Beranda / Romansa / Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam / Bab 26. Gerald Mengabaikan Laura

Share

Bab 26. Gerald Mengabaikan Laura

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-24 09:20:18

Hari ini Giselle sudah kembali bekerja setelah seharian kemarin dia mengambil cuti.

Giselle juga sudah menjelaskan pada Gerald kalau kemarin ia ada kepentingan yang tidak bisa dtinggalkan. Tapi Gerald tidak mempedulikan hal itu.

Di dalam ruangan meeting, Giselle menata beberapa berkas-berkas penting.

"Nona Giselle, berkas dari perusahaan saya, saya taruh di sebelah sini," ujar seorang laki-laki berambut putih pada Giselle.

"Iya, Tuan Darren. Saya akan merapikannya," ujar Giselle dengan ramah.

Giselle meletakkan tumpukan berkas di meja yang berada di hadapan Gerald.

"Semuanya sudah saya kumpulkan, Pak," ujarnya.

"Letakkan di sini dulu," ujar Gerald dengan dingin seperti biasa.

Ruangan itu pun kembali sunyi saat satu persatu anggota meeting berjalan keluar meninggalkan ruangan tersebut.

Giselle duduk di hadapan Gerald sambil membuka laptopnya. Baru saja Giselle fokus beberapa menit, deringan ponselnya menyita perhatiannya dan juga Gerald.

Panggilan dari rumah sakit itu membuat
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 27. Gerald Terbakar Api Cemburu

    Setelah hasil pemeriksaan keluar, Giselle merasa lega dan senang karena Elodie sudah membaik, meskipun belum seratus persen sembuh dan memerlukan pemeriksaan kesehatan tiap satu minggu sekali. Pagi ini, dokter mengizinkan untuk Elodie dibawa pulang. Elodie sangat gembira, apalagi Dean yang menjemput mereka dan mengajaknya pulang bersama. "Sekarang Elodie sudah sembuh. Anak pintar tidak boleh sakit-sakit lagi ya, Sayang," ujar Dean mengusap pipi gembil Elodie. Anak perempuan itu mengangguk dalam pelukannya dan merengkuh leher Dean dengan erat. Sedangkan Giselle berjalan di samping Dean membawa dua tas berukuran besar dan kecil, berisi pakaian dan beberapa barang-barang milik Elodie. "Sudah tidak ada yang tertinggal, kan?" tanya Dean pada Giselle."Tidak ada, Dean. Semuanya sudah aku rapikan," jawab wanita itu. "Baguslah. Ayo ... aku akan mengantarkan kalian pulang," ujar Dean. Giselle menatapnya sekilas. "Dean, sebenarnya aku dan Elodie bisa pulang dengan taksi. Kau pasti hari i

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 28. Sang Pengadu Domba

    Rasa sakit hati dua hari yang lalu membekas dalam hati Laura setelah ia melihat Gerald dan Giselle bermesraan di kantor. Wanita dua puluh delapan tahun itu tidak segan mendatangi kediaman Keluarga Gilbert pagi ini dengan penuh kekecewaan. Laura mengadukan semuanya pada Marisa, karena ia tahu kalau Mamanya Gerald sangat membenci Giselle. "Saya benar-benar tidak menyangka kalau Gerald terus mengundur waktu pernikahan ternyata karena Giselle, Tante. Saya benar-benar kecewa pada Gerald,” ungkap Laura dengan wajah tertunduk dan air matanya yang mengalir. Marisa menatapnya tajam dan tak percaya. "A-apa?! Karena Giselle?!" pekiknya. "Bagaimana mungkin, Laura?!" Laura semakin tertunduk. "Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri kalau Giselle dan Gerald bermesraan di lorong kantor di lantai lima belas. Giselle memeluk Gerald dengan erat dan ... saat saya ke sana, sepertinya mereka baru saja berciuman." Laura menatap kedua orang tua Gerald yang kini mendengarkannya secara saksama. "B

