“Mbak Santi ... Tolong batalkan pemotretan hari ini,” pinta Bintang pada Manajernya, seraya meraih kunci mobil dan meraih topinya.“Bintang..., kamu nggak bisa pergi seperti itu membatalkan pemotretan sepihak. Pokoknya nanti sore kamu harus melakukan pemotretan. Memang kamu mau kemana sih? Ingat dua hari lagi kamu harus shooting, tolong jangan buat semua jadwal terbengkalai,” cicit Santi mengikuti langkah Bintang menuju mobil sport yang bertengger di parkir.“Mbak..., kali ini mohon bantu aku untuk buat alasan sama mas Ari untuk undur waktu pemotretan. Aku harus menemui cintaku, Mbak...,” pinta Bintang dengan mencakupkan tangannya.“Cintamu? Maksudnya kamu mau bertemu Anjani? Ya ampun, Bintang..., aneh-aneh aja. Bukannya dua hari lagi juga kalian akan shooting bersama?” tanya Santi mengernyitkan dahinya.“Bukan Anjani, Mbak ... Ya udah aku jalan dulu, Mbak,” pamit Bintang masuk ke dalam mobil sembari menyalakan klakson mobilnya dan tampak Santi memandang kepergian Bintang dengan dahi
Dewi membiarkan Jessica dan Candra berbicara atas hal yang seharusnya mereka pecahkan bersama, tanpa keegoisan karena di antara mereka ada makhluk mungil yang kini ada di dalam rahim Jessica.Dewi keluar rumah untuk memberitahu Rey, sekuriti yang kini bertugas di pos jaga untuk bisa menerima beberapa wartawan cetak dan televisi ke rumah tersebut dalam rangka mengklarifikasi hal yang serba mendadak, usai Jessica menghubungi Candra, saat Anjani artis yang rencananya akan dinikahi oleh Candra menyerang Jessica dengan membawa wartawan.Melihat semua telah terlanjur di publish kepada wartawan yang pastikan akan jadi bahan berita diluar dengan menganggap Jessica sebagai pelakor dari hubungan dua artis tersebut, maka Jessica atas kekuatan yang dimiliki dari suara hati janin yang dikandungnya, tanpa diduga menghubungi Candra. Padahal, Jessica sendiri tidak ada sedikit pun niatan untuk meminta ranggung jawab dari Candra. Karena, kesepakatan papinya dan keluarga Endrawan telah dibicarakan bersa
Candra mengajak Jessica duduk pada bangku yang sudah disiapkan. Lalu, Dewi yang telah diberitahu oleh Candra sebelumnya perihal konferensi pres tersebut, ikut duduk mendampingi Jessica dengan duduk di sisi sahabatnya.“Selamat datang teman-teman wartawan dan terima kasih atas atensi pada kesempatan konferensi pres yang akan dilakukan oleh saya, Bintang dan Anjani,” ujar Bintang melirik ke arah kanannya. Dimana, Anjani telah duduk dengan tenang.Dalam hati Anjani bergumam, ‘Kita akan lihat, apa Mbak Santi selaku manajer kamu, mau tetap menerima wanita jalangmu itu jadi pendamping kamu. Santi tidak akan mendukung kamu, Bintang!’Anjani mengangkat tangannya dan melanjutkan kata-kata Bintang saat pemuda tampan itu membuka kata dengan menyambut kedatangan wartawan.“Maaf! Aku menyela pembicaraan ini. Sebelum Bintang akan mengenalkan calon istrinya yang tiba-tiba muncul di permukaan saat film kedua kami akan rampung satu bulan lagi, maka aku juga minta sama rekan-rekan wartawan untuk menung
Dewi yang masih berada diluar bersama Santi dan Anjani pun memberikan konfirmasi yang saling menyalahkan. Sampai akhirnya terjadi perang mulut antara Anjani dan Dewi.“Silakan kamu keluar dari rumah ini! Sudah jelas Bintang lebih memilih sahabatku, kok kamu masih ngeyel..., udah sana keluar!” hardik Dewi kala mendengar kata-kata hinaan yang ditujukan oleh Anjani pada Jessica yang telah masuk ke dalam rumahnya.Santi yang teringat atas kesombongan Luna saat dua bulan lalu, jelas masih menyisakan emosi yang dipendamnya. Bahkan, dengan tanpa sengaja Santi yang tak tahu menahu tentang rekan bisnis Jessica pun, berkata di hadapan para awak media, “Saya yakin, kalau bayi yang dikandung Jessica, CEO PT Gemilang ekspor impor ini bukan anak Bintang! Saya yakin itu!” “Bagaimana Mbak Santi bisa tau? Bisa di konfirmasi kepada kami, siapa yang harusnya bertanggung jawab atas kehamilan CEO cantik nan seksi itu?” tanya seorang wartawan.Di halaman rumah mewah tersebut, Santi dan Anjani yang sama se
