Share

TPS Tania 12

Author: Beegumi
last update Last Updated: 2024-09-16 12:28:58

“Aku rasa iya, entahlah. Aku tidak tahu secara jelas tentang pikiran ayah. Aku melihatnya setiap hari sebagai manusia berkelamin lelaki yang bisanya hanya senyum, dan memuji putrinya cantik. Seharusnya aku mati saja saat itu. Jika kala itu aku meninggal, aku pasti tidak akan tumbuh menjadi pembunuh berdarah beku dan duduk di kursi ini membuat kalian kesusahan secara batin dan raga. Jika aku meninggalkan dunia waktu itu, ibu dan Bibi Keri tidak akan meninggal di masa kini. Juga para rekan-rekan kerjaku itu, mereka tidak akan mati mengenaskan di tanganku karena perbuatan mereka.”

“Kau salah, Tania,” kata Bee menyanggah.

“Oh? Salah kata Anda? Bagian mananya yang salah dalam semua pengandaian takdir yang aku bicarakan tadi, Detektif Bee?”

“Kau terlalu banyak salah dalam cara menilai takdir, Tania. Jika kau tak berada di ruangan ini dan duduk di kursi itu, kita juga tidak akan belajar tentang pemikiran-pemikiran seperti semua yang kau utarakan sejak awal. Kami akhirnya menyadari kalau tida
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   TPS Tania 13

    “Oh iya, mengenai racun sebelumnya, apa yang kau dapatkan selama masa kesedihan yang berharga itu?”“Bukankah sudah aku jelaskan, Nona?”“Ya, tapi kau menyinggung masalah dirimu yang tidak mempunyai cita-cita dan harapan apapun lagi untuk masa depanmu. Namun keterbalikan dari ucapanmu, kau malah berkuliah dan bekerja memusnahkan kucing-kucing itu secara manusiawi. Apa kau bisa menjawab pertanyaan ini?”“Aku sudah yakin dengan itu semua. Aku memang berkuliah hanya agar otakku terisi dengan alasan-alasan yang kuat untuk membunuh. Apapun jurusan perkuliahan yang kita ambil, bukankah kita jadi terarah dalam belajar? Kita jadi memiliki pola pikir yang berbeda daripada manusia pada umumnya. Aku memanfaatkan waktu kuliah untuk berpikir tentang trik-trik dan kosakata. Selain itu juga berimbas kepada filosofi, Tuhan, dan racun. Mungkin itu bisa menjawab pertanyaanmu, Nona.”“Begitu, semuanya memang kau sudah siapkan hanya untuk satu balas dendam. Kehilangan Moca membuatmu berubah. Satu-satunya

    Last Updated : 2024-09-17
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   TPS Tania 14

    “Benar sekali. Hal itu kadang-kadang terjadi dengan seorang ibu yang baru melahirkan juga, tapi orang-orang lebih menahan diri untuk mengakuinya. Padahal itu adalah hal yang bisa membuat hidup terasa sangat bahagia. Mereka berhati-hati agar rasa gengsinya tidak terpancar dan tertebak oleh manusia lain di sekelilingnya.”“Kau benar. Sangat tepat.”“Tapi, dengan hewan, orang-orang sulit untuk menciptakan hubungan sejenis itu. Mereka lebih memilih berada dalam kesombongan yang besar.”“Dan apa artinya itu menurutmu, Tania?”“Itu hanyalah sebatas kesombongan, tidak lebih dan tidak kurang. Dalam aturan permainan kehidupan, hal itu mengena dalam pikiran hewan-hewan sehingg bukan saja karma yang berlaku, tapi juga rasa sakit yang benar-benar pahit. Timbul suara-suara dari dalam diri sendiri. Perasaan bersalah yang mungkin jadi pemicu siksaan batin. Aku suka membunuh orang-orang seperti itu.”“Lalu apa keinginan terakhirmu pada kami?”“Aku hanya ingin didoakan saja. Aku meminta ditaburkan bun

    Last Updated : 2024-09-17
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   TPS Tania 15

    “Siapa yang benar-benar tahu tentang perpisahan, Nona? Sepertinya memang waktu yang semakin mepet untuk kita berbicara dan menikmati detik ini.”“Apa kau menangis, Tania?”“Aku rasa tidak terlalu penting jika aku menangis atau tidak, kan? Aku tetap harus menebus kesalahanku.”“Di antara sekian banyak pertanyaan, mungkin pertanyaan dari Tuan Hakim sebelumnya yang paling mengesankanmu, Tania. Benar, kan?”“Hum, aku pikir kematian adalah sebuah gerbang terbaik dari perpisahan. Aku sungguh meyakini itu. Mungkin, dan gerbang itu masih tertutup untukku. Meski aku sudah lama menginginkan kematian.”“Kita tidak pernah benar-benar yakin apa yang akan dihadirkan masa depan, Tania.”“Ya, tapi sepertinya gerbang kematian itu terbuka sangat lebar untuk aku saat ini.”“Apa maksudmu, Tania? Mengapa kau bicara begitu? Apa kau kembali lagi menjadi Tania yang sejak pertama masuk ke ruangan ini?”“Tentu saja tidak. Mengapa Anda begitu khawatir? Apa aku terlihat seperti manusia yang gampang berubah dan s

    Last Updated : 2024-09-17
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Prosa Tania 1

    Tania terbangun untuk kedua kalinya. Kali ini ia benar-benar terbangun di dunianya. Bukan lagi mimpi. Ia tidak berada di penjara. Kertas-kertas kuis harian kuliah dan sisa lembar kerja tugasnya masih berserakan di mana-mana. Ia akan segera dimarahi oleh ibunya jika tidak segera membereskannya.Apa kau baik-baik saja, sayang?" ucap Mrs. Key masuk kamar, membawakan segelas susu hangat. "Kau baru bangun tidur tapi kenapa langsung berkeringat begitu?""Berkeringat?" Tania mengusap pelipisnya. Batinnya mengerang tak menentu melihat pemandangan sosok yang berbicara padanya. "Ibu, kau ibuku, kan?""Kenapa pertanyaan kau aneh begitu, Tania? Kau sedang bermimpi berat ya, sebelumnya?"Spontan, Tania memeluk ibunya. Menangis cukup lama. Mrs. Key mengusap pundaknya dengan gerakan lambat. Gerakan tangan yang mahir dan sudah terlatih menenangkan anaknya. Seorang ibu yang berpengalaman."Aku minta maaf, Bu," tangis Tania. "Maaf sudah membunuh semuanya. Maaf aku bukan putri yang baik.""Membunuh siap

    Last Updated : 2024-09-18
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Prosa Tania 2

    Hingga suatu hari pada sebuah kisah nyata yang sering terdengar, ibunya memahami itu. Mahluk lembut seribu tahun itu, mengerti anak gadisnya tanpa perlu laporan apapun. Alam yang memberitahu. Aroma alami sosoknya yang melekat pada si anak gadisnya, bisa ia cium sedang tidak baik-baik saja. Orangtua seperti sosok ibu yang merasa tak nyaman, memilih menengok putrinya.Di sekolah, pertanyaan-pertanyaan terkumpul. Tanpa harus ada bukti dan masalah yang terlihat di balik layar, sosok ibu selalu mengerti cara memulai pertanyaannya. Kita sering kali melihat, anak-anak kita tak menjawab pertanyaan psikologis itu dengan benar. Mereka masih belum bisa membedakan ketakutan alami dan ketakutan buatan. Kita perlu sadar, sebagai orang tua, kita perlu tindakan superhero. Tindakan tersebut bernama ketulusan.Beberapa pilihan muncul. Kita memindahkan anak ke sekolah lain, mencari si pembuli dengan cara menanyakan guru atau teman-temannya, atau bahkan melaporkan ketidakadilan psikologis yang diterima

    Last Updated : 2024-09-18
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Hitami adalah Reinkarnasiku

    CERITA SEBENARNYA DI DUNIA FAKTACerita ini belum selesai. Aku sebenarnya khawatir umur kalian pendek kalau baca cerita ini. Yah, maaf ya bikin kalian pusing sama jalan pikiran Detektif Bee dan Opposite Briella. Mereka berdua adalah karakter novel yang aku ciptakan dan diambil dari karakter dunia nyata, yaitu sahabat penaku yang panggilannya juga “Bee”.Bee itu dibaca “Bi”, kalian selama dari bab satu sampe akhirnya Tania yang benar-benar adalah psikopat imut, cantik, dan memiliki kejahatan sikap yang ia sendiri anggap kebaikan.Jadi sebenarnya, aku punya misi untuk mencari Bee, Bee di dunia nyata dalam hidupku, bukan dalam novel. Ini juga akan aku ceritakan pada kalian, teman-teman. Soalnya mungkin banyak hal yang bisa bikin jantung ngelitikin pembuluh darah. Anggap saja begitu. Sudahlah, kalian percaya saja.Nah, aku mau ceritain pembunuhan otak yang dilakukan seorang bernama Natalie, yaitu AKU. Pembunuhan ini bertujuan untuk menekan hormon stres pada pikiran aku sendiri. Terkesan s

    Last Updated : 2024-09-18
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Sebelum Semua Terjadi

    14 April 2021Warda dan WijaSebulan setelah aku ngerasa harus mencari kebebasan, aku akhirnya diizinkan Nyokap untuk punya cita-cita. Bukan punya mimpi besar layaknya para admiral pertahanan negara. Ini lebih kepada menebarkan benih-benih kemauan aku yang besar untuk melihat DUNIA BARU. Aku berasa jadi Hitami kalau terus-menerus bahagia sendiri. Aku butuh sahabat nyata, bukan sekedar banyak tapi virtual semua.Bukannya aku gak bersyukur punya banyak pengikut selama aku menyelami dunia live streaming ataiupun konten kreator. Hanya saja, aku perlu berbagi kebahagiaan sekaligus kegilaan untuk orang lain. Dan orang-orang itu akhirnya kutemukan di padang pasir nan tandus, tak berbulu, tak bercahaya, tapi berbeda karena bentuknya seperti salju abadi. Sebut saja padang pasir itu adalah khayalan tingkat tinggi aku semua tentang kehidupan persahabatan kami nantinya.Dan mereka punya nama kembar. Anggap aja kembar identik. Nama awalnya sama yaitu Veny. Yang satu namanya Veny Wardani mahluk bet

    Last Updated : 2024-09-18
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Pesan Palsu

    Selama mengenal Warda dan Wija, gue hampir gak mau balik rumah lagi. Gue nelpon Bokap dan memberitahu kalau gue punya misi hidup. Misi hidup itu bernama ‘PT Kucing Jalanan’. Tapi kalian jangan resah, gue gak berniat mengumpulkan kucing-kucing gak terurus dan mengunci mereka di ruangan gas beracun.‘Udah kayak pemikiran dalam novel ‘The Gas Room’ karya Stephen Spagnesti’,’ kata Wija.‘Eh lo baca novel penulis luar juga, Ja?”‘Iya, cuman dialognya banyak banget novel itu,’ jawabnya menyudahi. Karena mungkin kalian memiliki jantung yang lemah untuk dirangsang dengan sengatan metafora gue, jadi gak gue bahas lagi. Gue merasa sekarang jadi orang setengah gila, sebab dari kemarin, Wirda nelepon gue, katanya ‘Ada ide buat bisnis manusia nih, Nat!’. Dan gue mulai curiga kalau sebenarnya gue dan sahabat-sahabat gue memiliki bakat menjadi orang stres. Cuman gue bingung, maksudnya Wirda apa? Waktu itu gue lagi berdua sama Wija. Kami lagi nonton horor. Judulnya ‘Beranak Dalam Sangkar Walet’. Rup

    Last Updated : 2024-09-19

Latest chapter

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 55

    Aku menyampaikan bukan apa yang kuanalisakan. Aku menyampaikan semua kerangka hatiku terhadap PBB. Seperti ucapanku pada Sir Yadin, aku lebih suka menjadi pengamat daripada pendebat.Aku bahkan hanya menyampaikan empat poin dari tujuh poin yang ada di benak pikiranku. Padahal waktu masihlah setia menungguku selesai berargumen. Namun aku memilih menyimpan sisanya untuk sebuah niat yang abstrak.“Jika kita bicara perdamaian, maka kita tidak perlu bicara senjata! Bagiku, perdamaian di dunia ini hanyalah ilusi. Tidak akan pernah ada perdamaian karena manusia tidak akan pernah bisa saling memahami satu sama lain. Sejarah telah mengatakan itu semua,” bukaku menahan kegugupan.“Jika Anda berargumen lima anggota tetap PBB tidak boleh dihapuskan dengan alasan senjata yang kuat, maka pernyataanku tentang perdamaian sebelumnya itu benar. Semua negara hanya memposisikan diri layaknya boneka-boneka manis yang saling memeluk. Sementara di balik itu ada peran

