Home / Romansa / Noda Merah Malam Pertama / Mahar yang kau berikan

Share

Mahar yang kau berikan

Author: Jannah Zein
last update Last Updated: 2022-03-02 22:32:27

Bab 3

Ziyad membiarkan tubuhnya dibelai oleh angin malam. Terasa dingin di persendian. Namun, lelaki itu tak perduli. Bermenit-menit waktu berlalu dan dia masih menatap ke bawah. Pemandangan kota dengan segala dinamikanya.

Andaikan tidak ada insiden malam ini, tentu ia menjadi orang yang paling berbahagia, karena tengah mencecap madu cinta. Ah, sudahlah. Ziyad menghembuskan nafas. Tangannya merogoh saku celana, mencari rokok dan korek api.

Dia mulai menyulut sebatang rokok, menghisapnya dalam-dalam lalu membuang asap nikotin itu melalui hidung dan mulutnya lantas lenyap tersapu angin malam.

*****

Rumah ini sebenarnya tidak terlalu besar, apalagi mewah. Namun, bagi Rayna yang terbiasa tinggal di rumah yang sangat sederhana, rumah ini seperti istana untuknya.

Rumah bergaya minimalis dengan ukuran halaman yang tidak terlalu luas. Di samping teras, masih ada sedikit lahan tempat menaruh berbagai jenis tanaman hias.

"Rayna, besok mama dan Selvi akan ke sini. Sekarang kita masuk. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, mampung mama dan Selvi belum sampai ke sini." Laki-laki itu mulai membuka pintu.

Rayna mengekor langkah Ziyad masuk ke dalam kamar.

"Tugasmu di rumah ini adalah mengurus rumah, masak, mencuci, melayani segala keperluan mama, Selvi dan juga diriku," ujar Ziyad.

"Aku mengerti. Tetapi apakah aku masih boleh bekerja di minimarket?" tawar Rayna.

"Tentu saja. Kamu memang harus bekerja di minimarket kalau tidak mau kelaparan, karena aku tidak akan memberikan sepeserpun uang kepadamu!" Lelaki itu tersenyum menyeringai.

"Oh, ya?" Rayna mengangkat wajahnya. "Baiklah, tidak apa-apa. Aku juga tidak berharap nafkah darimu. Aku tidak sudi menerima uang pemberian yang terpaksa."

Rayna berusaha untuk tetap tenang menghadapi Ziyad. Setelah berjam-jam memikirkan semuanya tadi malam, dia sudah mengambil kesimpulan. Dia tidak perlu mengemis apapun kepada Ziyad. Nafkah, perhatian, kasih sayang, apa pun itu. Dia hanya berpikir untuk menjalani kehidupannya dengan benar. Lagipula, dengan Ziyad tidak menceraikannya, tak perlu ada yang tahu bahwa sebenarnya dia sudah tak perawan saat menikah. Aibnya tertutupi. Baginya itu sudah impas.

"Sombong! Tapi baguslah kalau kamu mengerti posisimu sekarang. Jadi untuk ke depannya, jangan pernah kamu menuntut diperlakukan sebagai seorang istri. Di mataku, kamu hanya pembantu di sini. Pembantu gratisan! Sebenarnya bukan gratis sih, karena aku sudah membayar mahal maharmu!" sentak Ziyad.

Ziyad duduk di pinggir ranjang, sementara Rayna duduk di lantai usai menaruh tasnya di pojok ruangan.

"Aku sudah menawarkan kepadamu untuk mengembalikan mahar yang sudah kau berikan, walaupun sebenarnya itu sudah habis di gunakan untuk acara resepsi pernikahan kita," sahut Rayna. Dia menatap lekat wajah sang suami.

"Itu urusanmu, Rayna. Mau kau apakan mahar itu, aku tidak peduli. Dulu aku mengira kamu seorang wanita baik-baik, masih perawan. Tapi ternyata tidak!" sarkas Ziyad.

