Share

Menebus Talak

Penulis: Jannah Zein
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-05 19:35:59

Bab 68

Ziyad meraih benda itu sebentar, kemudian segera meletakkan kembali ke tempatnya, menutup laci dan menguncinya lantas menutup pintu lemari.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Ziyad bergegas melangkah menuju pembaringan.

"Ravin?" Matanya seketika memicing. Tanpa ragu Ziyad menyentuh icon telepon berwarna hijau.

"Ada apa, Vin?" tanya Ziyad dengan dada berdebar.

"Sebentar lagi Adam dan Damian akan ke rumahmu. Kamu bisa menyerahkan buku nikah kalian kepada mereka," ujar Ravin dengan nada santai.

"Tak akan!" teriak Ziyad spontan. Giginya gemeretak.

"Apa hakmu mencampuri urusanku? Sampai segitu ngebetnya kamu ingin menikahi Rayna sehingga memaksakan perceraian ini? Jangan pernah bermimpi kamu bisa menikahinya karena aku takkan pernah menceraikannya!" ejek Ziyad. Saking geramnya, dia tak sadar menghentakkan kakinya ke lantai.

"Dengar ya, Ziyad, aku tidak pernah memaksakan perceraian ini. Rayna sendiri yang bilang kepadaku kalau dia memang ingin bercerai. Dia yang memintaku untuk membantun
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Noda Merah Malam Pertama   Belum Resmi

    Bab 69Adam berusaha menjelaskan secara hati-hati. Dia menelan ludahnya sesaat sembari menatap wajah Ziyad dan Widya bergantian. Bibirnya tak lepas senyum saat melihat Widya yang takjub dengan tumpukan uang di dalam kotak itu."Apakah Tuan masih ingat dengan mahar yang Tuan bayarkan saat menikahi Nona Rayna? Uang di dalam kotak itu berjumlah 100 juta dan kami kira itu cukup sebagai pengganti apa yang telah Tuan keluarkan di saat Tuan menikahi Nona Rayna beberapa bulan yang lalu. Kami rasa itu semua impas, kan?""Benar sekali perkataan mereka, Ziyad. Kamu lepaskan saja wanita itu dan kamu mendapatkan uang ini. Uang ini bisa kamu gunakan untuk menikahi Ghina. Dengan begitu masalah akan selesai, bukan?" ujar Widya dengan mata berbinar."Benar sekali Bu Widya. Untuk apa juga Tuan mempertahankan pernikahan ini? Saya pikir tidak ada gunanya. Yang ada Tuan Ziyad dan Nona Rayna akan saling menyakiti," bujuk Damian."Betul sekali apa kata mereka, Ziyad." Widya menutup kembali kotak itu kemudi

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Noda Merah Malam Pertama   Jalan Takdir

    Bab 70"Emang iya, tapi setidaknya aku sudah selangkah lebih maju," sahut Ravin memukul pelan lengan Bram. Sahabatnya yang satu itu selalu saja menggodanya.Ketiga lelaki itu tertawa bersamaan."Selamat ya, sudah bisa membuat wanita itu bercerai," ujar Bram lagi."Bukan aku yang membuat Rayna bercerai tetapi suaminya sendiri yang menjadi pemicunya. Kamu pikir aja deh, mana ada wanita yang sanggup mempertahankan rumah tangga bersama seorang suami yang tidak memberi nafkah, main tangan, bahkan selingkuh di depan matanya sendiri." Ravin merentangkan tangannya lebar-lebar. "Kalau aku berada di posisi Rayna sih, ogah banget!""Iya, aku mengerti." Bram menepuk pundak sahabatnya. "Sejauh kamu tidak melakukan hal-hal yang melebihi batas, is oke. Aku selalu mendukungmu.""Nah, gitu dong!" Bibir Ravin mengerucut.Jika sudah begini, tidak ada lagi formalitas di antara mereka. Bram, Adam dan Damian, sebenarnya mereka adalah sahabat Ravin yang sengaja bekerja untuk lelaki itu. Ravin beruntung, kar

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08
  • Noda Merah Malam Pertama   Pelukan Terakhir

    Bab 71"Kamu jangan menyalahkan Ravin. Aku yang ingin bercerai dan ia sama sekali tidak pernah memaksaku. Dia hanya sekedar membantu dan tahu batasannya hanya itu." Rayna kembali angkat bicara. Lelaki itu tersenyum samar dengan kepolosan wanita yang sebentar lagi akan menjadi mantan istrinya ini. "Bagaimana mungkin seorang lelaki mau membantu seorang wanita sejauh ini? Terkecuali di hatinya memiliki rasa ingin memiliki wanita itu." "Sudahlah, Ziyad. Kita sudah sering membicarakan itu," sergah Rayna. "Ya, aku hanya ingin mengulanginya sekali lagi, karena aku tahu hari ini adalah penentuan. Hari ini hubungan kita berakhir. Namun sebelum semuanya berakhir, aku ingin minta maaf atas semua perlakuan buruk yang pernah kamu alami saat kita berumah tangga...." "Semua sudah berlalu dan aku sudah memaafkanmu," tandas Rayna. "Tidak, Rayna. Aku tahu semuanya masih terekam dalam ingatanmu. Aku hanya tidak ingin semua yang pernah kamu alami di saat bersamaku menjadi kenangan buruk seumur hidup

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08
  • Noda Merah Malam Pertama   Kunjungan Ke Rumah Utama

    Bab 72"Kamu serius?" Rayna menatap manik-manik legam milik lelaki berumur 38 tahun ini. "Ini baru ketok palu, Ravin."Rayna mendesah. Sebulan setelah hakim pengadilan agama resmi ketok palu, Ravin kembali mengajaknya bertandang ke rumah utama."Aku serius. Aku ingin membawamu kepada mommy dan daddy. Kebetulan malam ini ada Vania di rumah. Tempo hari kamu belum ketemu sama dia, kan?""Apa tidak terlalu dini, Nak? Apa kata orang-orang nanti. Baru sebulan Rayna bercerai, tapi kamu sudah berani membawanya ke hadapan orang tuamu." Nafisa mengingatkan. Dia sungguh khawatir akan tanggapan orangtua Ravin terhadap putrinya. Maklum, mereka adalah keluarga kaya raya."Ini hanya sekedar kunjungan biasa, Ma. Mommy yang mengundang Rayna untuk datang dan makan malam bersama. Dulu pada saat Rayna pertama kali datang berkunjung, adikku Vania tidak ada di rumah. Padahal aku juga menceritakan tentang Rayna kepada Vania dan ia sangat penasaran dengan Rayna," ralat Ravin."Benarkah?" telisik perempuan t

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-09
  • Noda Merah Malam Pertama   Cerita Tuan Elvan

    Bab 73"Kamu Kak Amy?" Nafisa tak kalah terkejut. Dia menatap sosok wanita setengah baya di hadapannya. Penampilan nyonya Amyta terlihat sangat elegan meskipun model pakaian yang dikenakannya cukup sederhana. "Iya, aku Amy." Nyonya Amyta tak kuasa menahan rasa haru. Kedua wanita setengah baya itu berpelukan, menyisakan pertanyaan di benak Vania, Ravin dan Rayna. "Ma," tegur Rayna saat pelukan itu terurai. "Jadi ini Mama kamu, Rayna?" tanya nyonya Amyta. "Benar, Mom. Beliau ini adalah Mama Rayna. Apakah Mommy mengenalnya?" angguk perempuan muda itu. Nyonya Amyta tidak menjawab. Dia menarik tangan Nafisa menuju meja makan. Sementara itu tuan Elvan mengiringi dari belakang. Dia pun sangat terkejut dengan kehadiran seseorang yang pernah sangat mereka kenal di masa lalu. "Dik Aida ini adalah sahabat Mommy dan Daddy sewaktu kami masih tinggal di kampung. Saat itu kami baru saja menikah. Ravin belum lahir, apalagi Rayna. Dik Aida sendiri pun belum menikah," jelas tuan Elvan. "Aida?" su

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-10
  • Noda Merah Malam Pertama   Janda Rasa Perawan

    Bab 74"Bagaimana, Ravin?" tegur tuan Elvan saat melihat kedua sejoli itu terdiam. Semua mata tertuju kepada Ravin dan Rayna yang terlihat salah tingkah. Rayna bahkan tak memiliki keberanian untuk sekedar berkata iya. "Kami saling menyukai, Mommy." Pernyataan itu akhirnya meluncur dari mulut Ravin. "Nah, kalau begitu, tunggu apa lagi? Segera saja kita resmikan," ucap tuan Elvan antusias. Nada suaranya menggebu-gebu. "Lagi pula tidak ada alasan buat kami untuk menunda-nunda. Ravin ini duda dan sudah seharusnya dia kembali memiliki seorang pendamping. Bukankah begitu, Dik Aida?" Nafisa mengangguk ragu. Ekor matanya melirik Rayna yang terlihat pucat pasi. "Kamu kenapa, Sayang? Kok seperti tidak semangat? Apakah kamu sedang tidak enak badan?" Mata Nyonya Amyta yang jeli menangkap perubahan kentara di wajah perempuan muda itu. "Tidak, Mom. Rayna baik-baik saja." Perempuan itu menjawab gugup sembari mencengkeram ujung jilbabnya. Hatinya sangat gelisah. "Terus kenapa?" Lagi-lagi nyony

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-11
  • Noda Merah Malam Pertama   Bukan Orang Keriga

    Bab 75"Ziyad tidak bisa menerima kekurangan Rayna, karena Rayna tidak bisa mempersembahkan mahkotanya di saat malam pertama." Suara Ravin terbata-bata penuh penyesalan. "Apa?!" teriak nyonya Amyta. Wajahnya seketika merah padam dan itu terlihat menyeramkan di mata Rayna. "Apa yang sudah kamu lakukan, Rayna? Kamu...." Perempuan itu memegang dadanya. "Mommy mengenalmu sebagai wanita baik-baik. Tolong jelaskan semuanya kepada Mommy!" Pandangan nyonya Amyta seketika menghujam ulu hati Rayna. Terasa sangat sakit dan nyeri. Ekspresi dan kata-kata nyonya Amyta mengingatkannya pada reaksi Ziyad saat malam pertama mereka dulu. Tubuhnya serasa lemas seketika. "Jelaskan kepada Mommy, Rayna. Kenapa kamu sampai kehilangan semua itu sebelum waktunya? Mommy mengenalmu sebagai wanita baik-baik." Setitik air bening meluncur dari sudut mata perempuan itu. Lidahnya mendadak kelu. Nafisa hanya bisa memeluk putrinya, menepuk pundak perempuan itu. Sementara Nyonya Amyta masih saja memandang Rayna deng

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-12
  • Noda Merah Malam Pertama   Tidak Berani Jatuh Cinta

    Bab 76Saking asyiknya bermain ponsel, Rayna tak menyadari jikalau mobil sudah berhenti di depan gedung apartemen tempat tinggalnya. Sang sopir membukakan pintu mobil. Rayna dan Nafisa keluar dari mobil dan berjalan kaki menuju lift."Ma, tadi Ziyad mengirim pesan untukku. Dia ingin aku hadir di acara pernikahannya dengan Ghina. Apakah aku harus hadir ya?"Saat ini mereka tengah berada di dalam lift. Rayna menatap ibunya yang terlihat santai dengan pertanyaan putrinya."Kamu sudah tidak memiliki ikatan apapun dengan lelaki itu. Terserah kamu mau hadir atau tidak....""Tetapi bagaimana tanggapan Mama Widya, jikalau nanti Rayna hadir?""Jangan pernah berprasangka buruk kepada orang lain, karena prasangka bisa menjadi doa, Nak." Nafisa mengingatkan."Aku hanya sekedar menebak-nebak, Ma.""Iya." Tangan Nafisa terulur merangkul tubuh putrinya. Mereka berbarengan keluar dari lift menuju unit tempat tinggal mereka selama ini."Memangnya hari apa akad nikahnya?" tanya Nafisa penasaran."Hari

