Angela sudah menunggu Verrel di rooftop. Ia melihat pemandangan di sekitarnya yang masih sepi. Kolam renang yang cukup luas hanya untuk mereka berdua, di sekitarnya terdapat taman yang terawat dengan baik. Tidak ada yang menyangka jika taman itu terbentuk indah hidup di atas rooftop.
Ada perasaan sedikit takut ketika Verrel membuat janji dengannya. Sama persis ketika mereka merayakan ulang tahun, tapi Angela malahan mengalami kecelakaan hingga kehilangan ingatannya.
Hari ini Angela ingin memberitahukan pada Verrel tentang ingatannya. Ia ingin merayakan ulang tahun bersama yang sempat tertunda. Angela sudah menyiapkan segala sesuatunya baik mulai kue ataupun hadiah dan makanan kecil untuk hidangan mereka selama di rooftop.
Angela berdiri tegak menatap pemandangan di luar rooftop yang di penuhi dengan rumah-rumah, jalanan dan tata lampu kota. Ia memejamkan matanya sejenak menghirup udara sebebas-bebasnya. Angela memakai baju renang yang cukup seksi dengan punggung
Angela berjalan mondar-mandir menahan sakit di perutnya. Hari ini Verrel berangkat kerja setelah kemarin libur untuk menyempatkan waktu buat Angela."Nyonya, kenapa tidak duduk saja atau berbaring?" tanya pelayan."Inginnya sih begitu, tapi punggungku rasanya sakit sekali. Kalau duduk juga sakit apalagi berbaring juga makin sakit. Aku tidak tahu entah kenapa bisa begini," keluh Angela."Oh, Tuhan, barangkali nyonya akan melahirkan," tebak salah seorang pelayan lainnya."Benarkah? Apa ini gejala oramg yang mau melahirkan, tapi di buku catatan itu harusnya masih seminggu lagi," kata Angela."Memang terkadang begitu, ada yang kelahirannya maju ada yang mundur," ucap pelayan."Aaargh!" pekik Angela. Seluruh pelayan langsung panik."Cepat panggil sopir dan telepon Tuan Verrel sekarang!" perintah kepala pelayan.Mereka langsung panik bertubrukan satu sama lainnya ada yang mencari telepon rumah ada juga yang keluar memberitahuka
Kehadiran dua malaikat kecil di tengah-tengah Verrel dan Angela melengkapi kebahagiaan mereka. Angela sudah sadar dari tidurnya, seorang perawat membawa kedua bayi mereka untuk mendapatkan ASI eksklusif.Verrel melihat Angela dengan tatapan kasihan. Pasalnya Angela belum sembuh benar dari sesarnya tapi sudah menyusui kedua bayi mungilnya."Apa kau tidak kesakitan sayang?" tanya Verrel."Sedikit, tapi aku bahagia. Bayi-bayi mungil ini akhirnya terlahir ke dunia," ucap Angela. Perawat membantu meletakkan bayi satunya setelah kenyang minum ASI. Lalu berganti bayi satunya.Angela mencium dahi bayi mungilnya dengan lembut. Verrel hanya bisa duduk di kursi depan brangkar sambil menatap haru kedua ibu dan bayi itu."Apa kau sudah menyiapkan nama untuk kedua bayi kita, sayang?" tanya Angela sambil menyusui."Sudah, tapi jika kau tidak suka kau bisa menggantinya," ucap Verrel."Katakanlah, aku penasaran sekali," kata Angela tak sabar.
"Kau ini, memang benar-benar orang yang menyebalkan!" Donita berjalan ke arah pintu apartemennya. Ia membuka lebar-lebar pintunya lalu mempersilahkan Alex agar segera keluar dari apartemennya."Keluar sekarang! Atau aku panggil keamanan agar menyeretmu dengan paksa," ancam Donita.Alex hanya tersenyum geli mendengar ancaman Donita. Ia berjalan menuju ke arah pintu menghampiri Donita. Tapi bukannya keluar, Alex malahan langsung menarik pinggang Donita agar mendekat padanya.Donita mendorong tubuh Alex, ia tahu apa yang di inginkan laki-laki itu terhadapnya. Alex selalu saja meminta jatahnya meskipun Donita bersikeras menolak."Ayolah sayang, kita bisa membuat anak yang lucu nantinya," bujuk Alex."Kau memang brengsek!" pukul Donita. Alex tidak mendengarkan perkataan Donita ia tetap membuka kancing baju Donita satu persatu. Donita seakan seperti mau di perkosa Alex."Ya, aku memang brengsek. Tapi, aku hanya tergila-gila padamu," kata Ale
