Share

43. Sulit Untuk Membenci.

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Oh jadi kamu ya calon istrinya? Syukurlah, akhirnya saya bisa berbahagia tanpa harus melihat kesedihan orang lain. Selamat ya, Raline? Saya senang sekali." Marilyn merentangkan kedua tangannya. Memeluk Raline erat-erat dengan gembira.

Raline melongo. Ia kebingungan saat dipeluk dan punggungnya ditepuk-tepuk keras oleh Marilyn. Namun detik berikutnya ia dilema. Ia sudah tahu kalau gadis cantik ini adalah rivalnya. Jangan-jangan nanti Axel kembali meninggalkannya seperti mantan-mantannya yang lain. Apakah ia harus memusuhi Marilyn karena berpotensi mencuri prianya?

Tapi sepertinya Raline tidak mampu memusuhinya. Melihat ketulusan Marilyn, Raline malah menyukainya alih-alih membencinya. Sulit untuk memusuhi orang seramah Marilyn.

"Iya... iya... gue terima ucapan terima kasih lo. Walau sebenernya gue nggak tahu gue udah berbuat baik apa sama lo, sampai lo terima kasih-terima kasih begini."

Raline balas memeluk Marilyn canggung. Beberapa waktu kemudian Raline nyaris terbatuk karena tepuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ramanda Khatulistiwa
seruuuuuuuuuuuui
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia   44. Randy Dalam Bahaya.

    "Kalo lo mau menu itu, nggak apa-apa, Line. Lo boleh pesan menu yang lain juga. Makanan kecil seperti canape, dessert atau yang lainnya. Just for you information, gue dulu sering makan di sini sebelum ada sesuatu yang membuat gue nggak mendapat priviledge seperti itu lagi. Gue mengatakan ini, karena gue nggak mau lo khawatir soal keuangan gue. Kalo gue udah berani ngajak lo makan di sini, itu artinya gue udah mempersiapkan segalanya. Lo nikmatin aja makanan apa pun yang lo mau."Ali merasa perlu membuka jati dirinya sedikit, demi tidak membuat Raline terlalu mengkhawatirkan keuangannya. Ia mengatakan hal yang sebenarnya. Dulu ia juga kaya karena terlahir dari keluarga kaya raya. Hanya saja, setelah dewasa ia merasa jalan hidupnya berbeda dengan keluarganya. Oleh karenanya ia keluar dari zona nyamannya dan menjadi Ali yang seperti ini."Kalo gitu terserah lo aja. Gue sama Mas Axel ngikut. Mas Axel juga akan membayar sendiri kok. Sesuai perjanjian kita tadi. Iya 'kan, Mas?" Raline membe

  • Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia   45. Misi Penyelamatan.

    Raline serasa sedang mengikuti formula F1 saat Axel mengebut di jalan raya. Untung saja malam ini lalu lintas lancar jaya. Sehingga waktu untuk menolong Randy bisa lebih dipercepat. "Astaga, awas Mas!" Raline menjerit ngeri tatkala Axel berbelok ke kanan tanpa mengurangi kecepatan. Sungguh, Raline takut jantungnya pindah tempat karena posisi duduknya yang terus terpental-pental."Masuk ke perumahan depan itu, Mas!" Raline menunjuk perumahan mewah kediaman Pak Fandy. Axel melambatkan laju kendaraan. Memasuki perumahan memang ada aturan tersendiri. Ia harus mengikuti peraturan demi tercapainya misi ini. Axel mengklakson pos Satpam dua kali sebelum memasuki perumahan. "Perempatan depan belok kiri, Mas." Raline kembali memberi ancer-ancer. "Nah itu rumah si Fandy, Mas." Raline menunjuk sebuah mewah yang berpagar tinggi. Ia ingat sekali rumah ini karena pagarnya paling rapat dan juga paling tinggi. Semoga saja Randy tidak kenapa-kenapa di dalam sana. "Heh, rumah Randy? Kenapa kita ke r

  • Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia   46. Lamaran ala Mafia.

