“Semacam halusinasi kecil-kecilan yang membuat orang-orang dewasa saling memandang satu sama lain pada umumnya. Ketika kita memiliki anak kecil usia lima sampai sepuluh tahun, biasanya memiliki coretan-coretan kebiasaan yang bersifat ambigu. Jka kita peka, maka setiap anak akan menuliskan cerminan sifat dan kepribadiannya dalam coretan itu. Itu adalah sebuah kebenaran, kan? Bagaimana menurutmu, Tuan Mori?”“Itu... aku kurang mengerti. Aku juga baru tahu dan mendengarnya dari Anda, Tuan Hakim. Aku bahkan tak menyangka ada ilmu psikologi sesederhana itu. Memiliki efek luar biasa hanya dengan kepekaan dan keinginan untuk memperhatikan saja. Mendengar itu, aku merasa agak menyesal karena aku tidak pernah melihat Tania selayaknya keluarga kecil... sejak ia berumur delapan belas tahun. Key dulu semasa hidupnya, tak pernah aku lihat mengajak Tania untuk sekedar melakukan aktifitas yang menunjang kreatifitas. Harusnya aku cepat menyadari itu dan memberitahu Key, betapa hal sederhana seperti m
Tania tak merespon lagi. Sementara Bee yang menyadari itu, mulai terlihat ingin berbicara kali ini. Pandangannya menatap apapun begitu tajam. Begitu lihai memahami situasi yang menerpa Tania. Ia mungkin sudah bisa menebak kesimpulan dari pembicaraan Tania, pengakuan Tuan Mori, dan juga Tuan Hakim."Aku ingin kau mendengarkan aku kali ini. Bisa, kan? Aku ingin beberapa hal bisa menjadi lebih mudah untuk kita tidak sandiwarakan lagi. Tania, kau ingat saat kau muncul dari luar pintu, mengatakan tak betah di kantor polisi, dan meninggalkan jenazah ibumu di rumah sakit? Itu semua adalah sesuatu yang menjadi awal kecurigaanku padamu. Sayangnya kau sangat pandai membuat drama dan bersikap, seolah-olah tak terjadi apa-apa. Kau menyimpan semua kesalahan hanya dalam satu kotak kepolosan. Namun dari situ timbul ketidaktegaan dari aku dan juga Briella.""Kenapa repot-repot peduli padaku, Detektif Bee? Bukankah memang tugasmu untuk memecahkan kasus tanpa melihat latar belakang pelakunya? Kau sediki
“Mungkin benar adanya. Dirasanya Tania menjadi alat hidup yang bermutu di sini. Kita bisa saling tukar pikiran dan menganggap ini bukan tentangTania saja. Em,maksudku... Tania mungkin memiliki alasan dan masalah pribadi yang tak perlu dibahas dan kita paksa untuk terlalu ditelusuri terus-menerus. Kita hanya perlu menerima semua penuturannya sejak awal sebagai sebuah kejujuran yang terbatas. Bisa kan, Tuan Hakim?”“Ya, aku mengerti. Mungkin Tania bisa menilai sendiri perasaannya yang tabu dan tak bertanggungjawab itu. Kelainan yang mungkin belum ada jawabannya. Hanya bisa dirasakan dan belum memiliki nama simbolis secara psikologis. Tania, apa kau ingin menikmati berdiskusi dengan kami sebelum kau harus masuk ke dalam dunia besi beruji itu?”“Terserah kalian saja, aku sudah tidak peduli dengan dunia dan rasa sakit apapun. Bagiku, dunia hanyalah permainan layaknya mainan yang dijual di pabrik tempat Tuan Mori bekerja. Ayahku pun juga jika masih hidup, pastilah sangat menghargai hidup seb
“Kau akhirnya mengerti juga. Aku mungkin bukan penggemar wanita menyebalkan itu. Aku membunuhnya juga karena menginginkan kematian yang membuatnya tidak terlalu lama menahan sakitnya. Aku justru menyelamatkannya dari kepedihan yang berlarut-larut.”“Kau memang gila, Tania sayang.”“Aku pikir aku memang tidak pernah merasa tidak gila. Kau tahu apa yang aku maksud, Tuan Hakim.”“Itu seperti sebuah misi tentang kematian hati nurani. Semua itu adalah akar yang menggagumu, kan? Hebat sekali kau bisa baik-baik saja selami ini dengan menampung semuanya sendirian. Kau bahkan rela menjadi pembunuh.”“Aku tak ada pilihan selain menyingkirkan semua hal-hal baik yang masih tersisa di dalam hati nuraniku. Persidangan tertutup ini masih bersifat valid, kan, dari awal?”“Tidak juga, kau bisa menghadap hakim dan meminta semuanya diringankan padamu, supaya kau bisa bicara kepada psikiater. Jadi kami rasa, kau tidak boleh langsung berurusan dengan penjara. Itu sangat berbahaya untuk status mentalmu. Aku
