Hati Nova perih saat membaca isi pesan yang menghina itu.Nova sangat ingin mengembalikan uang itu.Kemudian, memberikan ratusan ribu pada Brian dan mengatakan itu adalah bayaran.Akan tetapi, Nova tidak berani.Nova melihat pesan itu selama sesaat, lalu membalas pesan itu."Terima kasih, Pak Brian."Tidak ada gunanya untuk mengambek.Terutama pada Brian yang tidak mencintainya.Sesaat setelah pesan terkirim, pintu kamar Nova dibuka.Brian berdiri di depan pintu dengan ekspresi sinis.Brian mencibir."Terima kasih untuk apa?"Nova menatap lurus pada Brian seraya menjawab, "Terima kasih sudah atas uang dan pelayanan Pak Brian."Brian mengangkat alis dan bersandar di pintu. Tatapannya penuh dengan ejekan. "Bu Nova sungguh berpikiran terbuka."Kemudian, Brian berjalan ke luar sembari berkata, "Ayo makan."Nova tidak ingin pergi.Nova sedang sedih dan lemas."Nggak mau.""Jangan sampai aku ulangi," ujar Brian dengan santai. Namun, Nova tidak berani membantah lagi.Nova bangun dan berpakaia
Namun, Nova tidak terlalu memikirkan hal itu karena Yasmin tidak mengambil tindakan apa pun.Tak disangka, Yasmin mengungkitkan hal itu lagi hari ini.Nova berusaha bersikap natural. "Apa ada yang salah kalau aku menemani Pak Brian dalam perjalanan bisnis?"Yasmin tertawa. "Bu Nova nggak enak badan, 'kan? Bu Nova malah melakukan perjalanan bisnis dalam keadaan sakit. Apa nggak ada orang lain di perusahaan?"Nova memalingkan tatapan. "Aku sudah lebih baik. Terima kasih atas perhatian Nona Yasmin."Kemudian, Nova langsung pergi.Baru setelah itu, Nova merasa lega.Tidak ada kejanggalan di wajah Yasmin saat keluar dari toilet. Yasmin mendatangi Brian dengan manja."Brian, aku mau duduk bersamamu nanti."Brian mengangkat alis."Kenapa dengan kursimu?"Yasmin berpura-pura marah. "'Aku mau duduk bersamamu, kamu nggak mau?"Brian tersenyum. "Tanya Bu Nova saja, itu kursinya."Brian sekali lagi mengungkit Nova.Nova tersenyum saat Yasmin menoleh padanya."Baik, aku tukar tempat duduk dengan No
Nova mengiakan dengan gugup.Untungnya, Brian tidak curiga.Setelah Nova siap, Brian langsung membawanya pergi.Nova berpikir itu hanya pesta malam seperti biasa.Tak disangka, itu adalah acara amal berskala besar.Terdapat deretan panjang mobil-mobil mewah di jalanan depan gedung acara yang dijaga dengan ketat.Nova berjalan di sebelah Brian dan terkejut.Melihat keterkejutan dalam tatapan Nova, Brian langsung tertawa."Kenapa? Bu Nova nggak pernah datang ke acara seperti ini?"Nova terdiam.Nova memang tidak pernah mendatangi acara seperti itu.Dengan latar belakang keluarganya, bagaimana mungkin Nova bisa menghadiri acara seperti itu?Nova telah menemani Brian menghadiri banyak acara pesta kelas atas, tetapi acara malam ini sangat spektakuler.Jika bukan Brian, Nova mungkin tidak akan pernah berkesempatan untuk menghadiri acara seperti itu.Brian berstatus mulia.Selama tiga tahun sejak mereka bersama, baru kali ini Nova merasakan kesenjangan mereka dengan begitu jelas.Nova merasak
Nova mengikuti arah pandangan Chelsea, ternyata Yasmin sudah datang. Yasmin sedang berdiri di sebelah Brian sambil menggandeng lengan Brian.Mereka cantik dan tampan, sungguh adalah pasangan yang serasi.Terutama setelah Yasmin mengatakan sesuatu, tatapan Brian menjadi sangat lembut.Itu adalah pertama kali mereka tampil di tempat umum sejak hubungan mereka diumumkan. Seketika, mereka menjadi pusat perhatian.Semua orang membicarakan tentang Yasmin dan Brian."Nggak nyangka Pak Brian dan Yasmin benaran adalah kekasih.""Lihat, tatapan Pak Brian pada Yasmin penuh rasa cinta.""Mereka sangat serasi. Kapan mereka akan menikah?""Mungkin sebentar lagi. Mereka sudah mengumumkan hubungan mereka secara umum, pasti akan menikah sebentar lagi."...Hati Nova makin perih saat mendengar perbincangan orang-orang.Nova pun merasa sesak napas di aula yang begitu luas."Bagaimana? Merasa kamu jadi pelakor?"Ekspresi Nova makin suram. "Aku nggak mengerti apa maksud Nona Chelsea. Maaf, aku pamit dulu."