    "Aku memang menggelandang, Pak. Tapi aku punya kehormatan dan harga diri. Aku tidak suka uang haram yang berasal dari bisnis pelacuran ibuku," pungkas Ali dingin."Waduh! Bisnis pelacuran katanya, Mas?" Raline menunjuk Ali yang saat ini tengah berhadapan dengan Pak Fandy. "Diam, calon istri. Gue nggak tuli. Justru kalau lo heboh begini, gue jadi nggak bisa konsentrasi mengamati. Duduk diam, dan tontonlah dengan tentram." Axel meluruskan kepala Raline agak menghadap ke depan. "Teruslah bertingkah idealis. Sampai harta ibumu habis dinikmati oleh ayah tiri berondongmu," ejek Pak Fandy."Apa bedanya dengan Om. Alih-alih membahagiakan darah daging sendiri, Om malah mengempani orang lain. Ibu dan anak lagi. Double jackpot," Ali balas mengejek.""Biarkan aku pergi, Yah! Aku tidak mau di sini." Randy kembali berteriak."Kamu tetap di sini. Kembali bersekolah dan menata masa depan. Bawa Randy kembali ke kamarnya yang dulu, Pak Asep." Pak Fandy kembali meneriakkan perintah."Ayo kita pulang,

  • Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia   47. Akhirnya Bisa Juga!

    Raline mondar mandir di dapur. Dirinya diminta membuat kopi oleh ayahnya. Ayahnya ingin berbicara berdua dengan Axel katanya. Ayahnya yang memberi perintah, tapi Raline yang bingung. Masa mafia disuguhi kopi dan biskuit Khong Guan? Apa pantes coba?"Tungguin air panasnya, Line. Ngapain kamu ngintip-ngintip begitu? Nanti juga kamu bakalan dipanggil ayahmu." Bu Lidya yang sedang membuat makanan kecil pesanan Bu Wahyu mengomeli Raline. Putrinya ini tingkahnya seperti cacing kepanasan alias tidak bisa diam."Raline penasaran, Bu. Kira-kira mereka ngomongin apa ya? Terus ayah minta persyaratan apa aja. Ibu kan tahu sendiri kalau ayah semangat sekali membahas perkara uang," ungkap Raline apa adanya.Kalimat Raline membuat Bu Lidya yang sedang menguleni tepung menghentikan kegiatannya. Putrinya naifnya ini memang seperti ini adanya. Selalu mengatakan apa yang ada dalam benaknya. Dulu, dirinya pasti mengamuk jikalau putrinya nyeletuk seperti ini. Namun sekarang tidak lagi. Ia mulai belajar

  • Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia   48. Raline Memang Istimewa.

    "Duduk, Raline. Sebentar lagi kamu akan menjadi seorang istri. Jangan bersikap serampangan lagi ya? Tidak baik." Pak Adjie menasehati putrinya lembut. Mata tuanya berair membayangkan putri satu-satunya akan segera meninggalkannya. Akan halnya Raline, ia termangu. Hatinya bergetar mendengar nasehat ayahnya yang diucapkan dengan lembut. Seperti ini rasanya disayang tanpa syarat. "Iya, Yah. Iya. Raline akan memperbaiki diri biar Ayah senang." Raline menjawab dengan senyum terkembang. Sejurus kemudian air mukanya berubah serius. Ia harus memperingati ayahnya akan satu hal."Tapi Ayah nggak boleh meminta dana pada Mas Axel perihal pernikahan Raline ya, Yah? Kan kita sudah sepakat kalau kita akan berusaha sendiri." Raline mengingatkan janji sang ayah yang telah mereka sepakati sebelumnya. "Iya... iya... Ayah tahu," kata Pak Ajie."Nah, Axel, kamu dengar sendiri kan kalau kami sekarang ingin berjuang sendiri dalam hal apapun. Bapak tidak menginginkan bantuan dana darimu. Bagi Bapak, asal

  • Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia   49. Terpesona.