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 29. Mereka Merenggut Kebahagiaan yang Harusnya Kumiliki

    "Kenapa? Kaget melihatku di sini?!" Marisa menatap tajam pada Giselle yang berdiri mematung di hadapannya. Giselle langsung menundukkan kepalanya. Jemari tangannya terasa kaku dan mengepal meremas rok hitam selutut yang ia pakai. Wanita tua ini, satu-satunya orang yang membuat hidup Giselle menjadi sangat menderita dan kehilangan orang yang sangat ia cintai. "Kenapa Nyonya ingin bertemu dengan saya?" tanya Giselle kembali menatap Marisa. Marisa tersenyum sinis. "Kau masih berani bertanya seperti itu setelah apa yang kau lakukan pada anakku, heh?!" serunya. "Apa maksud Nyonya?" Giselle benar-benar tidak paham. Marisa maju satu langkah mendekati Giselle dan menatapnya dengan tatapan jijik pada Giselle. "Kau berusaha menggoda Gerald lagi, bukan?" tanyanya. "Lancang sekali kau, Giselle! Kau pikir dirimu ini siapa? Kau sudah menjadi sampah di keluargaku, kau sudah dibuang oleh putraku, berhenti menggoda Gerald dan bermimpi kalau aku akan membiarkan wanita miskin dan hina sepertimu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 30. Sebuah Ciuman Sebagai Syarat

    Setelah kepergian Marisa beberapa menit yang lalu, Giselle pun masuk ke dalam ruangan kerjanya. Wanita itu duduk di kursi dan tampak diam tidak menyapa Gerald sedikitpun. Sedangkan Gerald merasa ada yang aneh pada Giselle saat ini. Ia pun melirik Giselle yang tampak tertunduk membuka berkas-berkas di pangkuannya dan kedua mata Giselle tampak sedikit sembab. "Giselle," panggil Gerald. Giselle langsung menoleh. "Iya, Pak?" Gerald beranjak dari duduknya dan melangkah mendekati Giselle membawa selembar kertas di tangannya. Laki-laki itu mendekat dan menelisik wajah Giselle. Dugaan Gerald benar, Giselle terlihat seperti baru saja menangis. "Ada apa, Pak?" Giselle menatap Gerald yang berdiri di sampingnya. Kedua iris mata hitam milik Gerald menatapnya tak biasa. Alisnya bahkan menukik tajam. "Apa Mamaku mengatakan sesuatu padamu?" tanyanya dengan suara rendah. Giselle tampak kaget. Ia dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Ti-tidak ada, Pak. Nyonya Marisa tidak mengatakan apapun,"

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 1. Antara Putri Kecilku dan Harga Diriku

    "Nyonya, nyawa putri anda bisa tidak tertolong..."Tubuh Giselle Marjorie menegang seketika. Sepasang matanya berkaca-kaca mendengar apa yang dikatakan oleh dokter."Tolong berikan yang terbaik untuk anak saya, dok. Saya mohon..." pinta Giselle, suaranya bergetar menahan tangis.Sambil menghindari tatapan sayu Giselle, dokter itu mengangkat stetoskopnya, lantas menarik nafas panjang."Maaf, Nyonya, kami tidak bisa bertindak lebih jauh sebelum tunggakan dilunasi," ucap sang dokter.Giselle menarik jas dokter tersebut seraya berlutut, "Saya akan berusaha melunasi semua biaya pengobatannya, saya berjanji!"Dokter itu tampak kelabakan. Ia membantu Giselle untuk berdiri dengan susah payah, lalu meminta maaf karena tidak bisa melakukan tindakan apapun saat ini.Giselle tertunduk dengan bahu terkulai di lorong rumah sakit begitu dokter pamit pergi. Air matanya berdesakan di pelupuk mata mengiringi kepedihan di hatinya.Biaya pengobatan yang menunggak itu hampir menyentuh lima ratus juta. Dar

