Share

Takut Khilaf

Penulis: Jannah Zein
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-30 15:40:30

Bab 42

"Itu hanya pendapat pribadiku saja, Rayna. Kalau kamu punya pendapat lain, its oke. Aku tidak akan memaksakan pendapatku." Lelaki itu melirik arloji di pergelangan tangannya. "Maaf ya, sekarang aku berangkat dulu. Nanti malam kita ketemu lagi."

"Kok malam?" protes Rayna. "Bukannya kamu sudah janji tidak akan menginap?"

"Tentu saja aku tidak akan menginap. Kurasa makan malam sembari ngobrol bisa menjadi momen yang menyenangkan."

Perempuan itu kembali tersenyum manis. Sebenarnya ia hanya bermaksud menguji lelaki ini. "Baiklah, nanti aku akan masak untukmu. Kamu semangat ya, kerjanya."

"Aku selalu bersemangat dengan support dari kamu." Lelaki itu bangkit dari tempat duduknya. Mereka melangkah beriringan. Rayna mengantar Ravin sampai di depan pintu.

Ravin melambaikan tangan sebelum langkah panjangnya menyusuri lorong apartemen ini dan nantinya akan berakhir saat ia memasuki lift.

Rayna menutup pintu dan segera menguncinya. Dia kembali melangkah menuju dapur. Perempuan itu dengan ce
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Noda Merah Malam Pertama   Mengawali Cerita

    Bab 43Setelah selesai makan malam, keduanya berpindah tempat. Ravin dan Rayna duduk bersisian di balkon.Berdekatan dengan Rayna membuatnya merasa tenang. Rayna seperti mood booster buat Ravin, di tengah padatnya pekerjaan yang mesti ia tangani setiap hari.Dia tak tahu entah kapan bisa memiliki perempuan disisinya ini seutuhnya. Namun, buat Ravin tak ada istilah untuk pesimis. Apalagi sikap Rayna sudah mulai terbuka dan bisa menerima kehadirannya.Meskipun nyatanya masih jauh dari harapan, tetapi bisa menggenggam dan mengecup tangan perempuan disisinya ini tanpa penolakan merupakan sesuatu yang teramat wah buat Ravin. Sangat berbeda sensasinya di bandingkan dengan perempuan-perempuan agresif yang selama ini seakan berlomba mendekatinya."Aku mengenal Bella saat kami sama-sama kuliah di luar negeri." Ravin mengawali ceritanya. "Setelah aku selesai kuliah, kami pun menikah. Bella akhirnya merelakan kuliahnya demi menikah denganku dan tinggal di Indonesia, padahal waktu itu setahun lag

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-01
  • Noda Merah Malam Pertama   Apakah Ini Calon Menantu Mommy?

    Bab 44Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam, Ravin dan Rayna sampai di tempat tujuan.Setibanya di depan pintu gerbang rumahnya, Ravin membuka kaca mobil dan menjulurkan kepalanya. Dia mengangguk ramah kepada dua orang penjaga yang tengah duduk di pos penjagaan. Salah satu diantaranya bangkit, berdiri dan melangkah membuka pintu gerbang. Ravin melambaikan tangan sembari membawa mobilnya meluncur masuk ke dalam.Di tengah temaram sinar lampu, Rayna bisa melihat bangunan yang tengah berada di depannya sungguh sangat besar. Ini bukan lagi sebuah rumah, tetapi mirip istana kecil. Seumur hidup Rayna, baru pertama kali mengunjungi tempat sebagus ini. Beberapa pohon tumbuh di halaman, membuat udara malam terasa kian sejuk."Ayo." Sebuah tepukan hangat mendarat di bahunya.Perempuan itu tersenyum manis, meskipun tak urung dadanya berdegup bertalu-talu. Rayna merasa begitu gugup. Dia merasa tak pantas berkunjung ke rumah ini. Namun, Ravin menggenggam erat tangannya."Tidak per

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • Noda Merah Malam Pertama   Keluarga Yang Hangat

