“Astaga, tentu saja bukan. Aku hanya ingin memastikan, apakah kau menyukai hakim itu? Ataukah perlu diganti?”Tania tak begitu mengerti. Ia masih diam membatu. Menatap ke arah hakim yang sejak awal sebelumnya bertindak ganda. Seakan-akan ia disidang oleh seorang psikolog.“Kau tak perlu menjawabnya, Tania,” kata Tuan Hakim. “Kau tak perlu memaksa diri. Kita bisa memulainya dari awal lagi jika kau memang kurang bergairah jika aku yang berada di sini sebagai penanya. Karena ini sidang tertutup dan kami sudah mengerti apa yang terjadi pada dirimu melalui peran Nona Briella, yang berhasil meluluhkanmu meski tidak banyak, maka aku serahkan ruangan ini sepenuhnya pada Detektif Bee, Opposite Briella, dan juga Inspektur Renji. Mereka bertiga akan menjadi penolongmu agar bisa mengibur diri lebih lama. Aku pamit, Tania. Semoga harimu menyenangkan sebelum kau mendapatkan keringan hukuman di penjara itu nantinya. Jika kalian sudah puas, Inspektur Renji akan segera membawamu ke kantor polisi dan m
“Tentu saja, Tania.”“Mereka mengeksekusi hewan-hewan yang berada pada jadwal hari itu dengan cara selain dengan menggunakan racun. Itu adalah hal yang membuatku marah selain karena mereka mengambil jadwal tugasku. Mereka membunuh kucing-kucing itu dengan cara disumbat hidungnya sampai tak lagi bernafas. Kucing-kucing itu jadi merasakan kepedihan dari proses di luar tugas malaikat maut. Jika diracun, maka itu akan membuat kucing-kucing itu tidak akan mengalami kesadaran akan kematian mereka. Itu adalah cara yang paling benar. Monoksida tidak terlalu membuat rasa sakit pada hewan seperti kucing.”“Berarti kau tidak menggunakan jarum dan menusuk kucing-kucing itu saat tiba jadwal mereka?” “Benar, aku menaruhnya dalam minuman mereka. Dan kemudian mereka meninggal dengan tenang dan nyaman, Aku bahagia di setiap waktu tiba saat para kucing itu akhirnya terlepas dar rasa sepi dan tak dihargai lagi. Mereka akhirnya bisa menjadi tanah.”“Persoalan seperti memang bisa menjadi alasan, Tania. A
“Aku rasa iya, entahlah. Aku tidak tahu secara jelas tentang pikiran ayah. Aku melihatnya setiap hari sebagai manusia berkelamin lelaki yang bisanya hanya senyum, dan memuji putrinya cantik. Seharusnya aku mati saja saat itu. Jika kala itu aku meninggal, aku pasti tidak akan tumbuh menjadi pembunuh berdarah beku dan duduk di kursi ini membuat kalian kesusahan secara batin dan raga. Jika aku meninggalkan dunia waktu itu, ibu dan Bibi Keri tidak akan meninggal di masa kini. Juga para rekan-rekan kerjaku itu, mereka tidak akan mati mengenaskan di tanganku karena perbuatan mereka.”“Kau salah, Tania,” kata Bee menyanggah.“Oh? Salah kata Anda? Bagian mananya yang salah dalam semua pengandaian takdir yang aku bicarakan tadi, Detektif Bee?”“Kau terlalu banyak salah dalam cara menilai takdir, Tania. Jika kau tak berada di ruangan ini dan duduk di kursi itu, kita juga tidak akan belajar tentang pemikiran-pemikiran seperti semua yang kau utarakan sejak awal. Kami akhirnya menyadari kalau tida
“Oh iya, mengenai racun sebelumnya, apa yang kau dapatkan selama masa kesedihan yang berharga itu?”“Bukankah sudah aku jelaskan, Nona?”“Ya, tapi kau menyinggung masalah dirimu yang tidak mempunyai cita-cita dan harapan apapun lagi untuk masa depanmu. Namun keterbalikan dari ucapanmu, kau malah berkuliah dan bekerja memusnahkan kucing-kucing itu secara manusiawi. Apa kau bisa menjawab pertanyaan ini?”“Aku sudah yakin dengan itu semua. Aku memang berkuliah hanya agar otakku terisi dengan alasan-alasan yang kuat untuk membunuh. Apapun jurusan perkuliahan yang kita ambil, bukankah kita jadi terarah dalam belajar? Kita jadi memiliki pola pikir yang berbeda daripada manusia pada umumnya. Aku memanfaatkan waktu kuliah untuk berpikir tentang trik-trik dan kosakata. Selain itu juga berimbas kepada filosofi, Tuhan, dan racun. Mungkin itu bisa menjawab pertanyaanmu, Nona.”“Begitu, semuanya memang kau sudah siapkan hanya untuk satu balas dendam. Kehilangan Moca membuatmu berubah. Satu-satunya