"Memang kesalahanku karena tidak jujur. Namun, pernahkah kamu berpikir sedikit saja, bagaimana seandainya posisi kita terbalik?" ujar Rayna.

"Dan pernahkah kamu juga berpikir sedikit saja, bagaimana seandainya posisi kita tertukar? Kamu sebagai seorang laki-laki yang menikahi seorang wanita, lantas dia tidak mendapatkan sesuatu yang pertama?!"

"Tapi itu bukan kemauanku, Ziyad. Kamu tidak pernah mau mendengar penjelasanku!" pekik Rayna.

"Stop!" Ziyad menghentakkan kakinya ke lantai. "Tak ada yang perlu dijelaskan, Rayna. Jalanilah peranmu sekarang menjadi pembantu di rumah ini, sebagai pengganti dari harga dirimu yang telah kubayar tunai kemarin!"

"Kamu...." Rayna melotot. Sepasang mata itu memancarkan kilat kebencian. Belum pernah ia dihinakan seperti ini. "Jadi kamu menganggap mahar yang kau berikan itu sebagai bayaran atas diriku seperti kamu membeli seorang budak wanita?"

"Kalau iya, kenapa?" tantangnya. "Kamu mau protes? Atau, mungkin kamu ingin di viralkan di medsos sebagai seorang wanita yang tidak bisa mempersembahkan mahkotanya di malam pertama?" ancam laki-laki itu.

"Bukan begitu, Ziyad," ralatnya. Matanya mulai berkaca-kaca. "Baiklah, kita akan segera memulai hubungan kita yang penuh sandiwara ini. Aku akan mengabdi padamu dan keluargamu. Aku akan menganggap mahar yang sudah kau berikan itu adalah hutang yang harus kubayar dengan tenagaku!"

Suara Rayna nyaris tanpa emosi. Dia mengucapkan kata-kata itu dengan jelas, tanpa ada keraguan sedikitpun. Baru sehari laki-laki ini menikahinya dan rupanya inilah sifatnya yang sebenarnya.

"Kamu masih ingat, kan, berapa maharku? Dan kamu bisa menghitung, kan, berapa gaji pembantu selama sebulan? jikalau waktu yang kuberikan untuk mengabdi kepadamu sudah sesuai dengan jumlah mahar yang sudah kamu berikan, berarti aku sudah bebas!"

Plak!!

Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus wanita itu, membuat tubuhnya terhuyung beberapa detik.

"Kamu menamparku?" Iirih Rayna.

"Berani kamu ngomong begitu di hadapanku, hah?! Aku ini suamimu!" teriak Ziyad.

"Kamu bukan suamiku, tapi majikanku. Bukankah kamu sendiri yang tidak mengakuiku sebagai istri, tetapi hanya sebagai pembantu?!" Rayna balas berteriak. Mukanya merah padam.

*****

Rayna meringkuk di sudut ruangan.    Pertengkaran mereka sudah selesai beberapa saat yang lalu menyisakan gurat merah di pipi Rayna. Gadis itu mengusap pipinya berulang-ulang.

Matanya nanar menatap daun pintu yang dibanting oleh suaminya barusan. Rayna menghirup udara di sekelilingnya, berusaha membuat seluas-luasnya ruang di dalam hati agar dia selalu merasa lapang menghadapi semua ini.

Semua tak mudah untuk ia jalani. Dia sadar, tapi tak punya pilihan. Logikanya menyuruh berlepas dari laki-laki sebangsa Ziyad, tapi Ziyad tak mau melepaskannya. Apa mau di kata, nasi sudah menjadi bubur. Dia terlanjur terjebak dalam belenggu pernikahan ini.

Perempuan itu mulai membuka tasnya. Netranya langsung tertuju pada gaun pengantin yang menyembul dari dalam tas. Rayna tersenyum miris.

"Setidaknya aku pernah memakai gaun pengantin," ucapnya menghibur diri. Dia menarik gaun itu sepenuhnya, menciumnya dengan hati pedih.

"Aku harus menghadapi semuanya. Dia tidak ingin menceraikanku karena ingin membuatku tidak bahagia dengan pernikahan ini. Tapi tak apa, Ziyad."

"Bahagia itu ada di hati dan aku harus bahagia dengan caraku sendiri," Rayna mengusap airmatanya, kemudian mulai mengeluarkan barang-barang dari dalam tas, lalu memindahkannya ke dalam sebuah lemari kosong yang terletak di sudut ruangan.

Setelah selesai, ia bergegas keluar dari kamar. Di lihatnya sosok Ziyad yang tengah duduk di sofa. Rayna tak perduli. Dia terus melangkah ke dalam, mencari di mana letak ruang dapur.

Secara keseluruhan rumah ini sudah bersih dan terlihat terawat. Semua perabotan tertata rapi di tempatnya. Sepertinya Ziyad memang sudah menyiapkan semua ini. Sayang, Rayna tak bisa memenuhi ekspektasi sang suami yang berharap menikahi seorang gadis perawan. Sikap manisnya langsung berubah total sejak peristiwa malam pertama.

Rayna berusaha membuang segala pikiran negatif di otaknya. Kini dia sudah berada di dapur. Dia mulai membuka pintu kulkas dan mengeluarkan beberapa bahan masakan, telor, tahu, tempe dan beberapa bumbu masakan.

Entah sudah berapa puluh menit waktu berlalu. Rayna masih asyik dengan kegiatannya. Bau harum masakan mulai memenuhi seisi dapur, menerbitkan selera makan.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
rustan talib
jgn sakit hati..masih banyak laki-laki didunia ini..dunia gak selebar daun kelor..suatu saat allah akan dipertemukan jodoh nya...kita dilahirkan didunia ini saling berpasang-pasangan selagi kita bersabar..
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Baca judul ch2 selanjutnya ada rayna selingkuh seneng bgt akhirnya ada jg ce tersiksa yg berselingkuh
goodnovel comment avatar
Ana Johana
Sakit hati betul .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Noda Merah Malam Pertama   Kedatangan ibu mertua

    Bab 4Bukan cuma memenuhi seisi dapur, ternyata bau masakan Rayna sampai ke ruang tamu, menyadarkan Ziyad yang tengah melamun di sofa. Lelaki itu bangkit dari tempat duduk saat dia merasakan perutnya keroncongan. Terakhir dia hanya sarapan di hotel dan itupun tak membuat perut kenyang. Maklum, porsi sarapan di hotel tidak sama dengan porsi sarapan orang kebanyakan, seperti mereka yang terbiasa sarapan dengan nasi komplit.Ziyad terus membawa kakinya menuju dapur. Dia ingin tahu apa yang sedang dilakukan oleh Rayna.Pemandangan yang pertama kali dilihatnya adalah sesosok perempuan yang tengah mengaduk masakan di panci. Penampilan Rayna sama seperti sebelumnya, saat mereka bertengkar di kamar barusan. Rupanya gadis itu belum berganti pakaian. Rambut sepundaknya diikat dengan karet gelang, memperlihatkan leher jenjangnya yang mulus.Ziyad meneguk salivanya saat melihat keindahan itu,

    Last Updated : 2022-03-02
  • Noda Merah Malam Pertama   Inspeksi mendadak

    Bab 5"Wah ternyata masakan kak Rayna enak ya, Ma." Suara Selvi terdengar riang. Dia bahkan mengambil salah satu bantal untuk menumpu kepalanya.Rayna yang akan keluar kamar seketika menghentikan langkah saat mendengar percakapan ibu dan anak itu, ibu mertua dan adik iparnya. Keduanya tengah asyik berbincang di ruang tengah sambil rebahan menonton televisi."Iya, memang enak, Selvi. Pantas saja kakakmu memilih perempuan itu. Ada untungnya juga sih, karena dengan begitu Mama tidak perlu masak lagi. Cukup Rayna saja yang masak di rumah ini," ujar ibunya. "Sekali-sekali lah Mama santai nggak usah kerja di dapur.""Iya, bener juga sih, Ma. Selvi juga tak perlu bantu beres-beres rumah. Sepertinya kak Rayna itu kampungan ya, Ma? Terlihat dari penampilannya yang udik begitu. Dia pasti tidak akan keberatan kalau harus