Mobil mewah yang dikendarai oleh Samsuri pun, mampu menghindari kejaran paparazi yang mengikutinya. Dengan kecepatan maksimal, Samsuri yang tetap fokus pada jalan tol yang dilaluinya, langsung tancap gas melampaui kecepatan maksimal. Hal itu dilakukan oleh Samsuri usai Jessica meminta pada sopir pribadinya untuk mampu menghindari dua mobil paparazi yang membuntuti mereka dari rumah mewah Jessica hingga sampai di tol Cikampek.“Ngebut Pak Sam! Aku nggak mau mereka ikut sampai Vila!” perintah Jessica saat memandang ke arah belakang mobil dan melihat ada dua mobil yang mengikuti sejak keluar dari rumahnya.“Baik Non ... Tolong semuanya pakai sabuk pengaman,” pinta Samsuri usai mendengar perintah Jessica.Tak menunggu waktu lama, mobil yang dikendarai oleh Samsuri pun, melesat bagai peluru dengan tancap gas dan melebihi kecepatan yang dianjurkan. Candra dan Dewi tampak komat-kamit dan berpegangan pada bagian bawah bangku dan tampak mengingatkan Samsuri yang sangat fokus saat mendahului be
Monica dan Wijaya Atmaja yang mendengar kedatangan dari Dewi, sahabat Jessica dan Bintang, seorang artis yang telah menghamili putrinya dan membuat kekacauan terjadi saat mereka menerima pinangan keluarga Endrawan.“Untuk apa lelaki itu ke sini!” Teriak Wijaya marah dan beranjak dari kursi yang didudukinya.“Papi ... Jangan seperti itu. Walau gimana pun, kita harus terima tamu di rumah kita,” nasihat Monica pada suaminya yang tampak berang atas kedatangan Candra ke rumah itu.Monica terlihat memegang tangan suaminya sesaat lelaki itu berdiri dan berteriak lantang. Jessica sendiri terlihat menutup wajah dengan kedua telapak tangannya dan terlihat sangat terkejut atas teriakan Wijaya yang selama dalam hidupnya sama sekali tidak pernah murka pada orang lain sedemikian kerasnya.Monica berbisik pada Wijaya ketika melihat bahu putrinya berguncang dengan menutup wajahnya. “Papi, kasihan Jessi dan anak yang dikandungnya, Pii ... Ingat, putri kita sedang hamil. Jangan buat putri kita stres.”
Usai menikmati hidangan di rumah Jessica, Wijaya secara tak langsung mengajak Candra ke kebun teh dengan berpamitan pada Monica seraya memandang tajam ke arah Candra yang melihat ke arahnya.“Mii, Papi sekarang mau ke kebun teh dulu,” ucapnya menatap ke arah Candra, tajam.“Iya Pii..., ingat nggak usah lama-lama. Takut tiba-tiba hujan. Papi juga kan, baru sehat,” tutur Monica.“Iya Pii..., jangan kelamaan diluar. Hawanya dingin,” imbuh Jessica tersenyum ke arah Wijaya tanpa ada rasa curiga sedikit.“Nyonya..., pak Amir udah siap mobilnya,” lapor seorang pembantu masuk ke ruang makan memberitahukan apa yang diperintahkan Wijaya sebelumnya.Kemudian, tanpa dikomandoi Candra yang melihat Wijaya bangun dari tempat duduknya ikut beranjak dari tempat duduknya dan terlihat menatap Jessica yang melihat pula ke arahnya. Namun, saat pandangan mata mereka beradu, Jessica langsung mengalihkan pandangannya pada hal lainnya.“Saya jalan dulu, Tante dan semuanya,” pamit Candra tersenyum pada Monica
“Papi ini kelewatan sekali! Mama pikir, Candra akan diajak lihat kebun teh kita, malah seperti ini..., coba kalau dia menuntut ke Papi gimana?!” ujar Monica memegang tangan suaminya dengan suara kuatir.“Suruh dia lapor polisi! Aku sudah terlanjur malu dengan kelakuannya! Aku nggak rela putriku dinikahi lelaki bejat model ini!” Tunjuk Wijaya Atmaja dengan mata membara.“Papi..., tolong ikhlas. Semua keputusan ada pada Jessica. Kita nggak bisa memaksa hal yang buat putri kita stres. Tolong Papa bersabar. Kasihan Jessi ... Pii.”“Bangun kamu pecundang!” teriak Wijaya Atmaja pada Candra yang masih bersimpuh di kakinya.Candra yang telah mengikhlaskan dirinya untuk mendapat hinaan dan pukulan dari Wijaya Atmaja yang mengasihi putrinya tetap bersimpuh dan terus memohon maaf pada Wijaya.“Maafkan saya, Om... saya tetap akan bersimpuh sampai Om memaafkan saya,” tuturnya lirih dan menundukkan kepalanya.“Enak aja! Kamu pikir, kesalahan kamu itu ringan? Aku lebih baik di tipu ratusan juta dari