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 2. Aku Telah Bertekad

    "A-apa?" lirihnya tak percaya. Seperti disambar petir, Giselle mematung menatap lekat pada pria di hadapannya itu. Tidur bersama mantan suaminya? Apakah Gerald sudah gila?!"A-apakah tidak ada cara lain?" Giselle menatapnya dengan putus asa. "Ke-kenapa harus tidur bersama? Kita ... kita tidak mungkin—""Aku tidak memaksa," ucap Gerald menyela. "Tapi aku tidak yakin, kau bisa mendapatkan uang yang kau butuhkan di luar sana."Raut wajah cantik itu menjadi muram. Jemarinya terus meremas rok yang ia pakai dan iris mata birunya bergerak gelisah. Rasa nelangsa memenuhi relung hati Giselle. Haruskah ia menjadi wanita murahan yang menukarkan tubuhnya dengan uang, pada mantan suaminya?"Tolong berikan saya waktu untuk berpikir sebentar," ujarnya kemudian. Gerald menatapnya tajam. "Putuskan secepat mungkin. Aku tidak suka menunggu." Anggukan kecil diberikan oleh Giselle. Ia pun langsung membungkukkan badannya dan pamit dari sana.Tubuh kurusnya gemetar saat meninggalkan ruangan CEO. Air mat

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 3. Sebagai Boneka Ranjangmu

    Giselle susah payah menelan ludah. Ia tak berani mengangkat wajahnya saat Gerald berjalan menghampirinya yang berdiri di dekat ranjang. Sedangkan Gerald tersenyum tipis, nyaris tak terlihat di wajah dinginnya. Melihat ekspresi muram di wajah mantan istrinya yang sangat ia benci saat ini, seolah ada rasa senang tersendiri di hatinya. “Kenapa diam saja?” tanya Gerald seolah menantang, ketika sudah berdiri begitu dekat dengan Giselle.Giselle akhirnya mengangkat wajah. Kedua iris mata birunya menatap lekat wajah tampan Gerald. "Sa-saya, saya tidak yakin untuk melakukannya," ujar Giselle membuang muka. Gerald tersenyum kecut. "Jangan munafik, Giselle, kau bukan seorang perawan lagi," bisik Gerald tepat di depan bibir Giselle. “Bukankah dulu kita sering melakukan ini?”Giselle tertunduk. Mereka memang sering melakukan itu dulu. Tapi itu saat mereka masih bersama. “Kenapa? Apa yang membuatmu tidak bisa melakukan ini lagi denganku?”Wajah Giselle menegang, ia menggelengkan kepalanya. "K

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 4. Perasaan yang Tersayat Sembilu

    Keesokan paginya, Giselle sudah melunasi semua biaya pengobatan Elodie. Ia juga meminta pada dokter untuk segera melakukan pengobatan lanjutan. Giselle masih memiliki waktu beberapa menit untuk menemani putri kecilnya sebelum ia berangkat ke kantor. Seperti biasa, Elodie selalu manja pada Giselle. Ia ingin selalu ditemani. "Elodie tidak boleh sedih-sedih lagi ya, Sayang. Sebentar lagi Suster Anna akan ke sini menemani Elodie," ujar Giselle mengusap pipi putih putri kecilnya. "Mama tidak boleh pergi lama-lama, nanti hati Elodie sedih," ujar anak itu menyandarkan kepalanya di dada Giselle dengan bibir mungilnya yang mencebik. "Mama tidak akan pergi lama. Nanti sore Mama sudah pulang. Mama harus bekerja, supaya bisa beli susu buat Elodie," ujar Giselle mendekap tubuh mungil Elodie. Anak kecil itu kembali meminta berbaring. Giselle pun membaringkannya, ia mengecup wajah manis Elodie berkali-kali. Meskipun rasa sedih masih terus menyiksanya, namun di depan sang buah hati, Giselle ti