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-13

Bab terbaru

  • Noda Merah Malam Pertama   Jodoh Itu Cerminan Diri

    Bab 139 "Jodoh itu ibarat cerminan diri. Di detik ini aku baru sadar, aku memang tidak pantas untukmu. Kamu memang pantas untuk bersanding dengan Ravin," gumam Ziyad. Matanya tak lepas dari layar ponsel yang menayangkan adegan demi adegan kegiatan Rayna bersama Al-Fatih Mart Foundation. Perempuan muda itu nampak begitu tulus menyalami para orang tua di salah satu panti jompo yang ia kunjungi. Meskipun tak pernah ada lagi kontak dengan Rayna, tetapi lelaki itu senantiasa mengikuti perkembangan Rayna melalui akun media sosial Al-Fatih Mart yang ia follow. Ya, hanya itu jalan satu-satunya untuk mengetahui perkembangan dari perempuan yang bahkan sampai kini masih tetap dia cintai. Semua akses sudah tertutup. Rayna sudah menikah dengan Ravin, bahkan kini memiliki anak, Akalanka Mirza Zahair Narendra. Tak ada gunanya ia terus berharap. Mencintai dalam diam. Itu yang ia lakukan sekarang. Ziyad tersenyum kecut. Biarlah semua orang menganggapnya bodoh. Tapi hanya itu yang tersisa dari sosok

  • Noda Merah Malam Pertama   Kelahiran Sang Pewaris (2)

    Bab 138 "Selamat, Tuan. Anaknya laki-laki, sehat, tak kurang suatu apapun dan ganteng seperti daddynya," canda dokter Viona. Dia sendiri yang menyerahkan langsung bayi mungil di dalam bedongan itu kepada Ravin. "Terima kasih, Dok." Ini jelas sebuah keajaiban bagi Ravin. Bisa menggendong bayi yang merupakan darah dagingnya sendiri merupakan mimpinya sejak lama dan kini menjadi kenyataan. Ravin melangkah menghampiri sang istri yang terbaring lemah di ranjang. Wanita itu mengulas senyum termanis. "Ini putra kita, Sayang," ujarnya sembari duduk di kursi dekat ranjang. Matanya menatap wajah mungil itu lekat-lekat. "Tentu saja. Terima kasih sudah menyambut kehadirannya." "Apa yang kau katakan, Sayang?!" Refleks tangannya terulur menutup mulut Rayna. "Kehadirannya sudah lama kutunggu dan hari ini aku sangat bahagia karena sekarang aku memiliki seorang pewaris. Pewaris Al-Fatih Mart yang sekarang tumbuh dan berkembang semakin besar, melebarkan sayap sampai ke negeri tetangga," ujarnya

  • Noda Merah Malam Pertama   Kelahiran Sang Pewaris (1)

    Bab 137 "Bukan, Sayang. Lagi pula aku sudah memutuskan untuk tidak lagi memantau mereka. Dean dan Roy akan ditarik sebagai pengawal pribadiku, menggantikan Adam dan Damian yang telah resmi menjadi pengawal pribadimu mulai hari ini." "Kenapa bisa begitu?" Rayna tersentak. "Karena kita sudah punya kehidupan masing-masing. Ada banyak hal yang lebih penting untuk kita perhatikan, Sayang. Jadi mulai hari ini stop! Ziyad dan keluarganya kita keluarkan dari tema pembicaraan kita sehari-hari. Are you oke?" tegas Ravin. Tangannya terulur menangkup wajah perempuan itu, mendongakkannya, lalu mendekatkan wajahnya sendiri, mengecup bibir ranum itu dengan lembut. Rayna menggeliat. Tubuhnya menghangat seketika. "Berjanjilah untuk move on dari cinta dan suami pertamamu itu, Sayang. Seperti aku juga yang move on dari istri pertamaku," lirih lelaki itu. Rayna menatap pemilik wajah dengan rahang yang tegas itu dalam-dalam. Ada kesungguhan dan ketulusan di sana. Ravin benar. Setelah selesai soal kem

