Wajah Frans murung, hari ini adalah hari pengambilan raport kelulusannya di TK. Semua anak datang bersama kedua orang tuanya, Frans di temani Chika. Dalam hati sebenarnya Frans ingin seperti teman-temannya. Hanya saja ia tidak berani mengungkapkan perasaannya. Ia takut jika mamanya akan sedih.
Chika mendapati Frans diam tidak seperti biasanya. Sementara tatapannya tertuju pada temannya yang sedang bercanda tawa dengan papanya membuat Chika cukup mengerti. Ia lalu mengambil ponsel dalam tasnya. Mengirimkan pesan pendek untuk Saga.
Di kantor Saga tengah sibuk mengetik di laptopnya. Sekilas ia melihat ponselnya menyala. Bibirnya tersenyum manakala membaca pesan singkat dari Chika. Ia segera meraih jasnya. Lalu meninggalkan pesan pada asisten pribadinya untuk menghandel pekerjaan hari ini.
Di sekolah semua anak mendapatkan jatah giliran pentas bersama kedua orang tuanya. Sang anak membacakan puisi lalu kedua orang tua mendampingi di kanan kirinya.
Satu persat
Para tamu undangan telah datang memenuhi ballrom Hotel Diamond untuk datang memberikan selamat pada sepasang pengantin baru. Chika tampak memakai balutan gaun berwarna broken white serasi dengan setelan jas yang di pakai Saga.Chika merasa tegang karena baru kali ini ia menikah secara resmi di hadapan publik. Yang lebih mengesankan lagi pernikahan itu merupakan pernikahan ganda antara Chika dan Saga, Devan dan Viona. Sungguh di luar dugaan bagi Angela. Ia bergelayut mesra di lengan suami tercintanya Verrel. Demikian juga Mark dan Clara cukup lega menyaksikan putrinya berbahagia bersama dengan orang yang di cintainya.Bunga-bunga rose berwarna putih, lily putih dan baby breath menghiasi dekorasi pernikahan. Tampak meja-meja tamu sudah di penuhi pengunjung yang menyantap hidangan makanan yang di tawarkan. Di setiap sudut ruangan di hiasi bunga-bunga kering yang sudah tertata apik.Semua tamu tampak kagum dengan pasangan pengantinnya yang tampil sempurn
Bagaikan di sambar petir di siang hari, Angela mendengar permintaan dari Mama Yanti bahwa ia akan di jodohkan dengan seorang yang tidak di kenal. Selama ini Angela sudah berpacaran dengan lelaki yang di cintainya selama lima tahun. Tapi entah kenapa mamanya tidak setuju jika ia menikah dengan Yohan kekasihnya. "Tidak bisa begitu, Ma." "Angela juga berhak memilih masa depan Angela, pokoknya aku tidak mau menikah dengan lelaki yang tidak aku kenal!" jawab Angela ketus. "Kau harus dengarkan mama. Papamu sudah berjanji pada keluarga mereka jika kau sudah berumur dua puluh tahun maka pinangan itu akan datang, kau tidak bisa mengelaknya lagi." "Mereka bukan keluarga sembarangan mama takut jika kau menolak keinginan mereka dan tidak meneruskan wasiat papamu akan berakibat buruk pada kehidupanmu kelak ," kata Mama Yanti lembut. Angela melempar bantal sofanya ke lantai. Tapi apa ben