    Bab 45"Namanya Rayna Anindya Edelweis, Mom," sela Ravin. "Nama yang indah," puji nyonya Amyta. "Senang bisa bertemu denganmu, Rayna.""Terima kasih, Mom," sahut Rayna malu-malu."Kalau boleh Mommy tahu, kalian pertama kali ketemu di mana?" telisik perempuan tua itu.Pertanyaan yang sulit untuk Rayna jawab. Dia menatap Ravin yang duduk di sisinya. Lelaki itu menepuk pundak Rayna dengan lembut."Rayna ini karyawan di salah satu gerai Al-Fatih Mart, Mom," jelas Ravin."Oh, ya? Berarti bagus dong!" Nyonya Amyta terlihat sangat antusias. "Pasti kalian bertemu pertama kali saat Ravin melakukan kunjungan ke beberapa gerai Al-Fatih Mart yang bermasalah itu, kan?"Ravin hanya mengiyakan. Toh, ia tidak sepenuhnya berbohong dan itu membuat Rayna menghela napas lega. Sementara di depan pintu utama, seorang laki-laki tua yang masih terlihat gagah tengah berdiri, menatap tiga orang yang tengah duduk di sofa ruang tamu."Daddy!" Ravin berteriak. Dia baru menyadari kehadiran sang daddy saat ia me

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-06
  • Noda Merah Malam Pertama   Dimana Kamu Menyembunyikan Istriku?

    Bab 46 Ravin segera menepikan mobilnya ke tepi jalan, sebelum akhirnya meraih ponsel yang berada di saku bajunya. "Siapa, Vin?" tanya Rayna. Dia memiringkan tubuhnya mengintip layar ponsel yang dipegang oleh Ravin. "Siapa lagi kalau bukan Ziyad." Lelaki itu tersenyum tipis. "Ziyad?" pekik Rayna. Dia baru ingat kalau sudah memblokir semua akses komunikasi dengan lelaki itu. "Vin, maaf ya. Sebenarnya aku sudah memblokir semua akses komunikasi dengan Ziyad. Mungkin karena itu akhirnya dia menelpon kamu." Lelaki itu mengacungkan ponsel. "Teleponnya aku angkat ya. Tapi awas, kamu harus diam, jangan berbicara." Jarinya menggeser layar ponsel, lantas mengaktifkan loudspeaker. "Halo ... Ziyad. Ada perlu apa kamu menelponku?" "Di mana kamu menyembunyikan istriku, hah?" Suaranya bernada gusar. Mulut Rayna sudah terbuka, tapi Ravin memberi isyarat agar perempuan itu tetap diam. "Memangnya ada apa dengan Rayna?" tanya Ravin. Matanya melirik Rayna yang mendelik di sampingnya. "Dia perg

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-07
  • Noda Merah Malam Pertama   Minta Cuti

    Bab 47Tepat ketika ia selesai menaruh ponsel, seorang perempuan berpakaian sangat seksi menghampiri meja tempatnya duduk."Ziyad," tegurnya."Kamu sudah terlalu banyak minum." Ghina merebut gelas dari tangan Ziyad kemudian meneguknya sampai tandas."Kamu pikir kamu juga tidak minum?" Lelaki itu tertawa hambar. Sinar matanya tampak kosong."Ziyad," geram Ghina. Dia mendaratkan bokongnya di samping lelaki itu. Mulut Ziyad yang beraroma khas minuman keras sama sekali tidak menyurutkan niatnya untuk mendaratkan kecupan singkat di bibir laki-laki muda itu."Kamu sudah menyakiti dirimu sendiri....""Aku tidak bisa kehilangannya, Ghina," keluh Ziyad."Sudah kubilang, lupakan perempuan itu. Dia tak pantas buat kamu. Dia sudah meninggalkanmu dengan laki-laki yang jauh lebih kaya daripada kamu. Kamu benar-benar menjadi lelaki bodoh apabila masih mengharapkannya!" Seolah mengetahui apa yang ada di dalam pikiran lelaki di sampingnya, Ghina berteriak, meskipun suaranya berbagi dengan riuh rendah