    Last Updated : 2022-03-02
  • Noda Merah Malam Pertama   Kelinci kecilku yang manis

    Bab 6Menjelang sore adalah saat pergantian shift. Setelah memastikan penggantinya sudah bisa melakukan tugasnya dengan baik, Rayna segera keluar dari gedung Al-Fatih Mart.Hari yang melelahkan. Dia tak menyangka harus terjadi drama konyol yang membuatnya malu sendiri. Membiarkan bahu dan pundaknya di elus-elus lelaki lain, walaupun lelaki itu melakukannya demi menenangkannya.Ah, kenapa gangguan kecemasan itu tak juga hilang dari dirinya? Semenjak peristiwa itu, ya sejak ia menemukan dirinya di sebuah kamar hotel bersama seorang laki-laki.Rayna terus melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Motor itu sudah butut dan sebenarnya sudah layak pensiun. Namun, Rayna sangat memerlukannya. Dia tidak mungkin terus-menerus menggunakan jasa ojek online yang akan berdampak pada semakin besarnya pengeluaran. Rayna harus berhemat karena ia harus mengirim uang untuk ibunya di kampung.

    Last Updated : 2022-03-13
  • Noda Merah Malam Pertama   Kata-kata Tiara

    Bab 7"Malam itu dia begitu manis, meskipun dalam keadaan tak sadar. Aku pun juga begitu. Semua berjalan begitu saja. Aku juga tidak tahu kenapa aku sampai salah masuk kamar. Apa karena waktu itu aku sedang mabuk ya?" Ravin menghela nafas. Matanya menerawang, menatap langit-langit ruangan.Lima tahun sudah berlalu, tetapi peristiwa malam itu terpatri begitu kuat di benaknya. Masih terasa geliat tubuh indah yang berada di bawah kungkungannya, desahan dan erangan gadis itu, lalu pekikan tertahan saat lelaki itu berhasil merobek selaput daranya.Tak ada identitas apapun mengenai gadis yang pernah berbagi kehangatan semalam dengannya. Ravin tidak tahu siapa dia. Gadis itu keburu pergi sebelum ia bangun dari tidurnya, sebelum ia sempat mengenali lebih jauh. Wajahnya saja ia tidak terlalu kenal, karena malam itu kamar hotel dalam keadaan gelap. Percintaan panas itu hanya menuruti

    Last Updated : 2022-03-19
  • Noda Merah Malam Pertama   Pegang Gaji

    Bab 8Rayna melongo saat membuka kulkas. Isi kulkas masih sama seperti tadi pagi ia tinggalkan pergi bekerja."Bukannya Ziyad telah memberikan sejumlah uang untuk Mama agar berbelanja bahan makanan? Apakah beliau tidak belanja hari ini?" Rayna bertanya-tanya dalam hati."Mama," panggil Rayna saat perempuan tua itu melintas di dapur. "Maaf, Ma. Aku lihat isi kulkas masih sama seperti tadi pagi aku tinggalkan. Apakah Mama tidak berbelanja tadi siang?""Lah, bukannya yang seharusnya belanja itu kamu? Kamu kan istrinya Ziyad? Kenapa Mama yang harus belanja?" sengit perempuan itu. Dia ikut-ikutan memeriksa isi kulkas yang memang tampak mulai kosong."Tapi Ziyad bilang, dia sudah memberikan sejumlah uang kepada Mama untuk belanja bahan makanan," sanggah Rayna. "Makanya aku tidak tahu apa-apa lagi dan pagi tadi langsung berangkat kerja tanp

