Kirei menatap di depannya dengan pandangan kosong. Di sinilah ia sekarang, di kantor polisi untuk memberi keterangan mengenai kejadian mengerikan yang terjadi tadi malam. Pak Ardi menghampiri Kirei memberikan kopi untuk Kirei yang terlihat linglung.
“Tenang saja, ini hanya memberikan keterangan tentang apa yang kamu ketahui, kamu tidak akan jadi tersangka.” Ujar Pak Ardi menenangkan, Kirei menatap ayah sahabatnya itu.
“Kak Rena, Apa dia benar-benar meninggal?” Tanya Kirei, ia menundukan kepalanya dan menutup wajahnya lalu mengusapnya kasar.
“Itu semua salahku, seharusnya aku mengunci pintu rumahnya setelah pergi, seharusnya aku menemaninya.”
Air mata Kirei mengalir ia tidak percaya seseorang yang kurang dari 6 jam yang lalu bersamanya dan mengobrol bersamanya sudah meninggal dengan cara yang mengenaskan seperti itu.
Pak Ardi mengulurkan tangannya menepuk-nepuk pelan bahu Kirei.
“Ini bukan salahmu,” ujar Pak Ardi menenangkan.
“Apa pacarnya sudah diberitahu?” Tanya Kirei tiba-tiba. “Pacar? Dia punya pacar?” Pak Ardi menautkan alisnya bingung.
“Iya, Kak Rena memanggilku semalam dan mabuk-mabukan karena pacarnya mencampakannya,” ujar Kirei menjelaskan.
“Apa kau sudah bertemu dengan pacarnya?” Tanya Pak Ardi, Kirei menggelengkan kepalanya. “Kak Rena tidak mengetahui rumah pacarnya dimana, pacarnya juga tidak pernah mau di foto,” ungkap Kirei. Pak Ardi terlihat berpikir, dia mencurigai sesuatu (lagi).
…
Setelah memberikan keterangan ditemani oleh Pak Ardi, Kirei diantar pulang oleh ayah sahabatnya itu. Mereka sedang berada di depan pintu kostan. Kirei sangat berterima kasih karena sejak tadi Pak Ardi selalu disampingnya dan terus menenangkannya, Kirei sudah merasa lebih baik sekarang.
Kirei dan Pak Ardi menoleh, mereka sama-sama terkejut melihat seorang gadis yang tengah berjalan kearah mereka dengan rambut berantakan. Gadis itu baru menyadari jika di depan kostan ada ayah dan sahabatnya, Jessica ingin berbalik pergi tapi sudah terlambat mereka sudah melihat kearahnya dengan tatapan galak.
Jessica melangkahkan kakinya mendekati mereka berdua.
“Kamu darimana saja baru pulang jam segini?” tanya Pak Ardi dengan nada tinggi. Jessica hanya tertawa renyah.
“Apa maksud ayah? Aku baru bangun, aku mengambil paket di depan,” ujar Jessica mencoba memberikan alasan. Ayah Jessica mendengus jengah dia menatap pakaian putrinya, mini dress selutut dan heels berwarna merah.
“Dengan pakaian dan sepatu itu? Membawa tas juga?” tanya ayahnya dengan nada menginterogasi.
Kirei mengusap tenguknya pelan dia bingung mau bereaksi apa dengan percakapan putri dan ayahnya ini, dia hanya tersenyum melihat mereka berdua. Disaat seperti ini dia sangat merindukan kedua orang tuanya, mungkin orang tuanya juga akan bersikap seperti itu karena dia pulang pagi.
“Iya ayah aku harus membawa tas untuk membayar tukang paketnya. Apa kau tidak tahu COD?” Kirei terkekeh mendengar alasan konyol Jessica, ayahnya menjitak kepala putrinya. Jessica mengaduh kesakitan.
“Kamu kapan akan bekerja? Berhenti sok sibuk kamu hanya pengangguran,” ujar ayahnya. Jessica menghembuskan napasnya kesal.
“Tenang saja ayah putrimu ini sudah mengetahui apa yang dia suka, dia akan belajar dibidang itu dan akan memberikan uang yang banyak pada ayah.”
