"Apa kamu mau bersama lagi dengan Brian?"Nova langsung mendorong tangannya. "Omong kosong apa yang kamu bicarakan?""Aku bicara omong kosong atau kamu pura-pura bodoh?"Nova terdiam beberapa saat lalu menjawab, "Rudy, aku sudah bilang, kita hanya berteman."Rudy tertawa, "Lalu kenapa? Apa ini memengaruhi fakta bahwa Brian adalah bajingan? Nova, pikirkan tentang apa yang dia lakukan padamu sebelumnya, jangan biarkan Brian hanya memberimu janji manis saja."Nova terhuyung menjauh darinya. "Aku sadar!""Baguslah kalau begitu." Rudy tidak banyak bicara, hanya memberinya secangkir kopi.Nova meliriknya dan mengambilnya. "Terima kasih."Rudy tidak berkata apa-apa lagi dan kembali ke kantornya.Nova melihat punggungnya dan menghela napas.Namun, setelah menyelesaikan masalah dengan Rudy, Nova tiba-tiba ingat untuk mengganti perban Brian.Dia awalnya mengira Brian akan datang kepadanya atas inisiatifnya sendiri.Tak disangka, hingga hendak pulang kerja, Nova tidak menerima telepon dari Brian,
Brian sedang duduk di kantor, mendengarkan manajer pemasaran baru berbicara dengannya tentang proyek perencanaan musim kemarau.Di tengah jalan, Brian tiba-tiba mengangkat tangannya dan berhenti.Brian melihat ponselnya.Senyum muncul di matanya."Ayo makan malam bersamaku, sekalian ganti perbanmu."Nova memperhatikan pesan Brian dalam diam.Saat ini, Nova benar-benar tidak bisa menolak.Nova menarik napas dalam-dalam dan menjawab, "Oke."Sudut bibir Brian sedikit melengkung.Manajer pemasaran yang baru melihat pemandangan ini dengan ketakutan.Siapa yang pernah melihat Pak Brian tersenyum seperti ini?Dewa Kematian yang selalu bersikap dingin bisa tersenyum seperti ini?Brian meletakkan ponselnya lalu melihat orang yang berdiri di depannya."Ambil lalu kerjakan dari awal lagi. Apa kamu sudah memahami tema pasar musim kemarau? Kamu sudah melakukan riset pasar? Kalau nggak tahu, lihat saja apa yang dilakukan manajer sebelumnya."Manajer pemasaran sadar, merespons dengan cepat dan ketaku
Setelah mengatakan itu, Brian pergi.Nova berdiri di sana dengan kaget lalu baru sadar kembali.Nova memeluk bunga itu dan kembali ke rumah dengan bingung.Nabila tercengang saat melihat bunga di pelukannya."Ini ... hadiah dari Brian?"Bulu mata Nova sedikit bergetar, tidak menjawab, tapi langsung masuk ke kamar tidur.Malam itu, Nova tidak bisa tidur.Ruangan itu seolah dipenuhi aroma Lisianthus.Keesokan harinya.Pagi-pagi sekali, Nova tiba di lapangan golf untuk bertemu dengan Aldi.Bisnis Keluarga Connor kelihatannya selalu berada di jalur legal, tapi sebenarnya juga memasuki jalur ilegal.Namun, Aldi sendiri tampak sangat pendiam.Pria berusia empat puluhan ini punya keberanian dan ketenangan sesuai dengan umurnya.Nova sedikit terkejut saat melihat Aldi.Ketika Aldi melihat Nova, kilatan keterkejutan muncul di matanya. "Bu Nova jauh lebih cantik daripada di foto."Aldi belum pernah bertemu Nova sebelumnya, tapi karena insiden Bayu, Aldi juga memeriksa informasi Nona Nova.Sebaga
Siang hari mereka baru selesai bermain golf.Aldi membuat janji dengan Nova untuk makan malam.Aldi merupakan pria yang cukup sopan, dia tidak menyuruh Nova minum banyak. Aldi memiliki etika yang baik, makan malam bersama ini bisa dianggap sebagai sambutan terbaik dari tuan rumah.Baru setelah makan selesai Aldi menyebutkannya."Lalu bagaimana pendapat Bu Nova tentang sebidang tanah itu?"Nova merasa sedikit bingung, terdiam beberapa saat dan kemudian berkata, "Tuan Aldi, masalah ini bukanlah sesuatu yang bisa aku putuskan sendiri. Bisakah kita membicarakannya nanti?"Aldi menjawab sambil tersenyum."Baiklah, aku akan menunggu ajakan Bu Nova lagi."Nova mengangguk.Keduanya keluar dari restoran dan Nova langsung masuk ke mobil.Di dalam mobil, perhatiannya sedikit terganggu.Dari awal, Nova sebenarnya tidak menanyakan tentang Bayu secara detail.Saat itu, hubungannya dengan Brian sudah tegang.Apa yang dilakukan Brian tidak pernah diceritakan padanya.Kalaupun Brian hampir membunuh Bay