    Last Updated : 2022-03-21
  • Noda Merah Malam Pertama   Mengambil Milikku

    Bab 9"Ya nggak seperti itu juga kali, Ma. Beberapa bulan terakhir ini kebutuhanku banyak. Aku juga harus lebih banyak menabung. Apalagi pesta pernikahanku dengan Rayna juga memakan biaya yang tidak sedikit." Lelaki itu tersenyum kecut mengingat pengorbanan yang menurutnya sia-sia karena tidak mendapatkan apa yang diinginkannya dari Rayna."Aku ini ibumu, Ziyad. Aku yang sudah melahirkanmu, susah payah membesarkanmu, apalagi setelah ayahmu meninggal. Memangnya kamu tidak mau menghargai sedikit saja pengorbanan Mama di masa lalu?" Widya menjeda suapannya sebentar."Aku sangat menghargai semua pengorbanan Mama, tetapi terus terang aku lagi banyak kebutuhan dan itu bukan karena Rayna. Sama sekali tidak! Aku harus banyak menabung. Rumah tangga itu bukan cuma untuk sehari dua hari, Ma. Masa depan itu jauh lebih penting.""Lantas kamu pikir Mama kamu ini bukan mas

    Last Updated : 2022-03-21
  • Noda Merah Malam Pertama   Siapa Laki-laki Itu?

    Bab 10Pagi-pagi sekali Ravin bangun tidur. Lelaki itu segera mengenakan celana training dan baju kaos. Dia bermaksud untuk jalan-jalan di sekitar rumahnya. Beberapa hari mengamati Rayna melalui orang-orangnya membuat Ravin tahu kebiasaan wanita itu. Rayna akan menyapu halaman dan teras rumahnya di pagi buta.Ravin berjalan santai sembari menghirup udara yang masih segar. Beberapa pepohonan yang tumbuh di sekitar lingkungan perumahan itu membuat lelaki itu merasa semakin nyaman. Bibirnya tak henti mengembang senyum melihat sosok yang dicarinya tengah asyik menyapu halaman."Hei...!" serunya.Rayna menegakkan tubuh. Darahnya tersirap saat melihat sosok lelaki di hadapannya."Pak Ravin," lirih Rayna. Perempuan itu refleks membungkuk hormat."Iya, kamu masih ingat aku?""

    Last Updated : 2022-03-21
  • Noda Merah Malam Pertama   Benci Tapi Cemburu

    Bab 11 "Memangnya tidak boleh?" Ravin menatap wajah cantik itu dalam-dalam. Meskipun Rayna dalam keadaan berkerudung, tetapi justru membuat perempuan muda itu terlihat semakin cantik. "Gadis ini," desah Ravin dalam hati. "Gadis ini yang pernah berada di bawahku, menggeliat erotis, mengerang manja, lalu memekik perih saat terjadi penyatuan di antara kami. Ah, sial! Kenapa aku malah teringat itu lagi?" Ravin mengumpat dalam hati saat merasakan celana dalamnya yang terasa penuh sesak. Hanya dengan melihat wajah cantik Rayna membuatnya bergairah, padahal mereka tengah berada di sebuah warung. Tak terbayang seandainya keduanya berada di hotel seperti waktu itu. Akhirnya Rayna mengurungkan niat untuk membeli makanan. Dia memilih menemani Ravin makan di warung itu demi menghormatinya.

    Last Updated : 2022-03-22

Latest chapter

  • Noda Merah Malam Pertama   Jodoh Itu Cerminan Diri

    Bab 139 "Jodoh itu ibarat cerminan diri. Di detik ini aku baru sadar, aku memang tidak pantas untukmu. Kamu memang pantas untuk bersanding dengan Ravin," gumam Ziyad. Matanya tak lepas dari layar ponsel yang menayangkan adegan demi adegan kegiatan Rayna bersama Al-Fatih Mart Foundation. Perempuan muda itu nampak begitu tulus menyalami para orang tua di salah satu panti jompo yang ia kunjungi. Meskipun tak pernah ada lagi kontak dengan Rayna, tetapi lelaki itu senantiasa mengikuti perkembangan Rayna melalui akun media sosial Al-Fatih Mart yang ia follow. Ya, hanya itu jalan satu-satunya untuk mengetahui perkembangan dari perempuan yang bahkan sampai kini masih tetap dia cintai. Semua akses sudah tertutup. Rayna sudah menikah dengan Ravin, bahkan kini memiliki anak, Akalanka Mirza Zahair Narendra. Tak ada gunanya ia terus berharap. Mencintai dalam diam. Itu yang ia lakukan sekarang. Ziyad tersenyum kecut. Biarlah semua orang menganggapnya bodoh. Tapi hanya itu yang tersisa dari sosok

  • Noda Merah Malam Pertama   Kelahiran Sang Pewaris (2)

    Bab 138 "Selamat, Tuan. Anaknya laki-laki, sehat, tak kurang suatu apapun dan ganteng seperti daddynya," canda dokter Viona. Dia sendiri yang menyerahkan langsung bayi mungil di dalam bedongan itu kepada Ravin. "Terima kasih, Dok." Ini jelas sebuah keajaiban bagi Ravin. Bisa menggendong bayi yang merupakan darah dagingnya sendiri merupakan mimpinya sejak lama dan kini menjadi kenyataan. Ravin melangkah menghampiri sang istri yang terbaring lemah di ranjang. Wanita itu mengulas senyum termanis. "Ini putra kita, Sayang," ujarnya sembari duduk di kursi dekat ranjang. Matanya menatap wajah mungil itu lekat-lekat. "Tentu saja. Terima kasih sudah menyambut kehadirannya." "Apa yang kau katakan, Sayang?!" Refleks tangannya terulur menutup mulut Rayna. "Kehadirannya sudah lama kutunggu dan hari ini aku sangat bahagia karena sekarang aku memiliki seorang pewaris. Pewaris Al-Fatih Mart yang sekarang tumbuh dan berkembang semakin besar, melebarkan sayap sampai ke negeri tetangga," ujarnya

  • Noda Merah Malam Pertama   Kelahiran Sang Pewaris (1)

    Bab 137 "Bukan, Sayang. Lagi pula aku sudah memutuskan untuk tidak lagi memantau mereka. Dean dan Roy akan ditarik sebagai pengawal pribadiku, menggantikan Adam dan Damian yang telah resmi menjadi pengawal pribadimu mulai hari ini." "Kenapa bisa begitu?" Rayna tersentak. "Karena kita sudah punya kehidupan masing-masing. Ada banyak hal yang lebih penting untuk kita perhatikan, Sayang. Jadi mulai hari ini stop! Ziyad dan keluarganya kita keluarkan dari tema pembicaraan kita sehari-hari. Are you oke?" tegas Ravin. Tangannya terulur menangkup wajah perempuan itu, mendongakkannya, lalu mendekatkan wajahnya sendiri, mengecup bibir ranum itu dengan lembut. Rayna menggeliat. Tubuhnya menghangat seketika. "Berjanjilah untuk move on dari cinta dan suami pertamamu itu, Sayang. Seperti aku juga yang move on dari istri pertamaku," lirih lelaki itu. Rayna menatap pemilik wajah dengan rahang yang tegas itu dalam-dalam. Ada kesungguhan dan ketulusan di sana. Ravin benar. Setelah selesai soal kem