    Raline merasa bagai perawan, eh perempuan di sarang penyamun di acara ijab kabulnya ini. Sedari pagi buta ia sudah diangkut dari rumah menuju ke kediaman Axel di jalan Kemuning. Dan sekarang dua jam kemudian, ia masih saja didandani oleh Marlene, Make Up Artist kondang yang tidak bosan-bosannya menggambari wajahnya. Sedangkan asisten Marlene Sapto eh Septi, terus saja menyasak dan menarik-narik rambutnya ganas. Alasan Septi agar sanggulnya tampak rapi namun tetap terlihat natural. Sungguh ingin tampak cantik itu memang tidak mudah. Selain siap sakit kantong, juga harus kuat sakit fisik. Beauty is pain, memanglah benar adanya."Mbak Raline, jangan kedap kedip terus. Nanti eyelinernya belepotan," tegur Marlene cemas."Maaf, Mbak Marlene, mata gue perih dicolok-colok begini. Tuh sampai keluar air mata kan?" Raline sungguh tersiksa setiap kali harus memakai eyeliner bawah mata. Bayangkan, waterline yang notabene dekat sekali dengan bola mata, digaris-garis presisi dengan pensil eyeliner.

  • Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia   50. Ke Surga Atau Neraka, Tetap Bersama.

    Akan halnya Raline, ia sejenak kehilangan orientasi. Axel itu memang sudah tampan sejak pertama kali ia melihatnya di rumah sakit, kala menjenguk Heru. Hanya saja dulu ia takut pada Axel. Karena sikap kaku dan mulutnya yang tidak kompromi. Tapi semakin mengenalnya Raline menjadi semakin respek pada Axel. Axel memang cuek seperti mantan-mantannya terdahulu. Namun ada satu hal yang membuat Axel istimewa. Dalam kecuekannya Axel peduli. Axel membereskan semua masalahnya dalam diam melalui jalur belakang. Inilah yang membuat Raline terkadang ketakutan. Ia takut jatuh cinta sungguhan pada Axel. Karena ia sudah berjanji. Bahwa ia tidak ingin jatuh cinta sendirian lagi. Istimewa ia sekarang mempunyai kekurangan."Boss, penghulunya udah nunggu. Tapi kalo Boss masih mau tatap-tatapan, gue ke depan dulu. Minta penghulunya nunggu sebentar." Erick yang berdiri di belakang Axel terpaksa turun tangan. Penghulu di depan, sudah tidak sabar karena harus menikahkan pasangan lain. Kalau acara tatap-tatap

  • Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia   51. Pernikahan Berdarah.

    "Saya terima nikah dan kawinnya Raline Raharjo Soeryo Sumarno binti Adjie Raharjo Soeryo Sumarno dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Axel mengucap ijab kabul dengan lantang dalam satu tarikan napas. Raline yang duduk di samping Axel menghembuskan napas lega. Sedari tadi ia memang menahan napas. Ia takut kalau Axel salah mengucapkan namanya. Ternyata ketakutannya tidak beralasan. Axel bisa juga mengucapkan nama lengkapnya dengan lancar jaya seperti jalan tol bebas hambatan.Sejurus kemudian terdengar kata sah yang menggema di seantero ruangan. Raline menangis haru. Akhirnya ada juga laki-laki yang mau menikahinya. Merasa tidak percaya, Raline mencubit lengan kirinya. Sakit! Itu artinya ia tidak bermimpi. Dirinya benar-benar sudah menjadi istri orang sekarang alhamdullilah. "Lo ngapain, istiku0? Kok nyubit diri sendiri?" Axel mengelus lengan Raline, saat istrinya itu mendesis kesakitan setelah mencubit diri sendiri. Ada-ada saja."Kagak ngapa-ngapa. Gue cuma meyakinkan diri send

Bab terbaru

  • Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia   118. Akhir Bahagia.