“Benar sekali. Hal itu kadang-kadang terjadi dengan seorang ibu yang baru melahirkan juga, tapi orang-orang lebih menahan diri untuk mengakuinya. Padahal itu adalah hal yang bisa membuat hidup terasa sangat bahagia. Mereka berhati-hati agar rasa gengsinya tidak terpancar dan tertebak oleh manusia lain di sekelilingnya.”“Kau benar. Sangat tepat.”“Tapi, dengan hewan, orang-orang sulit untuk menciptakan hubungan sejenis itu. Mereka lebih memilih berada dalam kesombongan yang besar.”“Dan apa artinya itu menurutmu, Tania?”“Itu hanyalah sebatas kesombongan, tidak lebih dan tidak kurang. Dalam aturan permainan kehidupan, hal itu mengena dalam pikiran hewan-hewan sehingg bukan saja karma yang berlaku, tapi juga rasa sakit yang benar-benar pahit. Timbul suara-suara dari dalam diri sendiri. Perasaan bersalah yang mungkin jadi pemicu siksaan batin. Aku suka membunuh orang-orang seperti itu.”“Lalu apa keinginan terakhirmu pada kami?”“Aku hanya ingin didoakan saja. Aku meminta ditaburkan bun
“Siapa yang benar-benar tahu tentang perpisahan, Nona? Sepertinya memang waktu yang semakin mepet untuk kita berbicara dan menikmati detik ini.”“Apa kau menangis, Tania?”“Aku rasa tidak terlalu penting jika aku menangis atau tidak, kan? Aku tetap harus menebus kesalahanku.”“Di antara sekian banyak pertanyaan, mungkin pertanyaan dari Tuan Hakim sebelumnya yang paling mengesankanmu, Tania. Benar, kan?”“Hum, aku pikir kematian adalah sebuah gerbang terbaik dari perpisahan. Aku sungguh meyakini itu. Mungkin, dan gerbang itu masih tertutup untukku. Meski aku sudah lama menginginkan kematian.”“Kita tidak pernah benar-benar yakin apa yang akan dihadirkan masa depan, Tania.”“Ya, tapi sepertinya gerbang kematian itu terbuka sangat lebar untuk aku saat ini.”“Apa maksudmu, Tania? Mengapa kau bicara begitu? Apa kau kembali lagi menjadi Tania yang sejak pertama masuk ke ruangan ini?”“Tentu saja tidak. Mengapa Anda begitu khawatir? Apa aku terlihat seperti manusia yang gampang berubah dan s
Tania terbangun untuk kedua kalinya. Kali ini ia benar-benar terbangun di dunianya. Bukan lagi mimpi. Ia tidak berada di penjara. Kertas-kertas kuis harian kuliah dan sisa lembar kerja tugasnya masih berserakan di mana-mana. Ia akan segera dimarahi oleh ibunya jika tidak segera membereskannya.Apa kau baik-baik saja, sayang?" ucap Mrs. Key masuk kamar, membawakan segelas susu hangat. "Kau baru bangun tidur tapi kenapa langsung berkeringat begitu?""Berkeringat?" Tania mengusap pelipisnya. Batinnya mengerang tak menentu melihat pemandangan sosok yang berbicara padanya. "Ibu, kau ibuku, kan?""Kenapa pertanyaan kau aneh begitu, Tania? Kau sedang bermimpi berat ya, sebelumnya?"Spontan, Tania memeluk ibunya. Menangis cukup lama. Mrs. Key mengusap pundaknya dengan gerakan lambat. Gerakan tangan yang mahir dan sudah terlatih menenangkan anaknya. Seorang ibu yang berpengalaman."Aku minta maaf, Bu," tangis Tania. "Maaf sudah membunuh semuanya. Maaf aku bukan putri yang baik.""Membunuh siap
Hingga suatu hari pada sebuah kisah nyata yang sering terdengar, ibunya memahami itu. Mahluk lembut seribu tahun itu, mengerti anak gadisnya tanpa perlu laporan apapun. Alam yang memberitahu. Aroma alami sosoknya yang melekat pada si anak gadisnya, bisa ia cium sedang tidak baik-baik saja. Orangtua seperti sosok ibu yang merasa tak nyaman, memilih menengok putrinya.Di sekolah, pertanyaan-pertanyaan terkumpul. Tanpa harus ada bukti dan masalah yang terlihat di balik layar, sosok ibu selalu mengerti cara memulai pertanyaannya. Kita sering kali melihat, anak-anak kita tak menjawab pertanyaan psikologis itu dengan benar. Mereka masih belum bisa membedakan ketakutan alami dan ketakutan buatan. Kita perlu sadar, sebagai orang tua, kita perlu tindakan superhero. Tindakan tersebut bernama ketulusan.Beberapa pilihan muncul. Kita memindahkan anak ke sekolah lain, mencari si pembuli dengan cara menanyakan guru atau teman-temannya, atau bahkan melaporkan ketidakadilan psikologis yang diterima