  • Noda Merah Malam Pertama   Pertemuan Dengan Selvi

    Bab 136Perempuan muda itu menoleh. "Kak Rayna!" Suaranya bergetar.Rayna menubruk gadis itu, memeluknya dengan erat, meskipun beberapa detik kemudian menyadari saat mereka berpelukan, ada yang mengganjal. Bukan cuma perutnya, tetapi juga perut Selvi."Selvi, kamu sedang hamil?" Tanpa sadar tangan perempuan itu mengusap perut besar milik Selvi.Gadis itu mengangguk. "Seperti yang Kakak lihat," sahutnya getir"Kamu sudah menikah?" Pertanyaan itu terasa begitu konyol. Otaknya berusaha keras mengingat-ingat. Dia dan Ravin memang memantau Ziyad dan Selvi, meskipun tentu tidak bisa 100%. Sampai sejauh ini suaminya tidak pernah menceritakan soal Selvi. Setiap kali ditanya, Ravin selalu bilang Selvi dalam keadaan baik-baik saja. Tetapi nyatanya....Laila berinisiatif untuk membawa Selvi, Rayna dan Vania masuk ke rumahnya yang bersebelahan dengan bangunan itu."Ini anak Angga?" Rayna kembali mengusap perut besar Selvi dengan lembut saat mereka sudah duduk di sofa."Iya, Kak." Butir-butir beni

  • Noda Merah Malam Pertama   Kunjungan Ke Dapoer Syifa

    Bab 135"Terima kasih, Sayang. Kamu adalah istriku dan ratuku. Kamu tidak perlu merubah apapun dari dirimu. Semua yang ada pada dirimu sudah sempurna. Aku juga tidak menuntutmu terlibat penuh dalam kegiatan di perusahaan, kalau memang kamu tidak menginginkannya. Cukuplah kamu mendampingiku, setia padaku, karena aku benci dengan yang namanya penghianatan." Ravin menghela nafas berat.Antara Bella dan Rayna sungguh berbeda dan Ravin menerima Rayna mutlak apa adanya. Dia hanya menginginkan kesetiaan, setelah apa yang Bella torehkan kepadanya. Buat apa memiliki istri cantik, cerdas, berpendidikan tinggi, tetapi punya kebiasaan memelihara pria pemuas hasrat? Ini sangat menjijikan!Keduanya menikmati waktu beberapa saat di taman sebelum akhirnya bangkit. Ravin memeluk pinggang istrinya posesif. Namun baru beberapa langkah keduanya mengayunkan kaki, mendadak ponsel Ravin berdering"Panggilan video dari Axel," cicit Rayna. Sepasang suami istri itu berpandangan."Angkat saja, Hubby. Siapa tahu

  • Noda Merah Malam Pertama   Aku Berjanji, Hubby

    Bab 134 "Istrimu?!" Perempuan yang hanya mengenakan dress di atas lutut tanpa lengan itu mengibaskan rambutnya. "Apakah aku tidak salah dengar? Apakah ini benar-benar istrimu?" Dia menunjuk Rayna dengan ekspresi keheranan. Matanya tak lepas mengamati penampilan Rayna yang mengenakan gamis dengan jilbab yang menutupi kepala sampai tonjolan di dadanya. Memang, pakaian yang dikenakan oleh Rayna berharga cukup mahal dan model kekinian. Namun di mata Chintya, gaya berpakaian Rayna seperti orang udik, kampungan! "Lho, memangnya kenapa, Chintya?" Ravin menatap Chintya dengan pandangan tak suka. "Ah, tidak apa-apa. Aku hanya heran dengan seleramu. Kamu terlihat sangat berubah, Ravin. Aku pikir setelah kamu menceraikan Bella, kamu akan mencari wanita yang jauh lebih baik dari mantan istrimu itu." Chintya mencoba menutupi keterkejutannya dengan tertawa kecil. "Dan Rayna adalah wanita yang jauh lebih baik dari Bella," ujar Ravin sinis. Sekalian saja dia menumpahkan isi hatinya, mampung bert

