Nova terdiam sejenak. "Antar Yasmin pulang."Simon membuka mulut, tetapi tidak bisa berkata-kata.Kemudian, Simon mengemudikan mobil dan membawa Nova pergi.Simon melaju sekencang-kencangnya.Dia langsung menuju rumah sakit terdekat dari gedung acara.Di rumah sakit, Nova mengikuti dokter untuk menangani luka."Boleh nggak minum obat?" tanya Nova dengan suara rendah.Dokter menatap Nova dengan kaget. "Lukamu cukup lebar, harus minum obat."Nova merapatkan bibir, lalu berujar, "Aku hamil, aku takut obat akan menyakiti janin."Dokter tertegun sejenak. "Kalau begitu, aku akan memberimu obat yang aman untuk janin. Bisa infeksi kalau nggak minum obat."Nova mengangguk. "Terima kasih."Dokter tersenyum. "Sama-sama. Karena kamu hamil, coba lakukan pemeriksaan USG untuk lihat apakah janin baik-baik saja.""Baik."Setelah melakukan pemeriksaan USG dan memastikan janin baik-baik saja, Nova merasa lega.Saat Nova keluar dari ruang pemeriksaan USG, Brian dan Yasmin sudah datang bersama Jania.Bria
Simon tidak dapat membantah.Yasmin tidak memiliki keharusan untuk melakukan hal tersebut.Di mata orang lain, hubungan Brian dan Nova tidak akan berpengaruh pada Yasmin."Mungkinkah itu perbuatan penggemar itu sendiri? Tapi seperti yang Bu Nova katakan, hanya segelintir orang yang tahu tentang hubungan kalian. Bagaimana bisa penggemar itu tahu?"Simon sungguh merasa heran.Brian mengernyit seraya menatap hujan di luar jendela. Setelah hening sejenak, Brian berpesan, "Pantau kemajuan aparat polisi, langsung kabari aku kalau sudah ada hasil. Selain itu, kontrol opini publik di internet. Aku nggak mau ada gosip lagi."Simon menjawab, "Oke, aku mengerti."Saat Brian kembali ke mobil, Nova sedang duduk dengan mata terpejam."Sakit nggak?"Brian bertanya.Nova membuka mata dan menoleh ke luar jendela. "Menurut Pak Brian?"Ekspresi Brian menjadi kesal. "Nova, memangnya aku yang melukaimu?"Nova terdiam sejenak, lalu menjawab, "Maaf, suasana hatiku sedang buruk."Brian menatap Nova seraya ber
"Aparat polisi menyuruhku datang untuk membuat laporan identifikasi luka dan pengakuan lisan."Walau berekspresi masam, Brian berkata, "Aku antar."Nova ingin menolak.Keberpihakan Brian membuat Nova sedih.Jika Nova dan Yasmin bertukar posisi dalam kejadian hari ini, Brian pasti akan menyelidiki masalah itu hingga tuntas, bukan membela Yasmin seperti sekarang.Seolah-olah takut Nova akan menyakiti Yasmin.Nova telah menyadari kenyataan tersebut selama ini.Namun, Nova tetap merasa sedih.Terkadang, Nova sangat iri pada Yasmin.Sejak kecil, Yasmin dibela oleh orang-orang.Colton dan Zelda sangat menyayangi Yasmin.Begitu pula teman-teman Yasmin.Sejak kecil, Yasmin diperlakukan oleh orang-orang layaknya seorang putri kerajaan.Apalagi Brian yang enggan membiarkan Yasmin dianiaya sedikit pun.Tiba-tiba, Nova merasa dirinya kasihan.Apa yang dimiliki oleh Nova?Nova hanya memiliki sepotong kenangan yang enggan dilupakan.Serta ibu yang mungkin tidak akan pernah siuman lagi."Terima kasih
Di luar kantor polisi, Nova ditelepon oleh Nabila."Kamu terluka tadi malam?"Nova tersenyum sambil menjawab, "Ya, nggak parah, jangan khawatir.""Astaga! Aku sangat mengkhawatirkanmu! Aku baru saja membaca beritanya di internet. Pelakunya adalah penggemar Yasmin?"Nova menjawab seraya tersenyum sinis, "Benar, dia bilang aku merusak hubungan Yasmin dan Brian, jadi ingin memberiku pelajaran untuk Yasmin.""Omong kosong! Siapa yang merusak hubungan siapa? Memangnya sekarang ada hubungan apa di antara Yasmin dan Brian? Hubungan mereka sudah menjadi masa lalu. Sekarang Yasmin nggak ada hubungan apa-apa dengan Brian, apanya yang bisa dirusak? Kamu justru sudah bersama Brian selama tiga tahun, bahkan punya anak. Siapa yang jadi pelakor?"Kepahitan melanda hati Nova."Apa boleh buat? Siapa suruh aku nggak punya status sah?"Nabila membantah dengan sedih, "Memangnya Yasmin punya status sah? Dia juga nggak punya, kalian itu sederajat. Dia nggak bisa meremehkanmu!"Nova terhibur oleh Nabila."Ja
"Semuanya ini karena kamu, dasar pembawa sial! Kamu mencelakai putriku, kamu pantas mendapatkannya! Kenapa? Kenapa kamu nggak mau memaafkan putriku? Dia masih kecil!"Terdengar suara seorang pria yang penuh amarah.Nova hanya dapat mendengar samar-samar.Satu-satunya hal yang dapat dirasakan oleh Nova adalah rasa sakit.Rasa sakit yang berinterval di bagian perut membuat Nova sulit bernapas."Nova?" Brian bergegas menghampiri Nova dan mengernyit ketika melihat wajah Nova memucat. "Apa kamu baik-baik saja?"Nova memegangi tangan Brian."Perutku sakit, rumah sakit, pergi ke rumah sakit!"Brian memicingkan mata, lalu menggendong Nova berjalan ke luar.Sebelum pergi, Brian menoleh pada pria itu."Bisa-bisanya ada orang yang berani melukai orang lain di depan kantor polisi! Kuharap masalah ini dapat diselidiki dengan saksama."Petugas polisi ketakutan dan segera menjawab, "Jangan khawatir, Pak Brian, masalah ini pasti akan kami selidiki."Kemudian, petugas polisi langsung memborgol pria itu
Bahkan di saat itu, Brian enggan memberikan harapan pada Nova.Brian tidak menginginkan anak itu.Dari awal hingga akhir, Brian tidak pernah berubah pikiran.Jawaban Brian yang singkat dan tegas menghancurkan semua harapan Nova.Nova perlahan-lahan melepaskan tangannya yang memegang tangan Brian dengan erat."Maaf."Nova berbisik.Entah kepada siapa.Mungkin kepada Brian.Mungkin kepada janin dalam kandungannya.Mungkin juga ... pada diri sendiri."Maaf ...."Saat Nova memejamkan mata, air mata diam-diam mengalir turun dari sudut matanya.Saat ini, Nova tidak tahu mana yang lebih sakit dari rasa sakit di badan atau di hati.Sekujur tubuh Nova terasa dingin, tetapi ada cairan hangat yang mengalir keluar dari selangkangan Nova.Bibir Nova menjadi pucat.Seolah-olah sedang kehilangan sesuatu.Brian memegang kemudi erat-erat dengan satu tangan.Di tangan yang lain, Brian merasakan tangan Nova sedang lepas perlahan-lahan.Baru kali itu rasa kekosongan di tangan membuat Brian merasa tidak ny
"Sejak awal di tahu kalau aku nggak akan mau anak ini, nggak seharusnya dia menyembunyikan hal ini dariku."Setelah selesai berbicara, Brian keluar.Simon mengikutinya untuk keluar."Kak, apa yang kamu pikirkan? Nova sudah bersamamu selama tiga tahun. Apa kamu sama sekali nggak ada perasaan padanya? Kalau nggak ada, kenapa kamu masih saja memaksanya untuk ada di sisimu? Lebih baik bebaskan dia saja. Kamu juga bisa bersama Yasmin dengan bahagia!"Langkah Brian tiba-tiba terhenti.Brian menatap Simon dengan serius."Simon, jangan berpikir hanya karena kamu ini adikku, kamu bisa ikut campur dalam urusan pribadiku!"Simon tersedak. "Kak, bukan itu maksudku, aku hanya .... Ah, lupakan saja. Aku katakan saja yang sejujurnya, aku menganggapnya sebagai kakak iparku sendiri. Bagaimanapun, menurutku dia lebih baik dari Yasmin."Brian meliriknya, sudut bibirnya bergerak sedikit, tapi pada akhirnya tidak berkata apa-apa....Ruang gawat darurat.Nabila bergegas.Melihat Brian berdiri di sana, Nabi
Tangisan di kamar tidak berhenti.Brian berdiri di dekat pintu, bahkan tidak mengubah postur tubuhnya.Setelah lumayan lama, ketika tangisan di dalam akhirnya berhenti, Brian menundukkan kepalanya dan melihat rokok di tangannya.Brian mengangkat tangannya dan membuang rokok yang sudah hancur itu ke tempat sampah, mengambil yang baru dan berjalan ke area merokok.Nabila datang setelah pulang kerja.Nova terbaring sendirian di ranjang rumah sakit, dengan air berkilauan di sudut matanya.Nabila tersenyum kaku."Sebenarnya nggak masalah, kalau nggak ... kamu akan mengurus Bibi dan anak itu sendiri, melelahkan sekali."Nova tidak tahu berapa banyak usaha yang diperlukan untuk menahan air matanya.Nova mengangguk."Ya, aku tahu."Bagaimana mungkin dia tidak mengetahui situasinya sendiri?Mungkin sebuah hal baik karena anak ini gugur.Kalau tidak, dia harus menanggung kesulitan bersamanya setelah lahir.Namun, hatinya masih merasa tidak nyaman.Nabila tidak tahan melihatnya seperti ini, jadi