Di luar jendela rumah sakit, tampak sedang turun hujan deras. Hujan yang seakan mengerti suasana hatinya yang tengah menangis. Yanti hanya bisa menatap ke arah jendela. Menatap kosong, matanya nanar terlihat penuh derita.Biasanya pada jam saat ini ia sudah kelaparan. Bawaan orang hamil mudah lapar. Tetapi, agaknya bayi dalam kandungannya mungkin mengerti dengan keadaannya yang sedang sedih."Selamat siang, saya Pak Burhan dan ini Kamila istri saya. Bagaimana kondisi Pak Lukman, apa sudah ada perkembangan?" tanya Pak Burhan.Yanti menggeleng pasrah, air matanya tak berhenti turun dari pelupuk matanya. Ia melihat ke arah suaminya yang terbaring tak berdaya.Pria bernama Lukman itu berusaha menggerakkan tangannya, segera Burhan meraih tangan sahabatnya itu."Jangan banyak bergerak dulu," kata Burhan."Sudah tidak ada waktu." Lukman menyerahkan berkas pada Burhan. Pria bertubuh kekar itu
Angela masih memakai jaket yang diberikan oleh pria yang baru saja di temuinya. Lalu muncullah Yohan, sedang membawa beberapa barang yang sudah di pilihnya untuk di masukkan ke troli yang sedang di dorong Angela. "Ada lagi yang kamu perlukan?" tanya Angela. "Bagaimana kalau ini?"goda Yohan memegang satu pack kondom. "No ... no ... no, letakkan kembali di tempatnya," cegah Angela. "Aku juga hanya bercanda sayang," kata Yohan cengengesan. "Oh, ya. Jaket siapa yang kau pakai?" tanya Yohan. "Oh ... ini, jaket teman," kata Angela gugup. "Tapi ... tadi kau ke sini tidak memakai jaket, sayang," kata Yohan. "Dia ... baru saja mengembalikannya. Kami tidak sengaja bertemu tadi," kata Angela berusaha berbohong. "Ooh, kalau begitu lepaskan jaketnya. Kamu kelihatan gemuk jika memakai jaket itu," ucap Yohan. "Di sini sangat dingin, aku tidak kuat AC- nya," kata Angela beralasan lagi.&nbs
Angela melihat wajahnya di dalam pantulan cermin. Ia memuji kecantikannya. Seharusnya hari ini ia bahagia bertemu dengan calon suaminya. Tapi pertemuannya kali ini seperti membuka peti mati untuknya. Pasalnya ia memang tidak menyukai perjodohan yang telah di rencanakan almarhum Papanya. Karena ada seorang lelaki yang sudah di cintainya yaitu Yohan. Selama ini Angela sudah cukup bahagia dengan Yohan. Apalagi Yohan tidak pernah menyentuhnya. Hal itu yang membuat Angela bangga memiliki kekasih seperti Yohan. "Sayang, kau sudah selesai berdandannya? Mama Yanti sudah berdiri di ambang pintu. Angela bangkit dari kursi riasnya. Ia tampak anggun mempesona. Mama Yanti sampai di buat pangling dengan kecantikan putrinya. "Kau cantik sekali sayang." "Mama yakin, calon suamimu pasti langsung jatuh cinta melihatmu." Mama Yanti memutar tubuh Angela. An
"Intinya aku mengajakmu bekerja sama, menjadi partner yang baik untuk mewujudkan impian kedua orang tua kita walaupun hanya setahun." "Bagaimana kau setuju?"tanya Angela. Verrel menerima uluran tangan Angela. "Oke, aku setuju." Angela tersenyum penuh kemenangan. "Tapi, kita hanya bersandiwara di depan mama papa. Dan ingat! Jangan berharap apapun dari pernikahan ini karena aku tidak akan pernah mencintaimu!" kata Verrel percaya diri. "Tentu saja, Tuan Verrel. Aku juga sudah punya kekasih yang sangat aku cintai. Pernikahan ini hanya sandiwara, setidaknya perjanjian kedua orang tua kita sudah terpenuhi,"sahut Angela. "Sepertinya sudah tidak ada yang perlu di bicarakan lagi. Saya permisi," kata Angela seraya melangkah pergi meninggalkan Verrel yang masih berdiri di belakangnya. Verrel berdecih, rupanya ia terlalu percaya diri. Baguslah jika tidak ada cinta di antara mereka. Semua akan berak