...
Jessica menganga tidak percaya mendengar ucapan Kirei yang menjelaskan Renata meninggal dunia. Jessica saja terkejut jika perempuan yang ia temui tempo hari di Bar meninggal dunia terlebih karena dibunuh.
“Apa kau melihat pembunuhnya?” tanya Jessica penasaran, Kirei menggeleng “Tidak, aku kesana dan kak Rena sudah meninggal,” jelas Kirei.
“Kau sendiri darimana saja? Mengapa baru pulang jam segini? Mengambil paket? Alasan konyol macam apa itu?” tanya Kirei dengan pertanyaan bertubi-tubi, Jessica menatap sahabatnya itu dengan senyuman.
“Aku ketiduran di tempat kerjanya takdirku.”
Kirei menautkan alisnya bingung, kemudian dia berseru “Jangan bilang kamu terjerat lagi dengan seorang pria!” Jessica menatap sahabatnya itu tidak terima “Apa maksudmu terjerat? Aku serius kali ini, aku akan mendapatkan hatinya.”
“Aku baru pertama kali jatuh cinta pada seseorang sedalam ini,” lanjut Jessica lagi.
Kirei terkekeh mendengar sahabatnya itu, dia yakin saat mereka putus Jessica hanya akan mengutuk mantan pacarnya. Dia sudah hapal dengan kebiasaan sahabatnya itu.
...
Polisi-polisi sedang sibuk menyelidiki kasus kematian Renata, Polisi menyimpulkan jika Renata adalah korban terbaru dari pembunuhan berantai kepala gundul. Kirei tidak dijadikan tersangka karena saat itu dia terlihat kamera cctv di jalanan sekitar sedang mengendarai taksi setelah mengantar Renata, dan seperti keterangannya Kirei kembali lagi dan menemukan Renata sudah tidak bernyawa, Kirei langsung menelepon polisi saat itu. Jadi, dalam waktu sesingkat itu Kirei tidak mungkin membunuh Renata.
Polisi menyelidiki pacar Rena yang sesuai kecurigaan Pak Ardi ia adalah Haru. Pak Ardi tidak terburu-buru memanggil Haru dia menyelidiki semua alibi Haru dari seminggu yang lalu hingga saat hari kejadian.
Pak Ardi tersenyum puas “Tidak ada alibi. Bocah itu tidak punya alibi,” ujarnya yakin. Begadang selama beberapa hari ini membuahkan hasil, ia tidak menemukan Haru tertangkap CCTV manapun.
...
Setelah pemakaman Renata, Kirei diajak bertemu oleh Pak Ardi. Pak Ardi memberikan beberapa barang milik Renata untuk Kirei. Ternyata Renata adalah wanita yatim piatu, dia tinggal sebatang kara. Pak Ardi tidak tahu harus memberikan barang peninggalan Renata pada siapa karena bukan hanya yatim piatu, setelah di selidiki Renata ternyata tidak punya teman selain Kirei.
Kirei sedang ada di halte bus menunggu bus untuk pulang ke rumahnya. Kirei melihat kotak yang ada di pangkuannya kotak itu berisi peninggalan Rena yang tadi di berikan Pak Ardi, Kirei mengulurkan tangannya untuk membuka penutup kotak itu.
Melihat disana ada beberapa buku diary dan beberapa barang lainnya yang Kirei tidak yakin apa itu, dia membuka salah satu diary berwarna hitam itu dan tidak sengaja sebuah foto polaroid terjatuh mengenai kakinya. Kirei melihat foto itu dan mengambilnya. Kirei terkejut melihat foto itu.
Foto polaroid itu adalah foto Renata dengan seseorang yang terlihat tidak sadar difoto, sosok itu memang tidak jelas tapi Kirei masih mengenalinya. Dia adalah pria yang sudah tiga kali bertemu dengannya. Dibawah foto itu ada tulisan ‘bersama sayangku yang tidak pernah mau difoto’.
Pacar Renata adalah pria itu? Pria yang ponselnya tertukar dengannya, Kebetulan macam apa ini?