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-09
  • Noda Merah Malam Pertama   Di Rumah Ibu Mertua

    Bab 48Akhirnya mobil yang dikemudikan oleh Ghina sampai di halaman kantor bank tempat mereka bekerja. Ziyad turun lebih dulu, kemudian disusul oleh Ghina. Kebersamaan kedua insan itu merupakan pemandangan biasa bagi orang-orang seisi kantor yang sudah mengetahui hubungan mereka. Namun mereka sepakat untuk memilih tidak mau turut campur urusan pribadi masing-masing.Hari ini juga Ziyad langsung mengurus cutinya. Meskipun masih menyisakan banyak pertanyaan di benak perempuan itu, tetapi Ghina tetap menyetujui. Dia berusaha bersikap seprofesional mungkin, mengingat ini masih jam kantor. Di kantor mereka adalah rekan kerja dan ia harus mengesampingkan urusan pribadinya.Dari pagi sampai siang, Ziyad berusaha menyelesaikan tugas-tugasnya di kantor. Dia tidak ingin cutinya dinodai oleh hal-hal yang berhubungan dengan urusan pekerjaan. Dia ingin menikmati cutinya dan fokus dalam upayanya mencari keberadaan Rayna.Menjelang sore saat pulang kantor, Ziyad memilih pulang dengan menggunakan oj

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-10
  • Noda Merah Malam Pertama   Salah Paham

    Bab 49"Ceritanya panjang, Ma." Ziyad mencoba menarik nafas. Inilah saat yang paling tepat untuk menarik simpati ibu mertuanya."Sepanjang apapun, berceritalah, Nak. Mama akan siap mendengarkan," ujar Nafisa. Perempuan lemah lembut itu menatap menantunya dengan serius."Tetapi apakah Mama mempercayaiku, jikalau aku mengatakan hal yang buruk tentang putri mama?" Ziyad menelisik. Dia ingin memastikan sikap ibu mertuanya lebih dulu."Maksud kamu, Rayna?""Iya. Rayna, Ma.""Apa yang terjadi, Nak? Katakan yang benar, walau pahit buat Mama," desak Nafisa. Dadanya berdesir."Tidak lama setelah kami menikah, tiba-tiba seorang laki-laki muncul dan mendekati Rayna." Mata laki-laki itu menerawang, berusaha mengingat-ingat semua yang telah terjadi."Laki-laki? Siapa dia? Sepengetahuan Mama, Rayna tidak memiliki teman dekat, kecuali sepupu-sepupunya," sahut Nafisa cepat.Dia berusaha menutupi kegugupannya dengan menuangkan teh ke gelas Ziyad yang sebelumnya sudah kosong."Aku tidak tahu, Ma. Tetap

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-11
  • Noda Merah Malam Pertama   Di Dalam Perjalanan

    Bab 50Tuuut...Belum sempat perempuan muda itu membuka mulutnya untuk membantah semua tuduhan yang dialamatkan kepadanya, sambungan telepon keburu di matikan. Rayna termangu menatap layar ponsel yang meredup dan akhirnya mati.Ravin menatap Rayna dengan pandangan bersalah. "Maaf, aku tidak bermaksud....""Gara-gara kamu, Vin," sergahnya. Dia menatap lelaki itu penuh kecewa. Tubuhnya seketika merosot menyentuh lantai yang dingin.Ravin menarik tangan Rayna dengan lembut, membantunya tegak kembali. "Akan kita hadapi bersama. Percaya padaku. Aku tidak akan tinggal diam."Ravin menarik kursi, menyuruh perempuan itu duduk. Dia menuangkan teh ke sebuah gelas, menyodorkannya kepada Rayna. "Minumlah. Kamu perlu menjernihkan pikiran."Rayna menurut. Dia pun lantas membiarkan cairan hangat nan manis itu melewati tenggorokannya."Kamu tahu, Vin. Aku paling tidak bisa melihat Mama bersedih. Apalagi semua ini lantaran salah paham padaku," ujar Rayna lirih."Aku tahu. Dan kita akan berusaha menyel