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09

Bab terbaru

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 30. Sebuah Ciuman Sebagai Syarat

    Setelah kepergian Marisa beberapa menit yang lalu, Giselle pun masuk ke dalam ruangan kerjanya. Wanita itu duduk di kursi dan tampak diam tidak menyapa Gerald sedikitpun. Sedangkan Gerald merasa ada yang aneh pada Giselle saat ini. Ia pun melirik Giselle yang tampak tertunduk membuka berkas-berkas di pangkuannya dan kedua mata Giselle tampak sedikit sembab. "Giselle," panggil Gerald. Giselle langsung menoleh. "Iya, Pak?" Gerald beranjak dari duduknya dan melangkah mendekati Giselle membawa selembar kertas di tangannya. Laki-laki itu mendekat dan menelisik wajah Giselle. Dugaan Gerald benar, Giselle terlihat seperti baru saja menangis. "Ada apa, Pak?" Giselle menatap Gerald yang berdiri di sampingnya. Kedua iris mata hitam milik Gerald menatapnya tak biasa. Alisnya bahkan menukik tajam. "Apa Mamaku mengatakan sesuatu padamu?" tanyanya dengan suara rendah. Giselle tampak kaget. Ia dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Ti-tidak ada, Pak. Nyonya Marisa tidak mengatakan apapun,"

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 29. Mereka Merenggut Kebahagiaan yang Harusnya Kumiliki

    "Kenapa? Kaget melihatku di sini?!" Marisa menatap tajam pada Giselle yang berdiri mematung di hadapannya. Giselle langsung menundukkan kepalanya. Jemari tangannya terasa kaku dan mengepal meremas rok hitam selutut yang ia pakai. Wanita tua ini, satu-satunya orang yang membuat hidup Giselle menjadi sangat menderita dan kehilangan orang yang sangat ia cintai. "Kenapa Nyonya ingin bertemu dengan saya?" tanya Giselle kembali menatap Marisa. Marisa tersenyum sinis. "Kau masih berani bertanya seperti itu setelah apa yang kau lakukan pada anakku, heh?!" serunya. "Apa maksud Nyonya?" Giselle benar-benar tidak paham. Marisa maju satu langkah mendekati Giselle dan menatapnya dengan tatapan jijik pada Giselle. "Kau berusaha menggoda Gerald lagi, bukan?" tanyanya. "Lancang sekali kau, Giselle! Kau pikir dirimu ini siapa? Kau sudah menjadi sampah di keluargaku, kau sudah dibuang oleh putraku, berhenti menggoda Gerald dan bermimpi kalau aku akan membiarkan wanita miskin dan hina sepertimu

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 28. Sang Pengadu Domba

    Rasa sakit hati dua hari yang lalu membekas dalam hati Laura setelah ia melihat Gerald dan Giselle bermesraan di kantor. Wanita dua puluh delapan tahun itu tidak segan mendatangi kediaman Keluarga Gilbert pagi ini dengan penuh kekecewaan. Laura mengadukan semuanya pada Marisa, karena ia tahu kalau Mamanya Gerald sangat membenci Giselle. "Saya benar-benar tidak menyangka kalau Gerald terus mengundur waktu pernikahan ternyata karena Giselle, Tante. Saya benar-benar kecewa pada Gerald,” ungkap Laura dengan wajah tertunduk dan air matanya yang mengalir. Marisa menatapnya tajam dan tak percaya. "A-apa?! Karena Giselle?!" pekiknya. "Bagaimana mungkin, Laura?!" Laura semakin tertunduk. "Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri kalau Giselle dan Gerald bermesraan di lorong kantor di lantai lima belas. Giselle memeluk Gerald dengan erat dan ... saat saya ke sana, sepertinya mereka baru saja berciuman." Laura menatap kedua orang tua Gerald yang kini mendengarkannya secara saksama. "B

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 27. Gerald Terbakar Api Cemburu

    Setelah hasil pemeriksaan keluar, Giselle merasa lega dan senang karena Elodie sudah membaik, meskipun belum seratus persen sembuh dan memerlukan pemeriksaan kesehatan tiap satu minggu sekali. Pagi ini, dokter mengizinkan untuk Elodie dibawa pulang. Elodie sangat gembira, apalagi Dean yang menjemput mereka dan mengajaknya pulang bersama. "Sekarang Elodie sudah sembuh. Anak pintar tidak boleh sakit-sakit lagi ya, Sayang," ujar Dean mengusap pipi gembil Elodie. Anak perempuan itu mengangguk dalam pelukannya dan merengkuh leher Dean dengan erat. Sedangkan Giselle berjalan di samping Dean membawa dua tas berukuran besar dan kecil, berisi pakaian dan beberapa barang-barang milik Elodie. "Sudah tidak ada yang tertinggal, kan?" tanya Dean pada Giselle."Tidak ada, Dean. Semuanya sudah aku rapikan," jawab wanita itu. "Baguslah. Ayo ... aku akan mengantarkan kalian pulang," ujar Dean. Giselle menatapnya sekilas. "Dean, sebenarnya aku dan Elodie bisa pulang dengan taksi. Kau pasti hari i

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 26. Gerald Mengabaikan Laura

    Hari ini Giselle sudah kembali bekerja setelah seharian kemarin dia mengambil cuti.Giselle juga sudah menjelaskan pada Gerald kalau kemarin ia ada kepentingan yang tidak bisa dtinggalkan. Tapi Gerald tidak mempedulikan hal itu. Di dalam ruangan meeting, Giselle menata beberapa berkas-berkas penting. "Nona Giselle, berkas dari perusahaan saya, saya taruh di sebelah sini," ujar seorang laki-laki berambut putih pada Giselle. "Iya, Tuan Darren. Saya akan merapikannya," ujar Giselle dengan ramah. Giselle meletakkan tumpukan berkas di meja yang berada di hadapan Gerald. "Semuanya sudah saya kumpulkan, Pak," ujarnya. "Letakkan di sini dulu," ujar Gerald dengan dingin seperti biasa. Ruangan itu pun kembali sunyi saat satu persatu anggota meeting berjalan keluar meninggalkan ruangan tersebut. Giselle duduk di hadapan Gerald sambil membuka laptopnya. Baru saja Giselle fokus beberapa menit, deringan ponselnya menyita perhatiannya dan juga Gerald. Panggilan dari rumah sakit itu membuat

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 25. Gerald dan Dean Memperebutkan Giselle

    Di sela rasa kesal yang kini Gerald rasakan karena Giselle yang tidak datang dan tidak kunjung menjawab panggilannya, tiba-tiba pintu ruangannya pun terbuka. Muncul sosok Dean berjalan masuk ke arah mejanya sambil membawa beberapa berkas yang akan mereka bahas untuk meeting pagi ini. Gerald tak peduli dengan kehadiran Dean saat ini. Ia masih berusaha menghubungi Giselle lagi dan lagi. "Siapa yang kau hubungi? Ada apa dengan ekspresimu yang seperti itu?" tanya Dean. "Bukan urusanmu," jawab Gerald. "Giselle?" Dean langsung menebak dengan tepat. Gerald menatapnya dengan tatapan benci. Ya! Dia tidak suka pada Dean yang terlalu ikut campur, bahkan dia yang beraninya berdebat dengannya hanya karena Giselle. Helaan napas terdengar dari bibir Dean, ia duduk menyilangkan kakinya dan menatap Gerald dengan sama dinginnya. "Apa kau tidak sadar, Gerald? Semua hal yang kau lakukan pada Giselle sangat keterlaluan!" seru Dean jujur. "Tidak ada atasan di luar sana yang memberikan waktu kerja s

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 24. Apa yang Kau Sembunyikan Dariku, Giselle?