  • Noda Merah Malam Pertama   Pertemuan Dengan Selvi

    Bab 136Perempuan muda itu menoleh. "Kak Rayna!" Suaranya bergetar.Rayna menubruk gadis itu, memeluknya dengan erat, meskipun beberapa detik kemudian menyadari saat mereka berpelukan, ada yang mengganjal. Bukan cuma perutnya, tetapi juga perut Selvi."Selvi, kamu sedang hamil?" Tanpa sadar tangan perempuan itu mengusap perut besar milik Selvi.Gadis itu mengangguk. "Seperti yang Kakak lihat," sahutnya getir"Kamu sudah menikah?" Pertanyaan itu terasa begitu konyol. Otaknya berusaha keras mengingat-ingat. Dia dan Ravin memang memantau Ziyad dan Selvi, meskipun tentu tidak bisa 100%. Sampai sejauh ini suaminya tidak pernah menceritakan soal Selvi. Setiap kali ditanya, Ravin selalu bilang Selvi dalam keadaan baik-baik saja. Tetapi nyatanya....Laila berinisiatif untuk membawa Selvi, Rayna dan Vania masuk ke rumahnya yang bersebelahan dengan bangunan itu."Ini anak Angga?" Rayna kembali mengusap perut besar Selvi dengan lembut saat mereka sudah duduk di sofa."Iya, Kak." Butir-butir beni

  • Noda Merah Malam Pertama   Kunjungan Ke Dapoer Syifa

    Bab 135"Terima kasih, Sayang. Kamu adalah istriku dan ratuku. Kamu tidak perlu merubah apapun dari dirimu. Semua yang ada pada dirimu sudah sempurna. Aku juga tidak menuntutmu terlibat penuh dalam kegiatan di perusahaan, kalau memang kamu tidak menginginkannya. Cukuplah kamu mendampingiku, setia padaku, karena aku benci dengan yang namanya penghianatan." Ravin menghela nafas berat.Antara Bella dan Rayna sungguh berbeda dan Ravin menerima Rayna mutlak apa adanya. Dia hanya menginginkan kesetiaan, setelah apa yang Bella torehkan kepadanya. Buat apa memiliki istri cantik, cerdas, berpendidikan tinggi, tetapi punya kebiasaan memelihara pria pemuas hasrat? Ini sangat menjijikan!Keduanya menikmati waktu beberapa saat di taman sebelum akhirnya bangkit. Ravin memeluk pinggang istrinya posesif. Namun baru beberapa langkah keduanya mengayunkan kaki, mendadak ponsel Ravin berdering"Panggilan video dari Axel," cicit Rayna. Sepasang suami istri itu berpandangan."Angkat saja, Hubby. Siapa tahu

  • Noda Merah Malam Pertama   Aku Berjanji, Hubby

    Bab 134 "Istrimu?!" Perempuan yang hanya mengenakan dress di atas lutut tanpa lengan itu mengibaskan rambutnya. "Apakah aku tidak salah dengar? Apakah ini benar-benar istrimu?" Dia menunjuk Rayna dengan ekspresi keheranan. Matanya tak lepas mengamati penampilan Rayna yang mengenakan gamis dengan jilbab yang menutupi kepala sampai tonjolan di dadanya. Memang, pakaian yang dikenakan oleh Rayna berharga cukup mahal dan model kekinian. Namun di mata Chintya, gaya berpakaian Rayna seperti orang udik, kampungan! "Lho, memangnya kenapa, Chintya?" Ravin menatap Chintya dengan pandangan tak suka. "Ah, tidak apa-apa. Aku hanya heran dengan seleramu. Kamu terlihat sangat berubah, Ravin. Aku pikir setelah kamu menceraikan Bella, kamu akan mencari wanita yang jauh lebih baik dari mantan istrimu itu." Chintya mencoba menutupi keterkejutannya dengan tertawa kecil. "Dan Rayna adalah wanita yang jauh lebih baik dari Bella," ujar Ravin sinis. Sekalian saja dia menumpahkan isi hatinya, mampung bert