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12

Bab terbaru

  • Noda Merah Malam Pertama   Jodoh Itu Cerminan Diri

    Bab 139 "Jodoh itu ibarat cerminan diri. Di detik ini aku baru sadar, aku memang tidak pantas untukmu. Kamu memang pantas untuk bersanding dengan Ravin," gumam Ziyad. Matanya tak lepas dari layar ponsel yang menayangkan adegan demi adegan kegiatan Rayna bersama Al-Fatih Mart Foundation. Perempuan muda itu nampak begitu tulus menyalami para orang tua di salah satu panti jompo yang ia kunjungi. Meskipun tak pernah ada lagi kontak dengan Rayna, tetapi lelaki itu senantiasa mengikuti perkembangan Rayna melalui akun media sosial Al-Fatih Mart yang ia follow. Ya, hanya itu jalan satu-satunya untuk mengetahui perkembangan dari perempuan yang bahkan sampai kini masih tetap dia cintai. Semua akses sudah tertutup. Rayna sudah menikah dengan Ravin, bahkan kini memiliki anak, Akalanka Mirza Zahair Narendra. Tak ada gunanya ia terus berharap. Mencintai dalam diam. Itu yang ia lakukan sekarang. Ziyad tersenyum kecut. Biarlah semua orang menganggapnya bodoh. Tapi hanya itu yang tersisa dari sosok

  • Noda Merah Malam Pertama   Kelahiran Sang Pewaris (2)

    Bab 138 "Selamat, Tuan. Anaknya laki-laki, sehat, tak kurang suatu apapun dan ganteng seperti daddynya," canda dokter Viona. Dia sendiri yang menyerahkan langsung bayi mungil di dalam bedongan itu kepada Ravin. "Terima kasih, Dok." Ini jelas sebuah keajaiban bagi Ravin. Bisa menggendong bayi yang merupakan darah dagingnya sendiri merupakan mimpinya sejak lama dan kini menjadi kenyataan. Ravin melangkah menghampiri sang istri yang terbaring lemah di ranjang. Wanita itu mengulas senyum termanis. "Ini putra kita, Sayang," ujarnya sembari duduk di kursi dekat ranjang. Matanya menatap wajah mungil itu lekat-lekat. "Tentu saja. Terima kasih sudah menyambut kehadirannya." "Apa yang kau katakan, Sayang?!" Refleks tangannya terulur menutup mulut Rayna. "Kehadirannya sudah lama kutunggu dan hari ini aku sangat bahagia karena sekarang aku memiliki seorang pewaris. Pewaris Al-Fatih Mart yang sekarang tumbuh dan berkembang semakin besar, melebarkan sayap sampai ke negeri tetangga," ujarnya

  • Noda Merah Malam Pertama   Kelahiran Sang Pewaris (1)

    Bab 137 "Bukan, Sayang. Lagi pula aku sudah memutuskan untuk tidak lagi memantau mereka. Dean dan Roy akan ditarik sebagai pengawal pribadiku, menggantikan Adam dan Damian yang telah resmi menjadi pengawal pribadimu mulai hari ini." "Kenapa bisa begitu?" Rayna tersentak. "Karena kita sudah punya kehidupan masing-masing. Ada banyak hal yang lebih penting untuk kita perhatikan, Sayang. Jadi mulai hari ini stop! Ziyad dan keluarganya kita keluarkan dari tema pembicaraan kita sehari-hari. Are you oke?" tegas Ravin. Tangannya terulur menangkup wajah perempuan itu, mendongakkannya, lalu mendekatkan wajahnya sendiri, mengecup bibir ranum itu dengan lembut. Rayna menggeliat. Tubuhnya menghangat seketika. "Berjanjilah untuk move on dari cinta dan suami pertamamu itu, Sayang. Seperti aku juga yang move on dari istri pertamaku," lirih lelaki itu. Rayna menatap pemilik wajah dengan rahang yang tegas itu dalam-dalam. Ada kesungguhan dan ketulusan di sana. Ravin benar. Setelah selesai soal kem