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 54

    “Bee, kau tak lihat kesusahanku?”“Iya Pak, aku bantu!” responku seraya tersenyum miring. “Kambing ini akan melahirkan daun-daun muda paracendekia juga Pak?”“Ah, kau ini membahas apa? Kau tak tahu kita akan melakukan karantina untuk mahasiswa-mahasiswi terpilih?"“Lomba apa?”“Ini untuk persiapan lomba debat di Bali yang aku ceritakan pada kau waktu itu!”“Oh, iya. Baiklah. Lalu?”“Kau juga harus ikut.”“Tapi Bahasa Inggrisku kurang manjur sebagai alat perdebatan. Akan lebih berfungsi jika digunakan merangkai puisi dan cerita pendek, Pak!”

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 53

    “Iya, baiklah. Thank you, mr … atas tumpangan berharganya.”“Oh? Maksudnya?”“Hem … tidak. Bukan apa-apa,” balasnya senyum. Ia lalu masuk ke asrama puteri.Dan aku kembali merencanakan sisa impianku yang belum kelar. Picolo akan menjadi tangan kananku untuk bisa meraih langit Melbourne. Aku tak bermaksud mempermainkan kejantanan Picolo. Aku ingin dia menjadi seperti halnya Mus yang dulu. Nama mereka juga sama.Ya, tidak ada pertemuan tanpa maksud. Selalu ada alasan di balik semua wujud perpisahan. Dan gadis berjilbab zebra tadi, akan menjadi loncatan asmara yang menghadirkan relikul pilihan bertubi-tubi dalam hidupku. Aku harus memilih antara bertemu dengan impianku atau menggarisbawahi drama asrama picisan bersamanya.

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 52

    Kertas bertuliskan Macquarie di atas dinding asrama sudah terlihat lagi lima bulan kemudian. Sebulan kemudian yang kumaksud adalah di bulan Agustus ketika burung-burung camar menyapu udara kotor secara gamblang di langi-langit pagi. Aku menerima kabar perpisahan spektakuler pagi-pagi. Namun hatiku berhijrah ke arah ruang alasan pencabutan kertas putih itu.Pencabutan itu menyisakan kesendirian bagi gambar Melbourne dan deretan impianku bersama Mus. Tak ada lagi orang ketiga. Di antara baris mimpi tertulis itu, hanya impian-impian kecil seperti memiliki laptop, handphone, sahabat, keterampilan pendukung, dan lainnya yang terwujud.Lantas masih banyak target-target kecil dan satu impian besar belum bisa diberi tanda. Dan impian terbesar itu kau tahu sendiri, berjumpa dengannya di Melbourne.Andai aku cekatan dalam menafsirkan maksud, mungkin mudah bagiku menebak esensi Mus berjumpa denganku di Melbourne atau Sidney sementara ia berada di negeri tetangga. Jika kau lebih paham dariku, kau

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 51

    “Mr melamunkan apa?”“Big Bos?”Picolo dan Zoro tersentuh.“Aku tidak apa-apa. Hanya tiba-tiba tersengat masa lalu.”“Itu filosofi?” tanya Harry Potter yang telah bangun.“Big Bos selalu penuh dengan gramatikal pemikiran baru,” puji Takiya yang ternyata telinganya semakin hidup.Itu adalah tahun permulaan aku merasakan rasanya namaku dipanggil dengan awalan ‘mr’. Aku juga merasa tua dan jiwa pemuda seolah-olah tertimbun kepingan-kepingan polos penasaran mereka. Dan itu berlaku setiap waktu. Untungnya sebutan ‘Amak Toak’ milik Bang Ari tidak bereinkarnasi padaku sebagai pengganti beliau.Namun diskusi aneh itu tak berlanjut. Waktu perkuliahan menggunting kesempatan dari pertanyaan bodoh kami keluar. Meski semua anggota ‘6 Kelana’ mengambil program studi Bahasa Inggris, tidak menutup batang otak kami untuk mendiskusikan hal-hal lain. Ya, mesk