  • Noda Merah Malam Pertama   Makan Malam Sederhana

    Bab 133"Oh, ya? Benarkah?" Sepasang mata indah itu berbinar-binar menatap tudung saji yang teramat besar menutupi seluruh hidangan di atas meja makan."Benar sekali, Nyonya. Hari ini saya memasak makanan yang merupakan kekayaan kuliner kami orang Melayu." Chef Ehsan melambaikan tangan kepada dua orang wanita berseragam pelayan yang berdiri di sudut ruangan. Mereka bergegas menghampiri, lalu membuka tudung saji."Inilah nasi lemak khas Malaysia," ujar chef Ehsan bangga."Wow...! Ini sangat keren. Terima kasih, Chef. Kamu memang juru masak yang hebat!" puji Rayna."Terima kasih atas pujian Nyonya. Itu memang sudah tugas saya sebagai chef pribadi keluarga Narendra, sekaligus senior chef di sebuah restoran masakan khas Melayu yang dimiliki oleh keluarga Narendra," sahut chef Ehsan sopan."Keluargamu juga memiliki restoran di sini, Hubby?" Perempuan itu sangat terkejut. Dia menoleh kepada sang suami."Kurang lebihnya seperti itu, Sayang. Daddy Elvan memang menjadi investor terbesar di sal

  • Noda Merah Malam Pertama   Mantan Itu Dibuang Ke Laut Saja!

    Bab 132Dari sebuah bandara kecil yang intensitas penerbangannya tidak terlalu padat, Ravin dan Rayna bertolak ke Kuala lumpur. Rayna yang baru pertama kali menaiki pesawat pribadi terkagum-kagum dengan interior yang dimiliki oleh pesawat pribadi keluarga Narendra. Sungguh sangat mewah. Seumur hidupnya ia tidak pernah menyaksikan ada pesawat yang di dalamnya didesain mirip sebuah rumah."Ini adalah milikmu juga. Kamu bebas menggunakan pesawat ini kemanapun kamu akan bepergian. Kapten Ivan akan senang hati mengantarmu. Beliau adalah seorang pilot dengan jam terbang yang sangat tinggi." Ravin seolah bisa membaca keminderan dari diri wanita itu."Memangnya aku mau kemana?" Rayna tertawa kecil. "Ini adalah pertama kali aku pergi ke luar negeri dan itu pun bersamamu Hubby....""Kasihan," goda Ravin mencubit hidung bangir istrinya. Mereka tengah berbaring di pembaringan. Ravin memeluk Rayna sembari mengelus perut wanita itu. Terasa olehnya permukaannya yang tak lagi rata. Untuk sesaat hat

  • Noda Merah Malam Pertama   Rencana Selvi

    Bab 131 Tangan Selvi terulur mengelus pipi tirus perempuan tua itu. Tak ada rasa hangat sedikitpun dari wajah yang disentuhnya. Tak ada kehidupan. Wajah itu dingin dan beku. Selvi menjerit keras. Tubuhnya seketika lemas tiada berdaya. Namun sebelum tubuh itu terkapar di lantai ruangan, sepasang tangan besar menangkap Selvi, membawa gadis itu ke dalam pelukannya. "Mama sudah tiada." Ziyad berulang kali membisikkan kata-kata itu ke telinga Selvi, meskipun matanya memanas menahan tangisnya. Bagaimanapun ibunya adalah surganya. Ziyad menggendong Selvi keluar dari ruangan itu. Dia membiarkan jenazah ibunya langsung diurus oleh para petugas di rumah sakit. Di ibukota ini ia tidak memiliki siapapun, kecuali bude Darsinah. Fokusnya sekarang adalah menenangkan Selvi yang mengalami shock berat. Saudara ibunya itu datang ke rumah sakit ini bersama keluarganya satu jam kemudian, saat jenazah ibunya sudah siap untuk di shalatkan. Mereka memutuskan untuk menyalatkan jenazah Widya di mushala de

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status