  • Noda Merah Malam Pertama   Pertemuan Dengan Selvi

    Bab 136Perempuan muda itu menoleh. "Kak Rayna!" Suaranya bergetar.Rayna menubruk gadis itu, memeluknya dengan erat, meskipun beberapa detik kemudian menyadari saat mereka berpelukan, ada yang mengganjal. Bukan cuma perutnya, tetapi juga perut Selvi."Selvi, kamu sedang hamil?" Tanpa sadar tangan perempuan itu mengusap perut besar milik Selvi.Gadis itu mengangguk. "Seperti yang Kakak lihat," sahutnya getir"Kamu sudah menikah?" Pertanyaan itu terasa begitu konyol. Otaknya berusaha keras mengingat-ingat. Dia dan Ravin memang memantau Ziyad dan Selvi, meskipun tentu tidak bisa 100%. Sampai sejauh ini suaminya tidak pernah menceritakan soal Selvi. Setiap kali ditanya, Ravin selalu bilang Selvi dalam keadaan baik-baik saja. Tetapi nyatanya....Laila berinisiatif untuk membawa Selvi, Rayna dan Vania masuk ke rumahnya yang bersebelahan dengan bangunan itu."Ini anak Angga?" Rayna kembali mengusap perut besar Selvi dengan lembut saat mereka sudah duduk di sofa."Iya, Kak." Butir-butir beni

  • Noda Merah Malam Pertama   Kunjungan Ke Dapoer Syifa

    Bab 135"Terima kasih, Sayang. Kamu adalah istriku dan ratuku. Kamu tidak perlu merubah apapun dari dirimu. Semua yang ada pada dirimu sudah sempurna. Aku juga tidak menuntutmu terlibat penuh dalam kegiatan di perusahaan, kalau memang kamu tidak menginginkannya. Cukuplah kamu mendampingiku, setia padaku, karena aku benci dengan yang namanya penghianatan." Ravin menghela nafas berat.Antara Bella dan Rayna sungguh berbeda dan Ravin menerima Rayna mutlak apa adanya. Dia hanya menginginkan kesetiaan, setelah apa yang Bella torehkan kepadanya. Buat apa memiliki istri cantik, cerdas, berpendidikan tinggi, tetapi punya kebiasaan memelihara pria pemuas hasrat? Ini sangat menjijikan!Keduanya menikmati waktu beberapa saat di taman sebelum akhirnya bangkit. Ravin memeluk pinggang istrinya posesif. Namun baru beberapa langkah keduanya mengayunkan kaki, mendadak ponsel Ravin berdering"Panggilan video dari Axel," cicit Rayna. Sepasang suami istri itu berpandangan."Angkat saja, Hubby. Siapa tahu

  • Noda Merah Malam Pertama   Aku Berjanji, Hubby

    Bab 134 "Istrimu?!" Perempuan yang hanya mengenakan dress di atas lutut tanpa lengan itu mengibaskan rambutnya. "Apakah aku tidak salah dengar? Apakah ini benar-benar istrimu?" Dia menunjuk Rayna dengan ekspresi keheranan. Matanya tak lepas mengamati penampilan Rayna yang mengenakan gamis dengan jilbab yang menutupi kepala sampai tonjolan di dadanya. Memang, pakaian yang dikenakan oleh Rayna berharga cukup mahal dan model kekinian. Namun di mata Chintya, gaya berpakaian Rayna seperti orang udik, kampungan! "Lho, memangnya kenapa, Chintya?" Ravin menatap Chintya dengan pandangan tak suka. "Ah, tidak apa-apa. Aku hanya heran dengan seleramu. Kamu terlihat sangat berubah, Ravin. Aku pikir setelah kamu menceraikan Bella, kamu akan mencari wanita yang jauh lebih baik dari mantan istrimu itu." Chintya mencoba menutupi keterkejutannya dengan tertawa kecil. "Dan Rayna adalah wanita yang jauh lebih baik dari Bella," ujar Ravin sinis. Sekalian saja dia menumpahkan isi hatinya, mampung bert