Kirei menoleh dan terkejut melihat sosok di depannya, saking terkejutnya dia menjatuhkan semua barang yang ada di dalam kotak hingga berserakan termasuk foto polaroid itu. Sosok itu adalah Haru, Haru menatap barang-barang yang berserakan itu dia mengenali barang itu, dia lalu menatap Kirei yang terlihat sangat terkejut melihatnya.
“Kita bertemu lagi.” Ujarnya dengan senyum tipis.
Kirei yang tersadar segera memunguti barang-barang yang berserakan, Haru membantunya.
“Tidak perlu, biar aku saja.” Haru tidak mengindahkan perkataan Kirei tetap membantu, ia mengambil polaroid dan melihat ada fotonya disana. Kirei melihat itu segera merebut fotonya ia selesai membereskan dan segera bangkit, Haru mendongak dan mengikuti Kirei bangkit.
“Itu aku,” ujar Haru menatap Kirei.
Kirei balik menatap Haru. “Kenapa kau tidak datang?” tanya Kirei tiba-tiba,
Haru menatapnya terlihat bingung. “Kemana?” Ia balik bertanya.
“Pemakaman. Foto itu adalah kamu kan, kamu pacarnya kak Rena. Aku tidak melihatmu di pemakaman, mengapa tidak datang?” tanya Kirei lagi.
Haru menatap dalam Kirei sebelum akhirnya menjawab “Mengapa aku harus?” lagi-lagi Haru tidak menjawab pertanyaannya hanya bertanya balik. Kirei mendengus tidak percaya.
“Bagaimana bisa ekspresimu begitu datar saat pacarmu sendiri meninggal?” tanya Kirei, Haru terdiam tidak menjawab.
Bus datang, mereka berdua masih saling tatap dengan serius. Tidak mau terlibat lebih jauh dengan pria di depannya, Kirei segera masuk bus dia duduk di kursi pojok paling belakang. Haru mengikutinya memasuki bus dan duduk di kursi tengah. Seperti adegan de javu.
Kirei menatap punggung Haru, entah mengapa Kirei merasa aneh melihat punggung itu. Dia terus menatap Haru hingga Haru menoleh ke belakang melihat Kirei yang terus melihat kearahnya setelah balik di tatap pun Kirei masih tidak mengalihkan pandangannya, Haru terdiam dia bangkit.
Kirei terkejut karena Haru tiba-tiba duduk di sampingnya. Kirei menatap Haru, mereka saling bertatapan beberapa saat.
“Apa kau mau mengatakan sesuatu?” tanya Haru dengan senyuman di wajahnya.
Kirei mengerjapkan matanya dia masih setia menatap bola mata dingin milik Haru. “Kamu sebenarnya siapa?” tanya Kirei serius. Haru terkekeh sebelum akhirnya menjawab,
“Haru. Aku Haru.”
...
Haru tengah diinterogasi oleh Polisi, Haru terlihat sangat santai karena dia terlalu sering merasakan sensasi ini. Ini adalah kali ke tujuh dia dia di interogasi, di ruangan yang sama, oleh polisi yang sama yaitu Pak Ardi.
Haru menggigit bibir bawahnya menahan tawa, dia tidak tahan melihat ekspresi serius dari Polisi di depannya. Saking seringnya bertemu dia bahkan sudah menganggap polisi di depannya ini sahabatnya.
“Tertawa? Kamu tertawa saat seseorang meninggal?” tanya pak Ardi kesal, Haru segera menutup mulutnya melihat polisi di depannya emosi.
“Bukan begitu, aku tertawa dengan situasi ini. Apa bapak tidak bosan memanggilku kemari? Bapak begitu merindukanku?” Ujar Haru santai, sekarang giliran Pak Ardi yang tersenyum
“Aku pastikan ini adalah kali terakhir aku memanggilmu karena kamu akan membusuk di penjara.” Ujar Pak Polisi, Haru menyunggingkan senyum.
“Kenapa? Apa bapak tidak menemukan alibiku?” tanya Haru, Pak Polisi mengangguk
“Tertangkap kau sekarang.”