“Aku paham arah dan isi moralnya.Tetapi apakah kau selalu sensitif terhadap segala hal yang menyangkut moral, Tania? Kau selalu bisa mempertahankan hak untuk bertanya balik.”“Aku memang begitu. Tapi untuk saat ini tidak terlalu.”“Tania, kau boleh berhenti dari berpikir demikian sekarang. Kau masih memiliki kesempatan agar mendapatkan pengurangan hukuman. Silahkan letakkan hatimu dengan baik jika kau merasa masih memiliki hati nurani. Kau paham dengan moralitas dan sangat sensitif terhadap itu. Baiknya kau pikirkan lagi dengan matang. Kebenaran yang utuh hanya dan kebenaran yang menyeluruh. Kau pasti bisa membandingkan keduanya untuk bisa lebih berpikir jernih dalam memutuskan segala sesuatu.”“Ya, aku akan bersumpah untuk itu. Kau berhasil membuatku sedikit luluh, Nona. Aku perlu sedikit berterimakasih karena kau memang pantas mendapatkannya.”“Hmm, iya. Persidangan akan selesai pukul sebelas siang. Kita masih memiliki banyak waktu untuk membuatmu memahami diri sendiri lebih baik. Se
“Jadi itu adalah pistol yang kau sembunyikan di atas pohon itu juga?”“Tepat sekali. Saat mereka merasa sudah memojokkanku, mereka meminta agar aku menyerahkan diri ke polisi. Saat itulah satu persatu dari kepala, dada, dan perut mereka tertembus peluru dari pistol yang aku tembakan. Anggap saja itu adalah pembunuhan yang berbeda. Pembunuhan yang tidak terencana. Sebuah pemasanan sebelum pembunuhan yang sebenarnya.”“Jadi racun itu juga adalah racun yang membunuh ibumu?”“Jika itu mudah ditebak untuk apa lagi harus kuberitahu, Nona.”“Kenapa kau tidak langsung pergi saja dari sana? Kau bisa langsung pulang tanpa meninggalkan jejak apa-apa. Tapi kau memilih membiarkan tubuh mereka berserakan di luar. Kau malah menyeretnya keluar ruangan. Itu adalah tindakan yang sangat hebat untuk menghapus praduga terhadapmu. Tapi kau mengakuinya sekarang.”“Ya, untuk apa juga aku harus pergi buru-buru. Orang-orang akan menganggap itu sebagai kecelakaan kerja. Mungkin saja. Tidak ada manusia lain yang
“Astaga, tentu saja bukan. Aku hanya ingin memastikan, apakah kau menyukai hakim itu? Ataukah perlu diganti?”Tania tak begitu mengerti. Ia masih diam membatu. Menatap ke arah hakim yang sejak awal sebelumnya bertindak ganda. Seakan-akan ia disidang oleh seorang psikolog.“Kau tak perlu menjawabnya, Tania,” kata Tuan Hakim. “Kau tak perlu memaksa diri. Kita bisa memulainya dari awal lagi jika kau memang kurang bergairah jika aku yang berada di sini sebagai penanya. Karena ini sidang tertutup dan kami sudah mengerti apa yang terjadi pada dirimu melalui peran Nona Briella, yang berhasil meluluhkanmu meski tidak banyak, maka aku serahkan ruangan ini sepenuhnya pada Detektif Bee, Opposite Briella, dan juga Inspektur Renji. Mereka bertiga akan menjadi penolongmu agar bisa mengibur diri lebih lama. Aku pamit, Tania. Semoga harimu menyenangkan sebelum kau mendapatkan keringan hukuman di penjara itu nantinya. Jika kalian sudah puas, Inspektur Renji akan segera membawamu ke kantor polisi dan m
“Tentu saja, Tania.”“Mereka mengeksekusi hewan-hewan yang berada pada jadwal hari itu dengan cara selain dengan menggunakan racun. Itu adalah hal yang membuatku marah selain karena mereka mengambil jadwal tugasku. Mereka membunuh kucing-kucing itu dengan cara disumbat hidungnya sampai tak lagi bernafas. Kucing-kucing itu jadi merasakan kepedihan dari proses di luar tugas malaikat maut. Jika diracun, maka itu akan membuat kucing-kucing itu tidak akan mengalami kesadaran akan kematian mereka. Itu adalah cara yang paling benar. Monoksida tidak terlalu membuat rasa sakit pada hewan seperti kucing.”“Berarti kau tidak menggunakan jarum dan menusuk kucing-kucing itu saat tiba jadwal mereka?” “Benar, aku menaruhnya dalam minuman mereka. Dan kemudian mereka meninggal dengan tenang dan nyaman, Aku bahagia di setiap waktu tiba saat para kucing itu akhirnya terlepas dar rasa sepi dan tak dihargai lagi. Mereka akhirnya bisa menjadi tanah.”“Persoalan seperti memang bisa menjadi alasan, Tania. A