    "Heh, Cecev Saklitinov. Ponakan lo bapaknya orang Rusia ya?" Axel bersiul. Hebat juga adik Kang Endang ini bisa mendapatkan suami orang Rusia. Karena sepengetahuannya keluarga Kang Endang itu suku Sunda. "Bukan, Boss. Adik ipar saya teh namanya Mulyono, orang Jawa. Mana ada orang Rusia panggilannya si Mul?" Kang Endang meringis."Lah, itu namanya kenapa Cecev Saklitinov? Cecev-nya huruf V lagi, bukan P," tukas Axel lagi."Itu mah cuma singkatan, Boss. Saklitinov itu teh singkatan dari Sabtu kliwon tiga November kata bapaknya." Kang Endang nyengir."Astaga." Axel menggeleng-gelengkan kepala sementara Bang Raju tersedak kopi. Nama keponakan Kang Endang memang antik."Boss, dicariin Mbak Raline." Bik Sari berlari-lari kecil menghampiri Axel. Nyonya mudanya kebingungan karena tidak menemukan bayinya."Nah, jagoan. Kita sudah dicariin. Kita ke mamamu dulu ya? Nanti Papa akan membawamu ke ruang bawah tanah. Banyak jalan-jalan rahasia yang harus kamu ingat nantinya." Axel mempercepat langka

  • Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia   117. Mengagumi buah hati.

    Axel tak henti-hentinya mengagumi putranya yang baru saja pulang ke rumah. Setelah empat hari lamanya berada di rumah sakit, ini adalah hari pertama sang putra berada di rumah sendiri. Gemas, Axel mengelus jemari putranya. Menghitung jumlahnya yang sempurna dalam ukuran yang sangat mungil. "Bangun dong, jagoan. Masa tidur terus sih? Baru aja minum susu eh sekarang udah tidur lagi. Papa 'kan pengen main sama kamu." Axel menjawil pipi sang putra lembut. Putranya yang saat ini masih tertidur dalam boks bayi, hanya meresponnya dengan erangan khas bayi."Namanya juga bayi umur empat hari, Mas. Kerjaannya kalo nggak minum susu ya molor. Kata dokter anak bayi usia nol sampai satu bulan itu minimal tidur sekitar enam belas jam sehari." Raline yang baru keluar dari kamar mandi memberitahu Axel. "Begitu ya? Ya udah, Xander bobok aja kalau gitu. Papa mau mesra-mesraan dengan mama dulu ya?" Axel mengecup pipi Raline mesra, saat istrinya itu duduk di sudut ranjang."Mas, beneran nggak ilfeel nge

  • Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia   116. Lahirnya Generasi Baru.

    Raline ada di tempat tidur aneh dengan penutup kepala seperti dirinya. Tangan kirinya diinfus sementara hidungnya dipasang selang oksigen. Tubuh Raline ditutupi semacam kain berbahan parasut. Hal aneh yang Axel maksud adalah mengenai ranjang Raline. Ranjangnya memiliki dua penyangga. Di atas penyangga itulah kedua kaki Raline diletakkan. Sementara kedua tangan Raline diletakkan pada pegangan tangan di sisi kanan dan kiri ranjang. Posisi berbaring Raline juga aneh. Ia tidak berbaring dalam posisi tidur telentang. Melainkan setengah duduk dengan kedua kaki terbuka lebar. Axel sebenarnya tidak nyaman melihat posisi Raline seperti ini. Namun ia sadar mungkin inilah posisi orang yang akan melahirkan."Kalo lo mau menemani istri lo melahirkan, jangan banyak protes. Gue udah melakukan prosedur yang benar. Tolong lo jangan mendebat gue di saat yang tidak tepat." Dokter Saka lebih dulu memperingati Axel yang ekspresi wajahnya sudah menyiratkan ketidaksenangan. Axel menarik napas panjang dua k

  • Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia   115. Perjuangan Melahirkan.