Ponsel Haru yang berada di atas meja tiba-tiba berdering, Pak Polisi dan Haru melihat ponsel yang berdering itu dan melihat siapa seseorang yang memanggil Haru.
‘Jessica’ nama itu tertera di layar ponsel Haru. Pak Ardi terdiam, Haru menatap pak Ardi melihat ekspresinya. Haru menyunggingkan senyumnya.
‘Haru kamu dimana? Mengapa tidak ada di cafe?’
Setelah ponsel itu berhenti berdering, sebuah pesan tiba-tiba masuk. Pak Ardi terlihat semakin bingung.
“Dia alibiku. Saat kejadian aku menghabiskan malamku dengan dia.” Ujar Haru lagi dengan senyuman misterius di wajahnya. Pak Ardi menatap Haru, mengepalkan tangannya emosi dan segera memukul Haru hingga ia jatuh tersungkur.
Haru melangkahkan kakinya menuju cafe. Di dalam, dia melihat Jessica yang tengah duduk menunggunya. Haru menghampiri Jessica, Jessica yang menyadari segera bangkit dia terkejut melihat luka memar di wajah Haru. “Wajahmu kenapa?” tanya Jessica khawatir, ia memegang wajah Haru dengan tangannya, memegang memar itu mengusapnya pelan. Haru menatapnya, Jessica tersadar dengan tatapan Haru dia menelan ludahnya gugup karena wajah mereka sangat dekat. Tidak menyingkirkan tangannya di wajah Haru, Jessica memberanikan diri menatap Haru. “Aku menyukaimu.” Jessica tiba-tiba mengakui perasaannya. Haru hanya menatapnya dengan tatapan dalam, Jessica merasakan seperti tatapan Haru menarik dirinya masuk ke dalam. Haru hanya terdiam tidak mengatakan apapun. “Apa kau pernah memikirkanku?” tanya Jessica, dia sedikit menyesal sepertinya dia terlalu cepat menyatakan perasaannya. Haru tiba-tiba menarik wajah Jessica dan menciumnya. Jessica membelalakan matany
Hari ini adalah hari pertama Kirei menjadi penerjemah langsung. Hari ini dia tidak tahu harus memiliki perasaan apa, perasaannya campur aduk. Dia sangat senang karena ini hari pertama dia menunjukan keahliannya dalam menerjemahkan kepada atasan yang langsung datang dari kantor pusat di Korea, di lain sisi juga tidak senang karena dia harus menerjemahkan ucapan pria dingin misterius tidak berperasaan itu. Kirei sebetulnya sudah tidak ingin berhubungan lagi dengan pria itu, pria itu terlihat misterius dan sangat berbahaya. Kirei masih tidak mengerti mengapa Jessica sangat menyukai Haru. “I eumlyoneun maggeolliwa keopiui honhabmullo mandeul-eojibnida.” Kirei menerjemahkan apa yang di katakan Haru pada atasannya dengan senyuman di wajahnya. Tangannya tidak tinggal diam, selain menjelaskan menggunakan kata-kata Kirei juga menjelaskan menggunakan tangannya. Haru menahan senyumannya melihat Kirei yang terlihat sangat bersemangat. “Kopi memiliki banya
Kirei tengah makan sendirian di restoran, setelah beberapa hari yang lalu ia bertemu dengan ayah Jessica ia jadi sering memikirkan Haru. Penasaran apakah benar Haru adalah tersangka pembunuhan berantai? Ia juga harus berpikir bagaimana mengatakan itu pada Jessica, karena yang dia tahu Jessica sangat keras kepala dia baru akan menyerah jika dia sendiri ingin menyerah dia bukan type orang yang mendengar perkataan orang lain. Kirei menghela napas memikirkan banyak masalah di kepalanya, ia kembali memasukan sendok berisi bubur ke dalam mulutnya. Pagi hari sekali diakhir pekan Jessica sudah pergi meninggalkan kostan tanpa memberitahunya. Kirei berpikir pasti Jessica ingin menemui Haru lagi. Dia memijat kepalanya yang terasa pening. “Bagaimana aku memberitahunya untuk menjauhi Haru,” gumam Kirei pelan. “Aku kenapa?” Kirei hampir tersedak melihat sosok yang baru saja bicara, sosok itu duduk di depan meja Kirei, mereka duduk berhadapan. “Bu saya bakso
Faisal, Dini dan Kirei tengah bekerja di cafe Haru, mereka masih harus menyelesaikan beberapa laporan yang harus diterjemahkan. Di meja yang sama, Kirei dan Dini duduk bersebelahan dan Faisal yang duduk di depan mereka. Sudah sekitar 4 jam mereka duduk di sana setelah kepergian atasan mereka. Dini melakukan peregangan, otot-ototnya yang terasa kaku karena sudah lama sekali mereka duduk di sana. Faisal menyadari itu menyuruh Dini pulang duluan karena laporannya hampir selesai. Dini mengiyakan dan pergi duluan. Kini hanya Kirei dan Faisal yang berada disana, Faisal bangkit dan pindah duduk menjadi di samping Kirei. Kirei yang tidak terlalu mengindahkannya masih fokus mengerjakan laporan. Faisal menatap Kirei tanpa sadar dirinya menyunggingkan sebuah senyuman, Haru yang berada tidak jauh darisana menatap mereka tanpa berkedip. “Oh? Kirei kamu disini?” Jessica yang entah datang darimana tiba-tiba menyapa Kirei. Kirei terkejut melihat kedatangan Je
Siang hari begitu terik menyinari kota, Jessica hendak pergi makan siang di restoran tempat dia biasa makan, gadis itu duduk di salah satu bangku restoran. Dia mengehela napas panjang sembari melihat keluar jendela, tatapannya menerawang. Lalu iris matanya melihat orang-orang sekitar yang juga tengah makan siang di restoran itu, mereka tengah mengobrol tentang beratnya pekerjaan mereka. Jessica lagi-lagi hanya menghela napas panjang. Setelah lulus SMA, dia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah, dan sepertinya dia sedikit menyesalinya sekarang. Mencari pekerjaan sulit sekali hanya menggunakan ijajah SMA. Tahu begini, dia kuliah di jurusan kedokteran saja seperti yang ayahnya sarankan, mungkin sekarang dia tidak perlu repot-repot mencari pekerjaan. Jessica awalnya bekerja part time bersama Kirei. Walaupun tidak sebanyak pekerjaan Kirei, Jessica pernah bekerja part time di restoran cepat saji. Tetapi sekarang dia keluar dengan alasan bosan, setiap hari hanya
Faisal dan Kirei sudah sampai di villa tempat mereka menginap, mereka berdua bingung melihat jendela yang sudah berlubang dan seorang Bibi pengurus villa yang tengah membersihkan pecahan kaca yang berserakan di lantai.“Apa yang terjadi?” tanya Kirei pada Bibi yang tengah menyapukan pecahan kaca, bibi itu menghentikan aktivitasnya.“Ummm... Anu... Tadi ada yang ngelempar batu besar ke villa neng, kayanya sengaja gitu.” Ujar Bibi itu ragu-ragu.Kirei dan Faisal saling menoleh, mereka berdua sama-sama bingung, “Neng sama Abangnya ada di kamar, lagi nenangin diri,” ujar Bibi itu lagi. Kirei dan Faisal mengangguk dan segera ke kamar yang dimaksud.Kirei dan Faisal memasuki ruangan yaitu kamar Jessica dan Kirei, di sana Jessica sedang duduk dan memeluk pinggang Haru yang tengah berdiri, Kirei melihat ekspresi Haru yang terlihat seperti memikirkan sesuatu sambil menepuk-nepuk pundak Jessica menenangkan.“Kamu bai
Aku berlari di tengah keramaian orang-orang yang sedang berjalan. Pagi-pagi begini orang-orang sudah sibuk untuk memulai hari mereka dengan harapan di hati mereka hari ini lebih baik daripada hari kemarin. Aku melihat jam di ponselku sambil terus berlari dan melihat bus yang pintunya sudah mulai menutup dan akan pergi. Aku harus menaiki bus itu sekarang jika tidak ingin terlambat. Jadi, aku menambah kecepatan berlariku. “Pak tunggu Pak!” Aku berteriak mencoba menghentikan bus itu. Aku berlari dengan kecepatan penuh mengejar bus yang seperkian detik yang lalu sudah meninggalkanku yang belum naik. Padahal, hari ini adalah hari penting bisa-bisanya semalam aku begadang dan makan mie instan dengan temanku hingga telat begini. Brug Bodoh, sudah telat begini aku menabrak seseorang. Aku terkejut melihat kardus-kardus yang berserakan dan segera mengambilnya. “Maaf Pak maaf.” Aku berjongkok mengambil kardus itu. Namun, mataku masih meli
Kirei sejak tadi sibuk menelepon ponselnya yang tadi pagi tertukar dengan seorang Bapak yang tidak sengaja dia tabrak. Tapi nihil, di seberang sana tidak ada yang menjawab ponselnya. Kirei mendesah frustasi. “Bukannya sudah ke kantor Polisi? Apa katanya?” Ujar Jessica, sahabatnya sekaligus teman serumah yang tengah menonton drama korea melalui laptopnya tidak tahan melihat sahabatnya itu terlihat gelisah seperti kucing tidak diberi makan 3 hari. “Sudah, aku kesana berharap ayah dari sahabatku tercinta yang seorang polisi membantuku. Tapi kamu tahu ayahmu bilang apa?” “Karena ponsel dia juga ada padamu jadi ini tidak bisa disebut pencurian, jadi tunggu saja sampai orang itu menjawab,” Ujar Kirei menirukan nada suara Pak Polisi yang sekaligus ayah dari teman di depannya ini. Keduanya tertawa. “Malang sekali nasibmu hari ini, bertemu dengan mantanmu yang ternyata atasanmu hingga ponsel tertukar. Bukankah itu ponsel baru?” Jessica menghampiri sahabatnya i
Faisal dan Kirei sudah sampai di villa tempat mereka menginap, mereka berdua bingung melihat jendela yang sudah berlubang dan seorang Bibi pengurus villa yang tengah membersihkan pecahan kaca yang berserakan di lantai.“Apa yang terjadi?” tanya Kirei pada Bibi yang tengah menyapukan pecahan kaca, bibi itu menghentikan aktivitasnya.“Ummm... Anu... Tadi ada yang ngelempar batu besar ke villa neng, kayanya sengaja gitu.” Ujar Bibi itu ragu-ragu.Kirei dan Faisal saling menoleh, mereka berdua sama-sama bingung, “Neng sama Abangnya ada di kamar, lagi nenangin diri,” ujar Bibi itu lagi. Kirei dan Faisal mengangguk dan segera ke kamar yang dimaksud.Kirei dan Faisal memasuki ruangan yaitu kamar Jessica dan Kirei, di sana Jessica sedang duduk dan memeluk pinggang Haru yang tengah berdiri, Kirei melihat ekspresi Haru yang terlihat seperti memikirkan sesuatu sambil menepuk-nepuk pundak Jessica menenangkan.“Kamu bai
Siang hari begitu terik menyinari kota, Jessica hendak pergi makan siang di restoran tempat dia biasa makan, gadis itu duduk di salah satu bangku restoran. Dia mengehela napas panjang sembari melihat keluar jendela, tatapannya menerawang. Lalu iris matanya melihat orang-orang sekitar yang juga tengah makan siang di restoran itu, mereka tengah mengobrol tentang beratnya pekerjaan mereka. Jessica lagi-lagi hanya menghela napas panjang. Setelah lulus SMA, dia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah, dan sepertinya dia sedikit menyesalinya sekarang. Mencari pekerjaan sulit sekali hanya menggunakan ijajah SMA. Tahu begini, dia kuliah di jurusan kedokteran saja seperti yang ayahnya sarankan, mungkin sekarang dia tidak perlu repot-repot mencari pekerjaan. Jessica awalnya bekerja part time bersama Kirei. Walaupun tidak sebanyak pekerjaan Kirei, Jessica pernah bekerja part time di restoran cepat saji. Tetapi sekarang dia keluar dengan alasan bosan, setiap hari hanya
Faisal, Dini dan Kirei tengah bekerja di cafe Haru, mereka masih harus menyelesaikan beberapa laporan yang harus diterjemahkan. Di meja yang sama, Kirei dan Dini duduk bersebelahan dan Faisal yang duduk di depan mereka. Sudah sekitar 4 jam mereka duduk di sana setelah kepergian atasan mereka. Dini melakukan peregangan, otot-ototnya yang terasa kaku karena sudah lama sekali mereka duduk di sana. Faisal menyadari itu menyuruh Dini pulang duluan karena laporannya hampir selesai. Dini mengiyakan dan pergi duluan. Kini hanya Kirei dan Faisal yang berada disana, Faisal bangkit dan pindah duduk menjadi di samping Kirei. Kirei yang tidak terlalu mengindahkannya masih fokus mengerjakan laporan. Faisal menatap Kirei tanpa sadar dirinya menyunggingkan sebuah senyuman, Haru yang berada tidak jauh darisana menatap mereka tanpa berkedip. “Oh? Kirei kamu disini?” Jessica yang entah datang darimana tiba-tiba menyapa Kirei. Kirei terkejut melihat kedatangan Je
Kirei tengah makan sendirian di restoran, setelah beberapa hari yang lalu ia bertemu dengan ayah Jessica ia jadi sering memikirkan Haru. Penasaran apakah benar Haru adalah tersangka pembunuhan berantai? Ia juga harus berpikir bagaimana mengatakan itu pada Jessica, karena yang dia tahu Jessica sangat keras kepala dia baru akan menyerah jika dia sendiri ingin menyerah dia bukan type orang yang mendengar perkataan orang lain. Kirei menghela napas memikirkan banyak masalah di kepalanya, ia kembali memasukan sendok berisi bubur ke dalam mulutnya. Pagi hari sekali diakhir pekan Jessica sudah pergi meninggalkan kostan tanpa memberitahunya. Kirei berpikir pasti Jessica ingin menemui Haru lagi. Dia memijat kepalanya yang terasa pening. “Bagaimana aku memberitahunya untuk menjauhi Haru,” gumam Kirei pelan. “Aku kenapa?” Kirei hampir tersedak melihat sosok yang baru saja bicara, sosok itu duduk di depan meja Kirei, mereka duduk berhadapan. “Bu saya bakso
Hari ini adalah hari pertama Kirei menjadi penerjemah langsung. Hari ini dia tidak tahu harus memiliki perasaan apa, perasaannya campur aduk. Dia sangat senang karena ini hari pertama dia menunjukan keahliannya dalam menerjemahkan kepada atasan yang langsung datang dari kantor pusat di Korea, di lain sisi juga tidak senang karena dia harus menerjemahkan ucapan pria dingin misterius tidak berperasaan itu. Kirei sebetulnya sudah tidak ingin berhubungan lagi dengan pria itu, pria itu terlihat misterius dan sangat berbahaya. Kirei masih tidak mengerti mengapa Jessica sangat menyukai Haru. “I eumlyoneun maggeolliwa keopiui honhabmullo mandeul-eojibnida.” Kirei menerjemahkan apa yang di katakan Haru pada atasannya dengan senyuman di wajahnya. Tangannya tidak tinggal diam, selain menjelaskan menggunakan kata-kata Kirei juga menjelaskan menggunakan tangannya. Haru menahan senyumannya melihat Kirei yang terlihat sangat bersemangat. “Kopi memiliki banya
Haru melangkahkan kakinya menuju cafe. Di dalam, dia melihat Jessica yang tengah duduk menunggunya. Haru menghampiri Jessica, Jessica yang menyadari segera bangkit dia terkejut melihat luka memar di wajah Haru. “Wajahmu kenapa?” tanya Jessica khawatir, ia memegang wajah Haru dengan tangannya, memegang memar itu mengusapnya pelan. Haru menatapnya, Jessica tersadar dengan tatapan Haru dia menelan ludahnya gugup karena wajah mereka sangat dekat. Tidak menyingkirkan tangannya di wajah Haru, Jessica memberanikan diri menatap Haru. “Aku menyukaimu.” Jessica tiba-tiba mengakui perasaannya. Haru hanya menatapnya dengan tatapan dalam, Jessica merasakan seperti tatapan Haru menarik dirinya masuk ke dalam. Haru hanya terdiam tidak mengatakan apapun. “Apa kau pernah memikirkanku?” tanya Jessica, dia sedikit menyesal sepertinya dia terlalu cepat menyatakan perasaannya. Haru tiba-tiba menarik wajah Jessica dan menciumnya. Jessica membelalakan matany
Kirei menatap di depannya dengan pandangan kosong. Di sinilah ia sekarang, di kantor polisi untuk memberi keterangan mengenai kejadian mengerikan yang terjadi tadi malam. Pak Ardi menghampiri Kirei memberikan kopi untuk Kirei yang terlihat linglung. “Tenang saja, ini hanya memberikan keterangan tentang apa yang kamu ketahui, kamu tidak akan jadi tersangka.” Ujar Pak Ardi menenangkan, Kirei menatap ayah sahabatnya itu. “Kak Rena, Apa dia benar-benar meninggal?” Tanya Kirei, ia menundukan kepalanya dan menutup wajahnya lalu mengusapnya kasar. “Itu semua salahku, seharusnya aku mengunci pintu rumahnya setelah pergi, seharusnya aku menemaninya.” Air mata Kirei mengalir ia tidak percaya seseorang yang kurang dari 6 jam yang lalu bersamanya dan mengobrol bersamanya sudah meninggal dengan cara yang mengenaskan seperti itu. Pak Ardi mengulurkan tangannya menepuk-nepuk pelan bahu Kirei. “Ini bukan salahmu,” ujar Pak Ardi menenangkan. “A
Semua karyawan perusahaan Hanseung tengah makan siang bersama di kantin, termasuk Kirei. “Pak Faisal aneh banget, dia tidak pernah makan lagi sama kita. Kira-kira kenapa hari itu dia mau makan sama kita?” Seorang karyawan wanita tiba-tiba menggosipkan Faisal. Kirei diam saja mendengarnya, dia teringat kejadian di restoran. Dia memperingati Faisal untuk berpura-pura tidak mengenalnya dan hanya membahas pekerjaan. Faisal sangat menuruti perkataan Kirei. Kirei melihat sosok Faisal yang tengah berjalan keluar, dia jadi merasa bersalah. ... Faisal duduk di sebuah restoran, dia tengah makan siang sendirian. Memesan satu porsi nasi goreng dan memakannya dengan santai. Seorang gadis memasuki restoran itu dia hendak memesan makanan tetapi matanya melihat sosok Faisal, gadis itu terlihat terkejut. Dia berjalan mendekati Faisal.
Jessica baru saja keluar dari toilet, dia berjalan keluar untuk kembali ke tempatnya bersama Kirei dan Renata. Dia melihat sekeliling mencari keberadaan sosok yang ingin dia temui lagi. Dia berpikir jika pria yang menyelamatkannya hari itu berharap bisa dia temui lagi di sini. Jessica terdiam melihat seseorang yang tidak jauh darinya, bukan karena menemukan sosok pria yang dia cari melainkan karena dia melihat sosok mantan pacarnya yang saling rangkul bersama seorang gadis dengan mesra, pria itu berjalan kearahnya. Jessica panik dia melihat kanan dan kiri untuk mencari tempat bersembunyi. Sebuah tangan tiba-tiba menarik lengannya, menyudutkannya ke tembok. Jessica mau protes karena badan pria yang menariknya itu terlalu dekat dengannya tapi dia terpaku saat mendongak melihat wajah pria itu. Pria yang dia cari-cari. Di depan wajah Jessica sekarang adalah dada bidang lelaki itu, jantungnya rasanya seperti sudah jatuh ke perut sekarang. Lelaki itu sedikit menund