Yohan memukul dinding dengan keras tapi tidak sampai membuat tangannya berdarah. Ia marah dengan pengakuan Angela tentang rencana pernikahannya dengan seorang pengusaha kaya raya."Aku tahu ... aku bukanlah orang kaya seperti calon suamimu itu," kata Yohan merendah.Angela merangkul Yohan dari belakang."Bukan ... begitu, aku juga tidak menginginkan pernikahan ini," tangis Angela."Lalu! Kenapa kau menerimanya?!" Yohan kelihatan sangat marah sebagai lelaki ia tidak ingin seorang pria lainnya mendahului menyentuh kekasihnya."Aku ... aku tidak bisa menolak keinginan mama. Aku tidak ingin membuatnya bersedih ...," Angela masih saja memeluk Yohan dalam keadaan menangis."Angela ... katakan padaku. Jika kau hanya mencintaiku," ucap Yohan setengah memaksa."Aku hanya mencintaimu. Aku sudah bicara padanya ... bahwa pernikahan ini hanya berlangsung selama setahun. Tidak lebih,"terang
"Sudah selesai membeli cincin ... lalu kemana lagi?" tanya Verrel."Ke neraka ... mau ikut?" ledek Verrel.Angela melihat tajam ke arah Verrel seraya bersedekap. "Kamu pikir aku senang jalan denganmu hari ini, aku hanya ingin segera selesai. Jadi mohon kerjasamanya ... Tuan Muda Verrel!" kata Angela ketus seraya melangkah cepat masuk ke mobil.BRAKK"Bisa tidak jika kau menutup pintu mobilnya agak pelan. Bisa rusak semua ni mobil,"gerutu Verrel.Angela hanya diam tangannya bersedekap. Biasanya ia tidak petnah bersikap bar -bar pada pria. Tapi khusus ke Verrel ia lebih cepat marah. Mungkin karena situasi dan keadaan yang memaksa membuat ia sebal pada situasi."Kau lupa memakai seatbealtnya." Verrel membenarkan letak seatbeltnya Angela. Wajah mereka tampak dekat, Angela bisa merasakan aroma khas Verrel. Verrel juga menatap Angela ... bibir ranum Angela dengan lipstik yang natural begitu menggodanya."Ehem," kata Angela tiba-tiba. Ia tida
Para tamu undangan telah datang memenuhi ballrom Hotel Diamond untuk datang memberikan selamat pada sepasang pengantin baru. Chika tampak memakai balutan gaun berwarna broken white serasi dengan setelan jas yang di pakai Saga.Chika merasa tegang karena baru kali ini ia menikah secara resmi di hadapan publik. Yang lebih mengesankan lagi pernikahan itu merupakan pernikahan ganda antara Chika dan Saga, Devan dan Viona. Sungguh di luar dugaan bagi Angela. Ia bergelayut mesra di lengan suami tercintanya Verrel. Demikian juga Mark dan Clara cukup lega menyaksikan putrinya berbahagia bersama dengan orang yang di cintainya.Bunga-bunga rose berwarna putih, lily putih dan baby breath menghiasi dekorasi pernikahan. Tampak meja-meja tamu sudah di penuhi pengunjung yang menyantap hidangan makanan yang di tawarkan. Di setiap sudut ruangan di hiasi bunga-bunga kering yang sudah tertata apik.Semua tamu tampak kagum dengan pasangan pengantinnya yang tampil sempurn
Wajah Frans murung, hari ini adalah hari pengambilan raport kelulusannya di TK. Semua anak datang bersama kedua orang tuanya, Frans di temani Chika. Dalam hati sebenarnya Frans ingin seperti teman-temannya. Hanya saja ia tidak berani mengungkapkan perasaannya. Ia takut jika mamanya akan sedih.Chika mendapati Frans diam tidak seperti biasanya. Sementara tatapannya tertuju pada temannya yang sedang bercanda tawa dengan papanya membuat Chika cukup mengerti. Ia lalu mengambil ponsel dalam tasnya. Mengirimkan pesan pendek untuk Saga.Di kantor Saga tengah sibuk mengetik di laptopnya. Sekilas ia melihat ponselnya menyala. Bibirnya tersenyum manakala membaca pesan singkat dari Chika. Ia segera meraih jasnya. Lalu meninggalkan pesan pada asisten pribadinya untuk menghandel pekerjaan hari ini.Di sekolah semua anak mendapatkan jatah giliran pentas bersama kedua orang tuanya. Sang anak membacakan puisi lalu kedua orang tua mendampingi di kanan kirinya.Satu persat