Verrel meraba tempat tidurnya, ia tidak mendapati Angela di sampingnya. Sudah sebulan berlalu, Angela di sibukkan dengan bayi-bayi kembarnya. Suara riuh tangis bayi meramaikan rumah Verrel. Lelaki itu beri turun dari ranjangnya mencari keberadaan Angela.Tempat pertama yang di tujunya adalah kamar bayi. Dan benar dugaannya, Angela tengah menyusui Saga, sementara Viona masih tertidur di box bayi. Verrel berjalan perlahan agar tidak mengagetkan Angela. Wanita itu mengecup dahi Saga penuh kasih sayang. Tiba-tiba dari belakang Angela merasakan ada yang merangkul pinggangnya. Suapa lagi kalau bukan Verrel."Kau sudah bangun sayang?" tanya Angela."Tentu saja sudah bangun, malaikatku tidak ada di sampingku," jawab Verrel memberikan morning kiss pada Angela."Kau tampak lebih seksi jika menyusui Saga. Apa aku bisa mengantri setelahnya," goda Verrel."Tidak boleh, bagaimana jika Viona bangun," tolak Angela secara halus sembari mengusap rambut Saga. T
"Cepat buka pintunya!" Saga menggedor pintu kamar mandi Viona.Viona yang memakai bathrobe dengan rambutnya yang di balut handuk keluar dari kamar mandi dengan wajah manyun."Ada apa sih, perasaan di rumah ini kamar mandi ada banyak. Kenapa gangguin aku sih," cerocos Viona sambil mengambil hair drayer untuk mengeringkan rambutnya."Masalahnya ada berita penting yang harus aku sampaikan," kata Saga tak sabar."Apaan sih?" tanya Viona."Kamu masih inget tidak, cowok yang pernah naksir kamu terus kamu tolak di depan teman-teman sekelasmu dulu," kata Saga."Iya, terus kenapa?" Viona masih sibuk mengeringkan rambutnya."Dia kembali ke Indonesia, dan sekarang kamu pasti tidak akan mengenalinya. Dia sekarang tampan tidak cupu kayak dulu," terang Saga."Ya, biarkan saja. Kalau dulu aku tidak tertarik, sekarang juga tidak. Pokoknya tidak ada bedanya. Mau dia berubah jadi katak, jadi pangeran, pokoknya aku tidak tertarik. Titik tid
Verrel dan Angela sedang pergi berlibur. Saga menginap di rumah temannya sedangkan Viona tinggal sendirian di rumah bersama para pelayan."Mama sama papa enak- enakan pergi berlibur, sedangkan aku di tinggal sendiri di rumah," gerutu Viona melempar bantalnya ke lantai.Tiba-tiba ia bangkit dari acara rebahannya dan terbersit ide di kepala kecilnya. "Hemm, ini tidak bisa di biarkan, kalau mereka bisa pergi bersenang-senang, aku juga bisa melakukan hal yang sama," kata Viona berbicara pada dirinya sendiri.Viona beringsut turun dari ranjang kemalasannya. Ia membuka pintu lemarinya. Jarinya naik-turun mencari pakaian yang pas untuk dirinya. Akhirnya ia menjatuhkan pilihannya pada kaos casual dan rok pendek berwarna pink muda.Tapi kemudian dia tiba-tiba ragu, akan kemana dirinya pergi dengan pakaian itu. Pacar tidak punya, bahkan selalu patah hati sebelum menyatakan perasaannya. Dulu, ia pernah naksir dengan kakak kelasnya. Eh, malahan yang
"Apa kau akan masuk butik dalam keadaan wajah kotor seperti itu?" tanya Devan mulai membuka suara."Lalu aku harus bagaimana? Pulang ke rumahku dulu, pasti para pelayanku akan banyak bertanya padaku," jawab Viona sambil menyetir."Ke apartemenku. Maksudku, kau bisa membersihkan dirimu di sana. Nanti akan ku suruh pegawaiku membelikanmu baju," ucap Devan.Viona menatap curiga pada Devan, laki-laki itu baru saja di kenalnya. Bisa saja laki-laki itu menjebaknya dan melakukan sesuatu padanya. Viona terus saja membatin yang tidak-tidak. Dan sepertinya Devan cukup peka dengan pemikiran Viona."Baiklah jika kau tidak mau. Di sana ada pelayan yang akan mengurusi keperluanmu. Tapi, kalau tidak mau kita langsung ke butik sekarang," ucap Devan."Aku mau," kata Viona cepat."Apa?" tanya Devan karena suara Viona terlalu lirih."Aku mau ke apartemenmu, tapi jangan macam-macam," peringat Viona."Hei, aku juga tidak mungkin berselera denganmu!
Devan masih saja berdiri mematung mendengarkan percakapan Viona. Entah sejak ia menjadi orang yang sok ingin tahu. Devan melihat Viona tampak berbicara akrab dengan lawan bicaranya. Kaki jenjang Viona berayun-ayun naik turun membuat junior Devan bergerak tidak beraturan.'Lama-lama jika di sini terus menerus aku takut tidak bisa menahannya,' batin Devan. Ia lalu memutuskan keluar dari kamar Viona yanpa sepengetahuan gadis itu.Devan kembali ke kamarnya sendiri, ia segera melonggarkan celananya. Tak tahan ia membiarkan juniornya berdesakan di dalam. Devan merasa dirinya cukup tersiksa melihat kemolekan tubuh Viona. Ingin rasanya ia melahap tubuh wanita itu. Tapi, semuanya hanya sekedar angan-angannya saja.Setelah selesai berpakaian Viona mencari keberadaan Devan. Ia mengetuk pintu kamar lelaki itu. Viona tampak terkejut melihat Devan hanya bertelanjang dada dan memakai boxer ketat."Kau ... kenapa tidak pakai baju?" Viona langsung membalikkan tubuhnya