Perasaan Nova sangat tidak keruan.Nova berpikir momen kebersamaan di masa kecil itu istimewa bagi Brian.Ternyata tidak.Di hati Brian, Yasmin adalah cahaya harapan dalam kehidupannya.Saat ini. Nova merasa dirinya sangat konyol.Hanya Nova sendiri yang mementingkan kenangan itu."Lelang akan segera dimulai, ayo masuk," kata Simon.Nova tersadarkan, lalu menyahut, "Baik."Nova dan Simon memasuki aula lelang.Begitu masuk, Nova dipanggil oleh seorang pelayan."Bu Nova, Pak Brian minta Anda ke sana."Nova menoleh pada Simon dan berkata, "Aku ke sana dulu.""Oke."Nova dituntun menuju Brian.Brian duduk bersebelahan dengan Yasmin di baris pertama.Yasmin tersenyum saat melihat Nova."Bu Nova juga datang?"Nova mengangguk, tidak basa-basi dengan Yasmin.Brian menatap Nova seraya bertanya, "Masih kuat?"Nova mengangguk. "Ya.""Ke mana kamu tadi?"Nova menjawab, "Berdiri sebentar di luar, lalu ketemu Simon."Brian mengangguk dan tidak bertanya lebih lanjut. Kemudian, Brian memberikan katalo
Nova terdiam sejenak. "Antar Yasmin pulang."Simon membuka mulut, tetapi tidak bisa berkata-kata.Kemudian, Simon mengemudikan mobil dan membawa Nova pergi.Simon melaju sekencang-kencangnya.Dia langsung menuju rumah sakit terdekat dari gedung acara.Di rumah sakit, Nova mengikuti dokter untuk menangani luka."Boleh nggak minum obat?" tanya Nova dengan suara rendah.Dokter menatap Nova dengan kaget. "Lukamu cukup lebar, harus minum obat."Nova merapatkan bibir, lalu berujar, "Aku hamil, aku takut obat akan menyakiti janin."Dokter tertegun sejenak. "Kalau begitu, aku akan memberimu obat yang aman untuk janin. Bisa infeksi kalau nggak minum obat."Nova mengangguk. "Terima kasih."Dokter tersenyum. "Sama-sama. Karena kamu hamil, coba lakukan pemeriksaan USG untuk lihat apakah janin baik-baik saja.""Baik."Setelah melakukan pemeriksaan USG dan memastikan janin baik-baik saja, Nova merasa lega.Saat Nova keluar dari ruang pemeriksaan USG, Brian dan Yasmin sudah datang bersama Jania.Bria
Simon tidak dapat membantah.Yasmin tidak memiliki keharusan untuk melakukan hal tersebut.Di mata orang lain, hubungan Brian dan Nova tidak akan berpengaruh pada Yasmin."Mungkinkah itu perbuatan penggemar itu sendiri? Tapi seperti yang Bu Nova katakan, hanya segelintir orang yang tahu tentang hubungan kalian. Bagaimana bisa penggemar itu tahu?"Simon sungguh merasa heran.Brian mengernyit seraya menatap hujan di luar jendela. Setelah hening sejenak, Brian berpesan, "Pantau kemajuan aparat polisi, langsung kabari aku kalau sudah ada hasil. Selain itu, kontrol opini publik di internet. Aku nggak mau ada gosip lagi."Simon menjawab, "Oke, aku mengerti."Saat Brian kembali ke mobil, Nova sedang duduk dengan mata terpejam."Sakit nggak?"Brian bertanya.Nova membuka mata dan menoleh ke luar jendela. "Menurut Pak Brian?"Ekspresi Brian menjadi kesal. "Nova, memangnya aku yang melukaimu?"Nova terdiam sejenak, lalu menjawab, "Maaf, suasana hatiku sedang buruk."Brian menatap Nova seraya ber
"Aparat polisi menyuruhku datang untuk membuat laporan identifikasi luka dan pengakuan lisan."Walau berekspresi masam, Brian berkata, "Aku antar."Nova ingin menolak.Keberpihakan Brian membuat Nova sedih.Jika Nova dan Yasmin bertukar posisi dalam kejadian hari ini, Brian pasti akan menyelidiki masalah itu hingga tuntas, bukan membela Yasmin seperti sekarang.Seolah-olah takut Nova akan menyakiti Yasmin.Nova telah menyadari kenyataan tersebut selama ini.Namun, Nova tetap merasa sedih.Terkadang, Nova sangat iri pada Yasmin.Sejak kecil, Yasmin dibela oleh orang-orang.Colton dan Zelda sangat menyayangi Yasmin.Begitu pula teman-teman Yasmin.Sejak kecil, Yasmin diperlakukan oleh orang-orang layaknya seorang putri kerajaan.Apalagi Brian yang enggan membiarkan Yasmin dianiaya sedikit pun.Tiba-tiba, Nova merasa dirinya kasihan.Apa yang dimiliki oleh Nova?Nova hanya memiliki sepotong kenangan yang enggan dilupakan.Serta ibu yang mungkin tidak akan pernah siuman lagi."Terima kasih
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo