa menilai sendiri perasaannya yang tabu dan tak bertanggungjawab itu. Kelainan yang mungkin belum ada jawabannya. Hanya bisa dirasakan dan belum memiliki nama simbolis secara psikologis. Tania, apa kau ingin menikmati berdiskusi dengan kami sebelum kau harus masuk ke dalam dunia besi beruji itu?”“Terserah kalian saja, aku sudah tidak peduli dengan dunia dan rasa sakit apapun. Bagiku, dunia hanyalah permainan layaknya mainan yang dijual di pabrik tempat Tuan Mori bekerja. Ayahku pun juga jika masih hidup, pastilah sangat menghargai hidup seb
“Kau akhirnya mengerti juga. Aku mungkin bukan penggemar wanita menyebalkan itu. Aku membunuhnya juga karena menginginkan kematian yang membuatnya tidak terlalu lama menahan sakitnya. Aku justru menyelamatkannya dari kepedihan yang berlarut-larut.”“Kau memang gila, Tania sayang.”“Aku pikir aku memang tidak pernah merasa tidak gila. Kau tahu apa yang aku maksud, Tuan Hakim.”“Itu seperti sebuah misi tentang kematian hati nurani. Semua itu adalah akar yang menggagumu, kan? Hebat sekali kau bisa baik-baik saja selami ini dengan menampung semuanya sendirian. Kau bahkan rela menjadi pembunuh.”“Aku tak ada pilihan selain menyingkirkan semua hal-hal baik yang masih tersisa di dalam hati nuraniku. Persidangan tertutup ini masih bersifat valid, kan, dari awal?”“Tidak juga, kau bisa menghadap hakim dan meminta semuanya diringankan padamu, supaya kau bisa bicara kepada psikiater. Jadi kami rasa, kau tidak boleh langsung berurusan dengan penjara. Itu sangat berbahaya untuk status mentalmu. Aku
“Aku paham arah dan isi moralnya.Tetapi apakah kau selalu sensitif terhadap segala hal yang menyangkut moral, Tania? Kau selalu bisa mempertahankan hak untuk bertanya balik.”“Aku memang begitu. Tapi untuk saat ini tidak terlalu.”“Tania, kau boleh berhenti dari berpikir demikian sekarang. Kau masih memiliki kesempatan agar mendapatkan pengurangan hukuman. Silahkan letakkan hatimu dengan baik jika kau merasa masih memiliki hati nurani. Kau paham dengan moralitas dan sangat sensitif terhadap itu. Baiknya kau pikirkan lagi dengan matang. Kebenaran yang utuh hanya dan kebenaran yang menyeluruh. Kau pasti bisa membandingkan keduanya untuk bisa lebih berpikir jernih dalam memutuskan segala sesuatu.”“Ya, aku akan bersumpah untuk itu. Kau berhasil membuatku sedikit luluh, Nona. Aku perlu sedikit berterimakasih karena kau memang pantas mendapatkannya.”“Hmm, iya. Persidangan akan selesai pukul sebelas siang. Kita masih memiliki banyak waktu untuk membuatmu memahami diri sendiri lebih baik. Se