    "Dokter, Suster, tolong istri saya!" Axel berteriak keras setelah mobil yang dikendarai Pak Hamid berhenti di parkiran UGD rumah sakit. "Ini petugasnya pada ke mana sih? Masa rumah sakit sebesar ini nggak ada petugasnya? Brankar mana brankar?" Axel meneriaki petugas di ruang UGD."Sabar, Mas. Ini tengah ma--malam. Itu petugasnya juga sudah berlari ke dalam. Pasti mereka akan mengambil brankar. "Raline menenangkan Axel dari dalam mobil."Lama! Ayo, lo gue gendong aja, Istriku. Menunggu petugas membawa brankar, anak kita keburu lahir di dalam mobil," rutuk Axel kesal. Axel membuka pintu mobil. Mengambil ancang-ancang menggendong Raline. Axel tahu Raline pasti sedang kesakitan walau istrinya itu tidak bersuara. Wajah Raline sudah basah oleh keringat dan ia juga terus menggigit-gigit bibirnya. Pasti istrinya itu bersusah payah menahan suara erangan kesakitan agar dirinya tidak khawatir.Namun aksinya urung dilakukan karena petugas rumah sakit sudah menyiapkan brankar. Axel hanya menggend

  • Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia   114. Kepanikan Calon Ayah.

    "Pak Hamid... Pak Hamid... siapkan mobil sekarang!" Axel berteriak keras. Ia cemas melihat Raline yang kesakitan dengan keringat bermanik di dahinya. Padahal kamar diberi pendingin udara. Napas Raline juga pendek-pendek. Kentara sekali kalau Raline tengah kesakitan. "Ada ada, Boss? Oh, Mbak Raline mau ke rumah sakit ya? Saya akan meminta Mas Hamid bersiap-siap." Bik Sari yang melongok ke kamar, dan dengan cepat menarik kesimpulan. Ia segera ke paviliun, untuk membangunkan suaminya. Untung saja ia tadi mengecek stok bahan makanan di dapur, sehingga ia mendengar teriakan Axel. "Mas, tunggu sebentar. Ambil dulu tas gue di lemari." Raline menunjuk lemari tempat ia menyimpan tas serbagunanya. Ia telah menyiapkan tas besar untuk keperluannya di rumah sakit. Axel tidak jadi keluar kamar. Ia membuka lemari yang sebelumnya telah terbuka setengah dengan bahunya. "Peluk leher gue sebentar. Gue mau nyangklongin tas." Axel meraih tas tangan bling-bling kesayangan Raline. Ia kemudian menyandangn

  • Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia   113. Menanti Lahirnya Jagoan.

    Delapan bulan kemudian.Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Namun Raline masih belum bisa memejamkan mata. Ia terus membolak-balik tubuhnya di ranjang. Sedari sore tadi perutnya terasa tidak enak. Ia merasa mulas dan begah. Kandung kemihnya juga acapkali penuh. Makanya ia bolak-balik ke kamar mandi."Gue kebanyakan makan rujak kali ya?" Raline meringis. Tadi siang ia memang memakan rujak yang dikirim oleh Lily. Perutnya sekarang mengencang diikuti rasa sakit yang menusuk. "Apa gue mau melahirkan ya? Tapi 'kan belum jadwalnya? Kata si Saka sekitar lima hari lagi." Raline mengelus-elus perut buncitnya."Gue coba ke belakang aja deh. Siapa tahu gue cuma mules karena mau buang air." Bersusah payah, Raline beringsut dari ranjang. Hamil tua begini membuat gerakannya sangat terbatas. Raline menghabiskan waktu lima belas menit di toilet. Ia memang buang air. Tapi rasa mulas di perutnya tidak juga berkurang."Apa gue nelpon Mas Axel aja ya? Tapi dia 'kan lagi ada pertemuan dengan Bang

  • Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia   112. Gue Akan Selalu Ada.