Nova terdiam beberapa saat."Aku akan datang setelah pulang kerja."Tawa Brian terdengar dari sana. "Oke, aku akan menjemputmu.""Nggak perlu, aku akan pergi ke sana sendiri." Nova menutup telepon dengan tegas.Begitu melihat telepon yang ditutup, Brian tertawa dengan tidak berdaya.Brian terdiam beberapa saat dan melirik ke arah pengasuh yang sedang membuat sup penghilang mabuk di dapur."Nggak perlu memasak sup penghilang mabuk. Kamu pergi beli bahan makanan saja."Pelayan memandang Brian dengan bingung. "Pak Brian, masih ada bahan makanan di rumah."Brian berdiri dan berjalan ke kamar mandi lalu dengan malas berkata, "Kamu bisa mendapat libur setelah selesai berbelanja bahan makanan."Pelayan berhenti dan mungkin mengerti maksudnya.Pelayan segera mengemasi barang-barangnya dan berjalan keluar.Brian tiba-tiba menghentikannya. "Kamu tahu apa makanan kesukaan Nona Nova? Selain yang manis-manis, seperti ikan atau udang, apa dia suka?"Pelayan sedikit bingung.Meskipun sudah berada di
Namun, sebelum bisa masuk, Luis datang untuk memblokir pintu mobil."Pak Rudy, kalau kamu masuk ke mobil Nona Nova seperti ini, reputasinya akan hancur."Rudy mendengus dan berjalan ke sisi lain.Luis segera berbalik dan memblokir pintu mobil lagi.Nova melihat pemandangan ini dengan sakit kepala.Nova langsung keluar dan naik taksi.Melihat Nova pergi, Rudy sangat marah hingga hampir menendang Luis."Luis, kamu benar-benar bawahan Brian yang menyebalkan!"Luis memandang Rudy dan berkata, "Pak Rudy sekarang terlihat seperti budak cinta."Setelah selesai berbicara, Luis pergi tanpa menunggu Rudy membalasnya.Rudy mengangkat ponselnya untuk menelepon Brian."Brian, kalau kamu hebat, kita bersaing secara sehat. Apa maksudmu dengan menempatkan Luis di samping Nova?"Nada suara Brian terdengar malas. "Rudy, kamu tetap di sisinya setiap hari, kamu melarang aku menempatkan seseorang di sampingnya?"Rudy mencibir, "Dasar licik!"Brian menjawab, "Memangnya kamu suci?"Rudy berkata, "Setidaknya
Tubuh Nova tiba-tiba menegang, jantungnya seakan berdetak kencang."Brian, lepaskan aku."Brian menjawab dengan sederhana, tapi memeluknya lebih erat."Nova, jangan bergerak, aku akan memelukmu sebentar, sebentar saja."Ada juga sedikit bau alkohol di napas Brian yang menyembur ke lehernya, bercampur dengan bau asap rokok.Tubuh Nova semakin menegang.Nova berdiri dengan kaku di depan meja rias, suara napas Brian sudah memenuhi telinganya.Jantungnya berdetak lebih keras.Nova menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Lepaskan aku."Namun, Brian masih tidak rela melepaskannya.Bukan hanya enggan melepaskannya, Brian juga menekannya semakin keras, seolah ingin memasukkannya ke dalam tubuhnya."Nova, aku sangat merindukanmu."Hati Nova tiba-tiba menjadi sedikit bingung.Nova secara refleks ingin mendorong Brian.Brian meraih tangannya dan mengendalikannya dengan erat."Nova, jangan bergerak. Kalau kamu bergerak lagi, aku akan lebih kasar."Nova tiba-tiba berhenti.Dia menginjak kaki Brian
Nova memelototinya, berdiri dan berjalan keluar.Brian menatap punggungnya, lalu berbalik dan masuk dapur sambil mengeluarkan wadah makanan.Nova turun dari lantai atas dan Brian mengikutinya keluar."Ambil ini."Dia berkata sambil menyerahkan wadah makanan di depan Nova.Setelah itu, tanpa menunggu Nova menolak, Brian berbicara lagi."Aku meminta pelayan untuk membuatkan sup untuk Bibi, rasanya enak. Kamu bisa memberikannya pada Bibi. Kamu juga makan sup ini, ya."Setelah mengatakan itu, Brian langsung memberikan wadah makanan ini ke pelukan Nova.Ketika kembali ke mobil, Nova melihat wadah makanan yang diletakkan di sebelahnya dengan bingung.Luis melihat ekspresinya dan berbicara."Nona Nova, apa kamu salah paham dengan Pak Brian?"Nova sadar dan menghindari tatapannya. "Nggak ada.""Kalau nggak ada, kalian jelas-jelas saling menyukai, kenapa nggak bersama kembali?"Nova hanya tersenyum."Pergi ke rumah sakit."Melihat Nova tidak ingin berbicara lebih banyak, Luis tidak punya piliha
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo