Home / Rumah Tangga / Nikahi Aku atau Aku Mati / Titah Mendadak dari Bapak

Share

Titah Mendadak dari Bapak

Author: Gra_Violla
last update Last Updated: 2024-05-07 18:40:22

“Makan lah, Nak. Sedari pulang kerja tadi, kuperhatikan kamu tidak ke ruang makan atau dapur. Belum makan, ‘kan?” tanya Bu Harsono sembari menyodorkan sebuah nampan berisi semangkuk soto lengkap dengan lauk, sambal dan minuman.

Sebenarnya Nirmala malas membukakan pintu, sekali pun itu ibunya. Namun, ia berubah pikiran ketika sang ibu menawarkan makanan. Sekacau apa pun keadaannya, Nirmala selalu kalah dengan urusan perut.

Bukan karena serakah, tapi sadar jika perutnya keroncongan, otaknya menjadi kosong, emosinya semakin tak terkontrol. Dan yang pasti, ia tidak mau pengalaman lambung yang kosong membuat dia tak sadarkan diri saking lemahnya.

Begitu pintu terbuka, senyum kelegaan terpancar dari wajah Bu Harsono. Ia paham betul bahwa sifat dan karakter putri semata wayangnya itu mirip sekali dengan suaminya yang tahan lama bermarah-marahan dan keras kepala.

Jika dengan sang bapak, Nirmala selalu jaga image dan gengsi, tapi sebaliknya, ia tidak pernah jaim jika berhadapan dengan sang ibu. Begitu melihat nampan berisi makanan yang menggiurkan, ia langsung memakannya dengan lahap.

Melihat pemandangan itu, Bu Harsono geleng-geleng kepala sembari membatin,” Persis bapaknya. Tidak bisa kelaparan. Pantas saja tidak pernah akur.”

“Enak, ‘kan?” tanya Bu Harsono memecah kesunyian.

Nirmala membalas dengan anggukan saja. Diperhatikannya putri bungsunya itu baik-baik. Ada rasa iba di sana. Namun, ada misi yang harus ia sampaikan saat itu juga. Misi itu tiada lain datangnya kecuali dari sang penguasa rumah tangga ini, yakni Pak Harsono.

Maka, meski batinnya menolak untuk mengusik kenikmatan sang putri bersantap, pada akhirnya wanita ayu khas suku Jawa itu melanjutkan pertanyaannya, “Kenapa kamu menolak keras dijodohkan dengan Nak Lucky putra Pak Jaksa itu, Nduk?”

Nirmala yang tengah menikmati masakan itu mendadak seperti menelan duri ikan asin di kerongkongannya. Soto yang masih dua atau tiga suapan itu ia kembalikan ke nampan.

“Pertanyaan Ibu bikin selera makanku ilang. Jangan seperti Bapak kenapa, sih, Bu?” Protes Nirmala jengkel.

“Ya, Ibu penasaran aja. Sepertinya Nak Lucky itu orangnya baik, pengertian, tanggung jawab dan ganteng lagi. Kalau urusan nafkah, kan, sudah pasti, wong Pak Jaksa orang paling kaya di kompleknya,” beber Bu Harsono panjang lebar.

“Semua itu tidak menjamin, Bu. Bisa nggak kalau ganti topik?” Nirmala kelihatan sangat tidak menyukai topik perjodohan itu.

“Atau kalau Ibu ke sini cuma disuruh Bapak mbujuk aku, lebih baik ke luar aja, lah. Jangan sampai aku juga kesal sama Ibu.”

“Ya, kan, Ibu nanya karna penasaran to, Nduk.” Bu Harsono masih ingin memancing, tapi tak disangka, Nirmala langsung menyorotkan mata elang ke arahnya.

“Ibu penasaran? Pingin tau jawabannya?”

Bu Harsono mengangguk sambil nyengir, merasa sedikit berdosa telah membuat putrinya tampak sangat kesal.

“Karena aku tidak mau bernasib sama mengenaskannya seperti Ibu. Bukankah Ibu menikah dengan Bapak karena dijodohkan? Coba tanya sama diri Ibu sendiri. Apakah selama ini Ibu bahagia hidup sama Bapak? Yang ada Ibu sebenarnya menderita, ‘kan, karena selalu jadi objek kekerasan Bapak pas kalah judi, mabok atau menjadi pelampiasan kekesalannya?”

“Hush! Jangan diteruskan!” Bu Harsono hampir kehilangan kesabarannya mendengar cerocosan putri satu-satunya itu.

“Ya, udah Ibu aja yang keluar. Wong Ibu yang mulai dan mancing duluan, kok.” Nirmala tak kalah sewot.

Ia sebenarnya tak sampai hati melukai hati sang Ibu. Namun, ia terpaksa melakukannya karena tak pernah terpikirkan jika Bapaknya akan kelewatan mencarikannya jodoh, alih-alih merestui hubungan asmaranya dengan orang yang telah berada di sisinya lima tahun belakangan ini.

Bu Harsono yang tidak mau hubungannya dengan sang putri bertambah buruk pun bangkit. Namun, sebelum benar-benar melangkah ke luar, ia menatap putrinya sekali lagi dan berucap,”Paling tidak, kau pengenalan dulu dengan Nak Lucky, baru memutuskan. Tidak semua pernikahan dari perjodohan itu tidak bahagia.”

Setelah memastikan ibunya ke luar, Nirmala cepat-cepat mengunci pintu. Pikirannya kalut. Ia kira, drama kehidupannya cukup hubungan toxic keluarganya saja, tapi ternyata masa depan asmaranya pun terancam tidak baik-baik saja.

Wanita yang sebentar lagi menginjak kepala tiga itu bukannya tidak mau merenungkan apa yang terakhir kali diucap sang ibu, tapi batinnya tidak bisa berpaling dari kisah asmaranya dengan sang pacar.

Bukan tentang urusan membuka hati ataupun peluang, tapi memperjuangkan orang yang selama ini setia di samping dirinya—apa pun keadaannya—adalah salah satu bentuk kebijakan yang patut diperjuangkan.

Menerima pria lain yang asing bagi dirinya dan harus meninggalkan pria yang selama ini mau berjuang bersama, bukankah itu suatu pengkhianatan? Ia bukan wanita gila harta. Begitu batinnya berontak.

Sekali lagi ia pencet tombol untuk menghubungi kekasihnya sekaligus ingin mengabarkan berita buruk ini. Namun, sial. Panggilannya terabaikan.

Nirmala mondar mandir di kamar dengan pikiran yang kacau. Ia berusaha mencari jalan keluar. Dipandanginya layar Blackberry—kado anniversary jadian ketiga tahun dari Anggara—sambil otaknya memacu keras. Adzan maghrib berkumandan. Suara dari luar kamar terdengar lebih ramai dari biasanya. Lantas ia lekatkan kuping kanannya di pintu.

“Suara Bude Rita, Bulek Ningsih, Lala dan ...” Nirmala melongo tak melanjutkan gumamannya. Saking banyaknya suara keluarganya itu sampai otaknya panas dan protes.

Keluarga besar sudah berkumpul. Itu artinya tamu yang datang dengan agenda perjodohan benar-benar nyata. Setelah sadar dan menemukan ide, dengan cepat Nirmala meraih tas kerja, beberapa pakaian dan tanpa pikir panjang langsung meloncat lewat jendela. Untung kamarnya memiliki jendela spek maling yang lebar tanpa tralis. Jadi ia bisa dengan mudah kabur kapan saja.

"Kamu ke mana aja? Ngapain aja? Sampai telfonku nggak diangkat. Pokoknya, jemput aku sekarang di gang sebelah kanan dekat rumah. Aku nunggu di balik pohon mangga, seperti biasa."

Nirmala mengirim pesan panjang lebar setelah saluran telfon menuju Anggara tidak pernah ada respon.

(Nggak pakai lama. Cepet!) Belum ada lima menit, Nirmala sudah mengirim chat lagi.

“Hiiiih ke mana aja sih, ni orang? Di saat genting begini responnya slow banget. Awas aja kalau aku telfon sekali lagi dan nggak diangkat. Tak cubit-cubit kamu!”

Sebelum Nirmala merampungkan pencetan tombol panggilan, ponselnya sudah berdering. Tertampang foto sang kekasih di layar.

“Ke mana aja, sih, dari tadi aku telfon, aku messanger nggak digubris. Penting banget ini. Jemput sekarang?” Nirmala langsung nyerocos. Suaranya yang cempreng sempat membuat Anggara kaget dan menjauhkan ponsel dari telinga kanannya.

“Maaf, sayang. Tadi sore toko rame banget. Jadi, nggak sempet pegang hape. Ada apa, sih?” tanya Anggara kalem.

“Kamu nggak baca massanger-ku?”

“Ya, baca. Makanya ini aku telfon. Ada apa?”

“Jemput aku sekarang. Lokasinya baca di massanger.”

“Kamu kabur lagi?”

“Astaghfirullahaladzim. Pokoknya aku jemput sekarang. Baca pesanku, ada alamat di situ.”

“Ya, mana bisa aku telfon sama baca messanger. Bilang aja di sini, nggak papa. Mumpung toko lagi sepi dan Ibuku lagi salat.”

Nirmala benar-benar hampir gila menghadapi Anggara kali ini. Ia sudah mengirimi massanger berkali-kali mengabarkan situasi terkini yang sedang genting, sementara dia masih anteng dan belum respon tanggap cepat.

“Pokoknya cari sampai ketemu. Aku nggak mau tau. Cepat!” Tiba-tiba suara keras penuh emosi bapaknya terdengar begitu dekat. Secepat kilat Nirmala mematikan ponsel dan bersembunyi. Untunglah pohon mangga yang sedari tadi menjadi tempat berpijak cukup besar.

Namun, sayang, karena rembulan yang terang itu membuat bayangan dirinya bisa dengan mudah terlihat. Sementara itu, suara-suara langkah dan obrolan dua atau tiga orang semakin terdengar. Ia harus mencari tempat persembunyian yang lebih aman lagi. Karena kalau tidak, sudah pasti bapak akan mencincang dirinya. Tapi di mana?

Related chapters

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Masih Digantung

    Fitonia kaget bukan main saat membuka pintu dan mendapati tamunya berpenampilan belepotan. Baunya pun menusuk hidung, sehingga dengan cepat ia menutup kedua lubang hidung. Nirmala yang sudah menduga akan tanggapan sahabatnya itu langsung menyelonong masuk menuju kamar mandi. “Nggak usah tanya dan komen dulu. Nanti aku ceritain. Mau ke kamar mandi. Oke?” ucap Nirmala sambil tangan kirinya memberi isyarat untuk tidak mengeluarkan pertanyaan. Fitonia yang sudah hapal dengan tabiat sahabat yang ia kenal sejak SMA itu hanya bisa menahan tawa. Entah kekonyolan apa lagi yang dialami wanita unik itu. Meskipun sangat penasaran, dirinya menurut saja untuk diam dalam kepenasaran yang tinggi, dan memilih pergi ke dapur untuk membuatkan minuman hangat. “Nia, aku pinjem handuk, dong! Badanku semua bau ini. Jadi mandi, deh,” ucap Nirmala dari dalam kamar mandi. “Ya. Handuk kamu juga masih ada di sini. Wait!” Lagi-lagi Fitonia menurut apa kata sahabatnya itu. Tak lama kemudian, ia sudah menget

    Last Updated : 2024-05-07
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Janji Ketiga yang Kau Ingkari

    “Apa? Kamu belum bilang sama ibumu?” Nirmala meradang mendengar pengakuan Anggara—kekasihnya—lewat telepon seluler. Gadis yang sebulan lalu genap berusia 27 tahun itu rela minggat dari rumah demi kekasihnya, tapi apa yang ia dapat? Janji bahwa sang pacar akan membawa Ibu beserta beberapa anggota keluarga untuk melamar, nyatanya hanya janji kosong belaka. “Kamu sudah janji, Bee!” Tangisnya seketika pecah. Kecewa tiada bisa lagi disembunyikan. Hampir saja tubuhnya ambruk, jika saja Fitonia tidak dengan sigap menenangkan sahabatnya itu. “Dosa besar apa yang telah aku perbuat, hingga cintaku harus tertambat pada pria pembohong dan pengecut seperti kamu? Huhuhu.” Gadis berbadan tidak lebih dari 155 sentimeter itu tidak bisa membendung air matanya lagi. Sementara itu, pria yang diajak bicara di seberang sana tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Hal tersebut membuat Nirmala sangat putus asa. “Kamu sudah ingkar janji berkali-kali, Bee! Huhuhu. Tiga kali kamu mengingkarinya. Tegan

    Last Updated : 2024-05-07
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Ada Apa Dengan Sahabatku?

    Ketika sampai di rumah, Fitonia mendapati Nirmala sudah tertidur pulas di lantai bawah jendela, tanpa alas. Di sekeliling wanita yang tampak kelelahan itu begitu berantakan. Beberapa throw pillows yang awalnya tertata rapi di sofa bed, kini berserakan di lantai. Pun dengan throw blanket sudah berada di salah satu stool dengan kondisi sangat kusut. Fitonia hafal betul tabiat sahabatnya itu. Jika sedang marah atau depresi, tidak hanya gampang menangis, tangisannya pun bisa berjam-berjam. Ia juga termasuk orang yang baperan dan sangat menghayati hidup, baik bahagia atau pun sedih. Yang paling membuatnya sering jantungan adalah tindakan sang sahabat yang ekstrem. Nirmala tidak segan untuk melompat setinggi mungkin untuk mengekspresikan kesedihan, membenturkan benda ke lantai atau tembok, bahkan melukai anggota tubuh. Dirinya ingat betul bahwa terhitung sudah dua kali pergelangan tangan sahabatnya itu tergores karena drama keluarga. Sebenarnya, Fitonia ingin langsung beranjak istirahat

    Last Updated : 2024-05-07
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   SPEECHLESS

    “Astaghfirullah, Mala! Apa yang kamu lakukan?” Fitonina langsung menarik tubuh Nirmala yang tengah beradu dengan tembok. Keningnya tampak sudah ada bagian yang menonjol dan berwarna biru lebam. “Lepaskan aku, Nia! Aku lebih baik mati jika tidak menikah sekarang dengan Anggara!” Masih dengan tenaga yang tersisa, Nirmala berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan sahabatnya. Seperti kerasukan setan, wanita mungil itu mengambil pisau ke dapur dan hendak mengiris salah satu pergelangan tangan. Fitonia yang kelelahan dan mengantuk harus berjuang mati-matian melawan hawa amarah sang sahabat. Untung saja badannya lebih besar sehingga mampu menguasai badan si lawan yang lebih ramping. “Sssttt! Sssttt! Tenang, Sayang. Tenang!” Seperti seorang Ibu yang baik, Fitonina mengusap-usap kepala Nirmala. Awalnya, wanita yang tampak putus asa itu masih ingin berontak dengan mengibas-ibaskan badan ke segala arah, tapi akhirnya gadis mungil itu tak berdaya kehabisan tenaga. Raungan suara yang t

    Last Updated : 2024-05-23
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   RESPON DI LUAR NALAR

    “Itu pacar kamu kenapa ke sini, sih, Ga?” tanya Bu Diana pada putranya dengan suara setengah berbisik. Setelah berjabat tangan dan mempersilahkan tamunya duduk di ruang tamu, wanita berkaca mata itu langsung masuk ke ruang belakang. Tangannya menarik lengan sang putra—yang awalnya hendak menemani sang pacar di ruang tamu. “Ya memang, kenapa, Bu? Ya, silaturohmi, mungkin.” Dengan dipenuhi rasa takut dan was-was, Anggara menjawab. Beberapa detik melihat roman wajah sang ibu yang tampak kurang senang, ia pun melanjutkan perkataannya.”Atau mungkin ada yang ingin dia sampaikan, Bu. Penting. Hehehe.” Anggara nyengir. Padahal dalam hati, pria berkumis tipis itu tidak bisa mengontrol rasa dag-dig-dug yang menjajah jiwanya. “Penting apa, sih? Alasan! Mau ketemu kamu aja kali. Cewek kok, main ke tempat cowok begini. Tandanya cewek genit,” ucap Bu Diana sembari berjalan ke arah ruang tamu. Di sana sudah ada Nirmala yang deg-degan menunggu moment dirinya memberanikan diri meminta restu pada

    Last Updated : 2024-05-23
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   KEPULANGAN

    “Aku sungguh kecewa sama kamu, Gara! Pokoknya, pilih aku atau ibumu. Titik!”Dalam perjalanan pulang dari rumah Bu Diana, Nirmala masih kuasa untuk menuliskan kalimat putus asanya di layar ponsel dan mengirimnya pada sang kekasih. Tangisnya yang tadi sempat berhenti, mendadak berderai kembali. Sapaan nama sayang ‘Bee’ kini tidak lagi digunakan, diganti dengan nama panggilan biasa karena saking kecewanya.Nirmala sungguh tidak mempedulikan banyak pasang mata yang menatap penuh pertanyaan dan nyinyiran. Fokus dan harapannya hanya satu, yaitu segera tiba di rumah Fitonia. Ia perlu untuk curhat dan meluapkan segala rasa kecewa hari ini. Jika tidak, jiwanya yang hancur berkeping-keping meminta tumbal mahal, sebagaimana dulu pernah ia lakukan—melukai diri sendiri.###Anggara masih terpaku menatap layar ponsel. Sebuah pesan dari kekasih membuat dirinya sangat terbebani. Tiba-tiba saja lamunannya buyar oleh tepukan tangan di punggung kanan.“Heh, malah nglamun. Itu ibumu perlu dirujuk ke ruma

    Last Updated : 2024-05-23
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Di Ujung Tanduk

    Nirmala tertunduk lesu di pojok kamar. Beberapa jam setelah dirinya dikunci sang bapak, wanita yang berada dalam fase dewasa awal itu seperti orang linglung dan putus asa. Digenggamnya ponsel erat-erat sepanjang waktu. Tatapannya kosong. Sesekali dipandanginya benda di tangannya itu penuh harapan, lalu beralih ke arah jendela kamar yang berada di atasnya. Hidupnya benar-benar layaknya telah berada dalam tahanan. Dirinya tidak menyangka jika di tahun 2015 ini masih ada orang yang memenjarakan anaknya sendiri demi sebuah perjodohan. “Kukira Siti Nurbaya itu cuma ada di dongeng aja.” Kalimat yang terdiri dari delapan kata itu meluncur ringan dari hati terdalam. Bibirnya tersenyum getir. “Arghh!!!” Nirmala mengerang putus asa. Jikalau tidak ingat Blackberry yang ia genggam itu adalah hasil jerih payah kekasihnya, tentu sudah dibanting berkali-kali. “Kamu benar-benar membuatku gila, Gara!!! Bahkan, setelah kukirimi pesan itu pun, kamu tidak segera menghubungiku. Oh, kamu malah meno

    Last Updated : 2024-05-30
  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Fakta Mengejutkan

    “Apa?” pekik Nirmala setelah mendengar cerita dari seseorang di saluran telepon.Karena saking kagetnya, lengkingan suara Nirmala hampir saja terdengar hingga ruang tamu. Namun, saat itu suara ramah tamah antara keluarga Pak Harsono dan sang tamu yang begitu riuh, berhasil mengaburkan suara yang berasal dari kamar si gadis.“Ya, kamu tidak salah dengar. Bapak berhutang banyak pada keluarga Pak Jaksa. Rasanya tidak mungkin kita bisa menebusnya. Paling tidak dalam waktu dekat ini. Itulah mengapa, suka atau tidak, mau atau tidak, kamu jadi tumbalnya.”Suara di seberang telepon sana benar-benar sempurna membuat drama kehidupan Nirmala sangat mengenaskan. Seseorang yang seharusnya bisa menyelamatkan hidupnya, justru menghilang beberapa tahun lalu dan tiba-tiba datang membawa berita sangat buruk yang sangat mencengangkan.Butuh waktu beberapa detik untuk dirinya bisa berfikir dan menerima kabar mengagetkan tersebut. Air mata tidak lagi bisa keluar, padahal batinnya terus saja menjerit kesaki

    Last Updated : 2024-05-30

Latest chapter

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Yang Meninggalkan dan Ditinggalkan

    “Kamu yakin, Sayang?” tanya Bu Vera pada putrinya yang beberapa langkah lagi menuju pintu mobil.Dengan mantap mantap, wanita yang masih terlihat pucat itu mengangguk seraya menjawab, “ya, Ma.”Merasa terharu, dipeluknya sang putri dengan penuh kasih.“Aku selalu mendoakan kebahagiaan kamu. Mama akan usahakan pengobatan dan terapi terbaik nanti di sana,” ucap Bu Vera tidak bisa menyembunyikan rasa haru. Wanita yang belakangan merasa begitu dekat dengan putri yang pernah ditinggalkannya itu berkali-kali mengusap usap pundak penuh kasih.Tidak hanya kedua wanita itu yang merasa berat untuk berpisah dengan kampung halaman, rumah kenangan, tapi juga Mbak Duwik. Wanita yang selama Bu Vera di sini selalu siap sedia diperintah itu ikut menangis penuh haru.Seperti mengerti perasaan wanita cekatan itu, Fitonia mendekat, memeluk dan berkata, “ terima kasih ya, Mbak Duwik, selalu ada buat kami.”Wanita yang tadinya mewek dengan suara pelan, kali ini justru sesenggukannya terdengar semakin keras

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Rembug Tua

    Nirmala, Pak Harsono, istri dan kakak perempuannya serempak saling pandang menatap dua orang lelaki yang berdiri di depan pintu rumah. Satu terlihat begitu bugar, gagah dan percaya diri, sementara satunya memancarkan sorot kesedihan mendalam, lemah dan pesimis. Beberapa kali, pria gagah menepuk-nepuk punggung pria tak berdaya di samping sambil mengangguk, seolah tengah menyalurkan kekuatan.“Assalamu’alaikum, Pak Harsono dan keluarga, bolehkah kami masuk?” Karena saking terpananya dengan apa yang dilihat, sekeluarga hanya bisa melongo dan sampai lupa mempersilahkan tamu segera masuk.“Oh, ya, Wa’alaikumsalam. Silahkan masuk,” ujar Bu Harsono seketika sadar.Istri Pak Harsono itulah yang paling awal melihat kedatangan dua pria beda usia tersebut menuju rumah, lalu lari ke kebun samping dan memberi tahukan bahwa ada tamu. Ia sangat penasaran dengan pria yang tengah menuntun calon menantu idamannya, sekaligus kaget dengan keadaan Anggara yang seperti sedang sakit.“Maaf jika kedatangan ka

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Tamu Mengejutkan

    “Benarkah itu Johan?” Bu Diana hampir tidak percaya dengan apa yang dilihat. Sosok yang sebentar lagi pasti mengetuk pintu itu memang bisa dibilang jauh berbeda dengan suaminya dulu, tapi sebagai istri, ia masih tidak lupa dengan cara berjalannya yang gagah dan khas. Terlebih, saat tamu tak diundangnya mengetuk pintu tapi merasa tidak direspon dan wajahnya berusaha mengintai lewat kaca, Bu Diana kini yakin seratus persen bahwa orang tersebut adalah suami yang pernah diusirnya berkali-kali. Hal itu terlihat dari bekas luka sabetan benda tajam di wajah.“Ada apa si Johan kembali lagi ke sini? Bukankah sudah kusuruh tidak lagi menginjakkan kaki di rumah ini lagi? Berani sekali dia!” Bu Diana yang cukup pangling dengan penampilan sang tamu itu berkali-kali mengucek mata untuk memastikan.“Assalamu’alaikum...Assalamu’alaikum,” salam Pak Johan setelah ketukan pintunya yang berkali-kali tidak digubris.Nada suaranya yang kini terdengar adem dan lembut itu mengundang simpati Bu Diana. Wanita

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Peran Pak Johan

    Melihat sosok yang selama ini dirindukannya, Anggara merasa begitu lega. Kali ini, tidak lagi ada kecanggungan. Ia telah menemukan kembali kenyamanan berada di dekat seorang ayah seperti dulu waktu kecil sering bermain dan bercanda.Pak Johan langsung mempersilakan sang putra masuk ke kamar penginapan yang hanya dia sendiri di sana. Entah kebetulan atau memang sudah takdir, biasanya ia akan berada di sebelah tuannya kapan pun. Jika sedang tour kota semacam ini, kalau tidak tidur di pondok pesantren persahabatan, ya menginap di penginapan lengkap dengan tim.Namun, kali ini sungguh berbeda. Gus Hamdan, pendakwah muda yang tengah naik daun itu tengah membersamai istri tercinta pasca melahirkan di klinik dan kini telah dibawa ke rumah sakit khusus ibu dan anak demi mendapatkan fasilitas terdepan.“Bapak istirahatlah. Aku sudah pesankan kamar di penginapan dekat rumah sakit ini. Beristirahatlah setenang mungkin. Jangan pikirkan aku atau Ning. Tenang saja, ada Bik Fatimah dan beberapa sant

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Kembalinya Sang Ayah

    “Kabari Ayah kapan pun kamu mau. 082****.”Anggara memandang secarik kertas yang sepertinya ditulis dengan buru-buru itu penuh haru. Ia memang masih menyimpan kenangan indah bersama sang ayah sewaktu kecil dulu, sebelum pada akhirnya kepala rumah tangga itu diusir pemilik sah rumah itu. Dalam hati, ia memang berniat untuk kembali bertemu, bahkan ada secercah harapan untuk bisa hidup bersama lagi seperti dulu.Malam telah cukup larut. Jalanan sudah mulai sepi. Terlebih, klinik bersalin itu berada di pinggir kota. Di jam segini, mana mungkin ada kendaraan umum, kecuali ojek. Setelah berjalan dan bertanya beberapa orang, akhirnya ia menemukan tukang ojek yang langsung dimintanya untuk membawa pulang.Kali ini, ia sebisa mungkin menghentikan sementara pikiran tentang Pak Johan, Nirmala dan Fitonia. Sebagai seorang anak laki-laki satu-satunya yang dimiliki sang ibu, Anggara berpikir keras mencari kata yang hendak diucapkan saat bertemu dengan wanita single parent itu.Ia ingat betul bagaim

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Ayah dan Buah Hatinya

    “Ma, istirahatlah. Aku baik-baik saja. Hanya, aku butuh obat tidur, terlelap, lalu bangun dalam keadaan siap menghadapi takdir yang ada. Maaf, telah membuat Mama, Papa dan keluarga kecewa, malu dan sedih. Setelah ini, aku berjanji tidak akan mengulanginya,” tulis Fitonia di pesan singkat, lalu mengiriminya pada sang mama, yang langsung lemas setelah membaca.Pak Rudi yang ikut membaca karena penasaran dengan penyebab sang istri langsung menjatuhkan diri ke dadanya itu juga tidak tahan untuk tidak bersedih. Terlebih, lelaki sukses itu merasa menyesal, mengapa baru kali ini datang ke mari, kenapa tidak kemarin-kemarin saat istrinya meminta.Ia sama sekali tidak menyangka jika putri sulungnya itu justru akan bertambah parah ketika berada di sini. Dikiranya, kesehatannya membaik karena waktu hendak pulang ke kampung halaman, dia melihat harapan dari senyum semangat sang putri. Ditepuk-tepuknya pundak sang istri seraya berucap,”dia gadis cerdas, pasti bisa bangkit segera. Papa yakin itu, M

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Perenungan yang Dalam

    “Bapak...” panggil Nirmala pada lelaki brewokan di teras rumah. Beberapa bulan tidak melihat, wajah Pak Harsono yang dulu hampir selalu rapi, kini tampak tidak terurus. Rambut-rambut dibiarkan tumbuh liar di wajah menambah kesan garang.“Kalian dari mana aja jam segini baru pulang?” cecar Pak Harsono sembari menatap tajam ke arah pasangan muda mudi yang terlihat tegang itu.Anggara menatap kekasihnya seolah memberi isyarat apakah dirinya harus jujur atau tidak. Seperti mengerti makna sorotan mata itu, Nirmala menggeleng pelan.“Maaf, Pak. Tadi, abis kontrol. Antriannya panjang, jadi sampai telat pulangnya. Bapak kapan pulang?” tanya Nirmala lirih penuh kehati-hatian.Bersamaan dengan jawaban putrinya, Bu Harsono yang mendengar suara sang suami yang cukup lantang tadi segera ke luar.Ditatapnya muda-mudi itu dengan sorot kecemasan. Sebagai seorang Ibu, Bu Harsono memiliki ikatan batin kuat kepada sang putri yang dari tatapannya seperti tengah meminta bantuan.“Oh, kalian sudah pulang,

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Runyam

    “Kamu dari mana aja, Gara? Tante nyariin kamu kemana-mana, kirain ke toilet atau ke luar beli sesuatu.”Begitu sampai di depan ruangan tempat Nirmala diperiksa tadi, terlihat Tante Ayu tengah gelisah. Wanita yang tampak kelelahan dan kebingungan itu langsung lari menyusul saat melihat Anggara muncul.“Nggak dari mana-mana, Tante,” jawab Anggara singkat. Pikirannya masih tersangkut pada sosok yang baru saja ditemuinya.“Kamu lho, seperti linglung begitu. Ada apa? Oh, ya, Nirmala sudah siuman. Tadi Tante udah masuk sebentar. Ini mau jemput ommu di rumah Fitonia. Duh, suasana katanya kacau balau. Kamu di sini tunggu Nirmala, ya. Jaga kesehatan dan mental dia. Tante jemput om dulu,” pamit Tante Ayu terlihat tergesa-gesa.Anggara hanya mengangguk. Langkahnya lesu masuk ke ruangan yang sedari tadi ditunggui tantenya itu. Batinnya senang mendengar sang kekasih sudah siuman, tapi tetap saja masih terasa ada yang mengganjal.Melihat Nirmala menatapnya, ia berusaha tersenyum ceria. Diingatnya b

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Kejutan di Klinik Bersalin

    Melihat ekspresi putranya yang begitu terkejut dan panik, Bu Diana mendelik. Dicubitnya sang putra sebagai bentuk protes sekaligus permintaan untuk tetap duduk melanjutkan prosesi acara lamaran. Seperti tidak mau kehilangan kesempatan, wanita yang tidak menyangka akan ada kejadian tak terduga tersebut pun langsung meminta panitia untuk tetap melanjutkan acara.Ia mengajak calon besan untuk saling mengaitkan cincin di masing-masing calon pengantin. Namun, Anggara yang hatinya terkoyak melihat kekasih hati jatuh pingsan, tidak kuasa untuk bertahan. Ia bangkit tanpa memperdulikan pekikan dan larangan sang ibu. Dipapahnya wanita muda yang tidak sadarkan diri itu ke luar tempat acara.Tante Ayu yang menyaksikan adegan memilukan itu pun tergugah hatinya, lalu bangkit dan meminta kunci pada sang suami. Wanita yang sudah menganggap Nirmala sebagai anak sendiri itu pun menyuruh sang keponakan untuk memasukkan Nirmala ke mobilnya.“Tante yang nyupir,” ujarnya sigap membukakan pintu. Ia benar-be

DMCA.com Protection Status