  • Noda Merah Malam Pertama   Makan Malam Sederhana

    Bab 133"Oh, ya? Benarkah?" Sepasang mata indah itu berbinar-binar menatap tudung saji yang teramat besar menutupi seluruh hidangan di atas meja makan."Benar sekali, Nyonya. Hari ini saya memasak makanan yang merupakan kekayaan kuliner kami orang Melayu." Chef Ehsan melambaikan tangan kepada dua orang wanita berseragam pelayan yang berdiri di sudut ruangan. Mereka bergegas menghampiri, lalu membuka tudung saji."Inilah nasi lemak khas Malaysia," ujar chef Ehsan bangga."Wow...! Ini sangat keren. Terima kasih, Chef. Kamu memang juru masak yang hebat!" puji Rayna."Terima kasih atas pujian Nyonya. Itu memang sudah tugas saya sebagai chef pribadi keluarga Narendra, sekaligus senior chef di sebuah restoran masakan khas Melayu yang dimiliki oleh keluarga Narendra," sahut chef Ehsan sopan."Keluargamu juga memiliki restoran di sini, Hubby?" Perempuan itu sangat terkejut. Dia menoleh kepada sang suami."Kurang lebihnya seperti itu, Sayang. Daddy Elvan memang menjadi investor terbesar di sal

  • Noda Merah Malam Pertama   Mantan Itu Dibuang Ke Laut Saja!

    Bab 132Dari sebuah bandara kecil yang intensitas penerbangannya tidak terlalu padat, Ravin dan Rayna bertolak ke Kuala lumpur. Rayna yang baru pertama kali menaiki pesawat pribadi terkagum-kagum dengan interior yang dimiliki oleh pesawat pribadi keluarga Narendra. Sungguh sangat mewah. Seumur hidupnya ia tidak pernah menyaksikan ada pesawat yang di dalamnya didesain mirip sebuah rumah."Ini adalah milikmu juga. Kamu bebas menggunakan pesawat ini kemanapun kamu akan bepergian. Kapten Ivan akan senang hati mengantarmu. Beliau adalah seorang pilot dengan jam terbang yang sangat tinggi." Ravin seolah bisa membaca keminderan dari diri wanita itu."Memangnya aku mau kemana?" Rayna tertawa kecil. "Ini adalah pertama kali aku pergi ke luar negeri dan itu pun bersamamu Hubby....""Kasihan," goda Ravin mencubit hidung bangir istrinya. Mereka tengah berbaring di pembaringan. Ravin memeluk Rayna sembari mengelus perut wanita itu. Terasa olehnya permukaannya yang tak lagi rata. Untuk sesaat hat

  • Noda Merah Malam Pertama   Rencana Selvi

    Bab 131 Tangan Selvi terulur mengelus pipi tirus perempuan tua itu. Tak ada rasa hangat sedikitpun dari wajah yang disentuhnya. Tak ada kehidupan. Wajah itu dingin dan beku. Selvi menjerit keras. Tubuhnya seketika lemas tiada berdaya. Namun sebelum tubuh itu terkapar di lantai ruangan, sepasang tangan besar menangkap Selvi, membawa gadis itu ke dalam pelukannya. "Mama sudah tiada." Ziyad berulang kali membisikkan kata-kata itu ke telinga Selvi, meskipun matanya memanas menahan tangisnya. Bagaimanapun ibunya adalah surganya. Ziyad menggendong Selvi keluar dari ruangan itu. Dia membiarkan jenazah ibunya langsung diurus oleh para petugas di rumah sakit. Di ibukota ini ia tidak memiliki siapapun, kecuali bude Darsinah. Fokusnya sekarang adalah menenangkan Selvi yang mengalami shock berat. Saudara ibunya itu datang ke rumah sakit ini bersama keluarganya satu jam kemudian, saat jenazah ibunya sudah siap untuk di shalatkan. Mereka memutuskan untuk menyalatkan jenazah Widya di mushala de

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status