    Raline terbangun karena merasa kedinginan. Saat ini ia tidak tahu ada di mana. Kepalanya pusing, dan perutnya mual. "Ini gue di mana sih?" Raline kebingungan. Matanya terbuka tapi ia tidak bisa fokus pada objek di depannya. Semua masih berupa bayang-bayang. "Dingin banget." Raline menggigil. "Aduh!" Raline meringis saat ia mencoba berbalik. Tangannya terasa nyeri dan seperti ada sesuatu yang menariknya. Raline mencoba memfokuskan pandangannya. Satu detik, dua detik, pandangannya mulai terang. Ia melihat tangannya di infus."Tangan gue kok diinfus?" Raline bingung. Setelah berpikir sejenak Raline sadar kalau dirinya saat ini berada di rumah sakit. Infus yang dipasang tangannya, ruangan yang serba putih, serta aroma antiseptik telah menjelaskan keberadaannya."Lho kaki gue ke mana? Kok kaki gue ilang?" Raline panik. Ia mencoba mengangkat kakinya, tapi tidak bisa. Ia tidak punya kekuatan untuk menggerakkannya. "Jangan panik, Raline. Tarik napas dalam-dalam dan mulai mengingat." Ralin

  • Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia   111. Kecemasan Axel.

    Axel berjalan hilir mudik di depan ruang operasi. Tidak seperti kedua mertuanya yang duduk tegang di ruang tunggu, Axel tidak bisa diam. Tatapannya terus terarah ke pintu ruang operasi. Ia tidak sabar menunggu pintu terbuka, agar ia bisa mengetahui keadaan istrinya."Duduk dan berdoa saja, Xel. Kamu membuah Ibu pusing dengan terus mondar-mandir begini." Bu Lidya menegur Axel. Tingkah Axel membuatnya bertambah khawatir. Putrinya yang sedang hamil, tertembak. Hati ibu mana yang tidak ketar-ketir karenanya?"Saya sedang cemas, Bu. Mana bisa saya duduk tenang." Axel berdecak."Kalau begitu berdoalah," usul Bu Lidya lagi. "Lihat ayahmumu. Dalam diamnya sesungguhnya ayahmu tidak henti-hentinya mendoakan Raline." Bu Lidya mengedikkan kepalanya ke samping. Ke arah Pak Adjie yang duduk dengan khusyu. Mulut Pak Adjie terus berkomat-kamit. Tiada henti-hentinya berdzikir untuk keselamatan sang putri."Saya segan, Bu. Tidak pantas rasanya kalau berdoa hanya pada saat saya menginginkan sesuatu saj

  • Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia   110. Selamat.

    "Ya udah kalo lo nggak mau, nggak apa-apa. Gue cuma mau bilang. Kalo seseorang itu bukan jodoh lo, mau lo jungkir balik buat mengesankan dia, usaha lo nggak akan terlihat di matanya. Sebaliknya, lo diem-diem bae pun, kalo dia orang emang jodoh lo, dia akan tetap menjadi milik lo walau bagaimanapun caranya. Percayalah." Walaupun Cia menolak membantunya Raline tetap memberikan nasehat pada Cia. Ia melakukannya karena ia pernah berada dalam posisi Cia. Semua yang ia lakukan dulu sia-sia. Ia tidak mau Cia melakukan kebodohan yang sama."Kenapa lo ngomong begitu?""Karena gue dulu kayak lo. Gue melakukan apa aja bahkan sampai melanggar hukum demi mengesankan pasangan gue. Tapi endingnya keduanya nggak gue dapetin. Di saat gue udah pasrah dan nggak mau berekspektasi apapun lagi, gue malah mendapatkan seseorang yang jatuh cinta setengah mati sama gue. Padahal gue diam-diam bae, kagak ngapa-ngapain. Kalo gue udah ngomong begini lo masih belum ngerti juga, kayaknya bukan gue deh yang oneng, ta

DMCA.com Protection Status