  • Noda Merah Malam Pertama   Makan Malam Sederhana

    Bab 133"Oh, ya? Benarkah?" Sepasang mata indah itu berbinar-binar menatap tudung saji yang teramat besar menutupi seluruh hidangan di atas meja makan."Benar sekali, Nyonya. Hari ini saya memasak makanan yang merupakan kekayaan kuliner kami orang Melayu." Chef Ehsan melambaikan tangan kepada dua orang wanita berseragam pelayan yang berdiri di sudut ruangan. Mereka bergegas menghampiri, lalu membuka tudung saji."Inilah nasi lemak khas Malaysia," ujar chef Ehsan bangga."Wow...! Ini sangat keren. Terima kasih, Chef. Kamu memang juru masak yang hebat!" puji Rayna."Terima kasih atas pujian Nyonya. Itu memang sudah tugas saya sebagai chef pribadi keluarga Narendra, sekaligus senior chef di sebuah restoran masakan khas Melayu yang dimiliki oleh keluarga Narendra," sahut chef Ehsan sopan."Keluargamu juga memiliki restoran di sini, Hubby?" Perempuan itu sangat terkejut. Dia menoleh kepada sang suami."Kurang lebihnya seperti itu, Sayang. Daddy Elvan memang menjadi investor terbesar di sal

  • Noda Merah Malam Pertama   Mantan Itu Dibuang Ke Laut Saja!

    Bab 132Dari sebuah bandara kecil yang intensitas penerbangannya tidak terlalu padat, Ravin dan Rayna bertolak ke Kuala lumpur. Rayna yang baru pertama kali menaiki pesawat pribadi terkagum-kagum dengan interior yang dimiliki oleh pesawat pribadi keluarga Narendra. Sungguh sangat mewah. Seumur hidupnya ia tidak pernah menyaksikan ada pesawat yang di dalamnya didesain mirip sebuah rumah."Ini adalah milikmu juga. Kamu bebas menggunakan pesawat ini kemanapun kamu akan bepergian. Kapten Ivan akan senang hati mengantarmu. Beliau adalah seorang pilot dengan jam terbang yang sangat tinggi." Ravin seolah bisa membaca keminderan dari diri wanita itu."Memangnya aku mau kemana?" Rayna tertawa kecil. "Ini adalah pertama kali aku pergi ke luar negeri dan itu pun bersamamu Hubby....""Kasihan," goda Ravin mencubit hidung bangir istrinya. Mereka tengah berbaring di pembaringan. Ravin memeluk Rayna sembari mengelus perut wanita itu. Terasa olehnya permukaannya yang tak lagi rata. Untuk sesaat hat

  • Noda Merah Malam Pertama   Rencana Selvi

    Bab 131 Tangan Selvi terulur mengelus pipi tirus perempuan tua itu. Tak ada rasa hangat sedikitpun dari wajah yang disentuhnya. Tak ada kehidupan. Wajah itu dingin dan beku. Selvi menjerit keras. Tubuhnya seketika lemas tiada berdaya. Namun sebelum tubuh itu terkapar di lantai ruangan, sepasang tangan besar menangkap Selvi, membawa gadis itu ke dalam pelukannya. "Mama sudah tiada." Ziyad berulang kali membisikkan kata-kata itu ke telinga Selvi, meskipun matanya memanas menahan tangisnya. Bagaimanapun ibunya adalah surganya. Ziyad menggendong Selvi keluar dari ruangan itu. Dia membiarkan jenazah ibunya langsung diurus oleh para petugas di rumah sakit. Di ibukota ini ia tidak memiliki siapapun, kecuali bude Darsinah. Fokusnya sekarang adalah menenangkan Selvi yang mengalami shock berat. Saudara ibunya itu datang ke rumah sakit ini bersama keluarganya satu jam kemudian, saat jenazah ibunya sudah siap untuk di shalatkan. Mereka memutuskan untuk menyalatkan jenazah Widya di mushala de

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status