    Giselle berjalan pelan di lorong rumah sakit, wajahnya sembab dan air matanya masih menetes bila ia teringat perlakukan Gerald padanya. Ia tidak bisa membayangkan tangisan Elodie sebentar lagi, ini sudah terlalu malam untuk mencari makanan yang Elodie minta tadi. "Ya Tuhan ... bagaimana kalau anakku marah?" lirih Giselle mengusap wajahnya. Wanita itu melangkah gontai menuju kamar Elodie. Dari pintu kamar yang terbuka, Giselle berdiri di sana dan terpaku menatap sosok Dean yang berada di dalam bersama Elodie. Elodie tampak senang, anaknya yang kini memakan cake di tangannya dan terlihat sibuk dengan buku-buku gambar yang kemungkinan Dean bawakan untuknya, sambil tersenyum cerah ceria. Dean, laki-laki berhati malaikat itu membuat Giselle tidak bisa menghindarinya. "Mama..." Suara kecil Elodie menyandarkan lamunan Giselle. Dean pun menoleh ke belakang dan langsung beranjak dari duduknya mendekati Giselle di ambang pintu, berdiri dengan mata sembab berkaca-kaca. "Giselle, kau dari

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 23. Kemarahan Giselle pada Gerald

    Tidak seperti yang Giselle pikiran, kini Gerald mengajaknya ke sebuah rumah makan yang berada di hotel bintang lima. Laki-laki itu masih menarik tangannya dan memilih meja makan yang tepat untuknya. "Duduk!" Gerald melepaskan tangan Giselle dan memerintahnya untuk duduk. Giselle langsung duduk dan memangku paper bag yang ia bawa. Wanita itu melayangkan tatapan kesal pada Gerald. "Kenapa Pak Gerald mengajak saya ke sini?" tanya Giselle menahan geram. "Temani aku makan malam," jawab Gerald, ia menyerahkan buku menu pada Giselle. "Pilih makanan apapun yang kau kau mau." Giselle menggeleng. "Pak Gerald tidak perlu repot-repot, saya tidak lapar. Terima kasih." Alih-alih Gerald mengiyakannya, laki-laki itu malah tertawa sumbang sambil menatap Giselle dengan begitu rendahnya. "Kau tidak perlu sungkan, kapan lagi kau bisa memakan makanan mahal setelah berpisah denganku?" ujar Gerald. "Bukankah hidupmu sekarang sangat susah?" Gerald menatap buku menu di hadapan Giselle dan ia menunjuk

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 22. Gerald Membawa Giselle Bersamanya

    Malam ini Gerald mendatangi sebuah restoran mewah milik keluarganya yang berada di tengah-tengah kota Luinz. Ia datang bersama Laura. Kedua orang tua Gerald sudah menunggu sejak beberapa menit yang lalu. Kedatangan mereka berdua disambut dengan hangat oleh Marisa dan Charles. "Datang juga akhirnya kalian berdua," ujar Marisa tersenyum. "Tentu saja kami pasti datang, Tante. Maaf kalau sudah membuat Tante dan Om menunggu," ujar Laura, lalu memeluk Marisa. "Iya Laura, tidak masalah. Ayo, silakan duduk." Laura langsung duduk di samping Gerald. Ekspresi dingin Gerald tidak menunjukkan tiada rasa bersemangat sedikitpun dalam dirinya untuk mengikuti berjalannya acara makan ini. Melihat raut dingin wajah Gerald, Charles—Papanya pun berdehem pelan. Gerald langsung meliriknya dengan sorot mata yang begitu tenang. "Bagaimana dengan kantormu yang baru, Gerald? Papa dengar kau mengalami peningkatan yang cukup baik akhir-akhir ini?" tanya Charles, di sela para pelayan menyiapkan menu makan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status