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 50

    Aku juga pernah mendapat ingatan dari sekuel Room Nakama, tentang kisah seorang yang sudah meninggal. Ia adalah pendiri Room Nakama dan merangkum kisah tawa dan lara. Saat itu, Bee yang dirindukan Natalie memiliki kisah masanya sendiri bersama teman-temannya yang dulu.Dia adalah belahan kisah dari ingatanku. Aku dan sahabatku bernama Mus serta beberapa penggal memori yang dulu.Mimpi terjauh di atas kerak bumi yang mesti kugali sedalam mungkin, timbul liar di baris-baris cerita selanjutnya. Namun sekali lagi, mimpi bertemu dengan Mus di Melbourne masih jauh. Ah! Mungkin kau belum paham lantaran kita masih sampai permulaan. Aku harap kau tahan dengan apapun bentuk pelapisan diri dan perjuangan harapan yang kulakukan nanti.Dan mimpi kejauhan yang kumaksud akan dimulai di pertengahan cerita. Genre-nya tragedi, berlumur asmara, dan kalian tetap mesti bersabar untuk air mata yang kujalani.Dan keringat harga diriku berbuah manis, meski mahasiswa baru yang hadir di angkatan setelahku itu

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 49

    Sejatinya memang benar, Mus dan Hajar merencanakan pertemuan ini dengan cara yang cukup menyiksa kejiwaanku. Sebab Mus, Hajar, dan para anggota Enam Kelana, detik itu tersenyum ke arahku tanpa merasa berdosa.Aku sedih tapi sangat bahagia. Tak ada kamus tebal manapun yang sanggup mengartikan kebahagiaan sekaligus kesedihanku kala itu. Aku menerjang derita dan tawa tertahan yang seirama. Mereka semua pun menertawakan kelemahan diriku, yang gagal menebak pikiran Mus dan semua permainan itu.Selepas itu, pemandangan baru tercipta di langit Sidney. Aku akhirnya bisa menyaksikan Picolo dan Mus, dua orang dengan nama asli yang sama, berada dalam satu ranah pertemuan paling konyol se-muka bumi Australia. Takiya, Zoro, Wolf, Snoopy, dan Harry Potter juga rela meninggalkan rutinitas formal yang mereka demi menjemputku."Aku berandai-andai bisa mengejutkan kalian semua dengan kepulanganku. Tetapi, yang terjadi malah ...""Kau sehat-sehat saja, Big Bos kebanggaan ka

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 48

    Di sini aku semakin curiga.Kakek Hwang memutar balik punggung Mus, saat kami turun dari trem. Gerakan itu adalah tanda beliau meminta Mus, menuntun sebuah keputusan. Sebenarnya aku tidak mengerti. Seakan ada yang keduanya sembunyikan dariku.Tetapi bagaimana mungkin? Sebuah perencanaan sandiawara memerlukan tidak hanya sekali pertemuan. Sementara Mus dan Kakek Hwang baru kali itu bertemu dengan kami.Entah kenapa jiwa detektifku kumat. Aku yang sempat berangan-angan menjadi seorang polisi seperti pada cerita Room Nakama, akhirnya pada suatu titik nantinya, memilih meninggalkan Mus dan Hajar sementara. Saat terakhir aku kembali ke Sidney, aku hanya mengerjakan tugas-tugas duniawi dari Professor kesayanganku.Memegangi tingkat depresi secara pribadi di antara gang-gang sempit di dalam ruh pikira

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 47

    "Hm, mengenai itu ... jawabannya mudah sekali, Bee.""Apa, Mus?""Ia pasti melihat WhatsApp story Hajar. Entah tulisan Hajar itu berisi dirinya yang ingin menemukan kita, atau keadaan dirinya yang baru saja berada di Australi. Seorang yang melihat ponsel orang lain dengan bahasa percakapan asing, pasti langsung mengerti jika seseorang itu berasal dari negara yang berbeda. Apalagi melihat permulaan identitas nomornya.”"+62!""Ya, lantas juga pria itu menghubungi nomormu, karena kemungkin besar nomormu berada di posisi paling atas ... sebagai seorang yang dominan dihubungi oleh Hajar sebagai si pemilik ponsel. Apa aku benar?'"Kau sangat benar, Mus. Tepat dan sangat cerdas.""Haha, dan kau masih khawatir lagi?"

DMCA.com Protection Status