"Ma, apa benar Frans memang putraku?" tanya Saga sembari menangis di depan Angela. Ia merasa seperti orang bodoh tidak tahu apa-apa."Ya, akhirnya kau sudah tahu juga," kata Angela.Saga tercengang, ternyata kedua orang tuanya sudah tahu kebenarannya. Lalu mengapa mereka menyembunyikannya?"Kenapa mama tidak mengatakannya padaku? Aku merasa seperti orang paling bodoh, Ma. Putraku sendiri memakiku, membenciku, aku bisa melihat kemarahan di bola matanya," kata Saga."Itu karena Chika melarangku, aku juga tidak ingin melukai hatinya," kata Angela."Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Putraku tidak mau menerimaku," keluh Saga."Kau harus bisa meraih hatinya. Bayangkan ia besar tanpa kasih sayang seorang papa. Frans sering melihat Chika bersedih sendirian. Sebagai seorang anak yang sangat menyayangi mamanya wajar jika dia ikut terluka.""Baiklah, Ma. Saga akan berusaha keras untuk mengambil hati Frans," kata Saga kemudian."Bagus,
Dering suara telepon mengagetkan Chika dari aktivitasnya dengan Saga."Sudah, biarkan saja. Tanggung," kata Saga.Chika mendorong tubuh Saga. Ia yakin jika yang sedang menelepon adalah putranya. Dengan baju yang sudah terlihat berantakan Chika meraih ponselnya. Benar, memang Frans yang meneleponnya."Mamaa!""Cepat pulang!" teriak Frans di telepon."Iya, sayang. Sekarang juga mama pulang," kata Chika menghibur Frans. Ia lalu mematikan ponselnya.Saga langsung mengambil ponsel Chika dengan paksa, untung saja Frans sudah memutus panggilannya. Saga memeriksa riwayat panggilan Chika. Di sana ada gambar foto bocah tampan mirip dirinya."Jangan bilang, jika anak ini adalah putraku," kata Saga. Ia kembali menatap foto Frans lebih dekat lagi. Chika segera merebutnya. Ia tidak ingin Saga tahu jika dirinya sudah memiliki seorang anak."Lima tahun kau menghilang, anak ini juga berusia lima tahun. Itu berarti kemungkinan besar
"Minumlah, agar tubuhmu menjadi hangat," ucap Saga."Terima kasih."Chika tidak langsung meminumnya karena masih terlalu panas. Ia memilih meletakkannya di atas meja."Masih terlalu panas, aku akan meminumnya nanti," ucap Chika."Tunggu sebentar."Saga beranjak dari tempat duduknya ia melangkah menuju ke dapur. Tangannya membuka pintu lemari mengeluarkan beberapa bungkus mie instan. Ia tidak tahu apakah Chika mau mengonsumsi mie instan atau tidak.Ia pun mengambil panci dan memenuhinya dengan air. Setelah mendidih ia masukkan mie nya ke dalam panci. Sambil menunggu mie nya masak ia menyiapkan mangkuknya.Chika merasa sudah terlalu lama Saga meninggalkannya. Ia kemudian bangkit dari tempat duduknya mencari keberadaan Saga. Melihat Saga tengah memasak di dapur membuat nafasnya sedikit sesak. Ia tidak suka melihat kebaikan Saga. Hatinya bisa saja luluh lantah kalau di perlakukan seperti itu.Tidak seharusnya suas
Saga mengikuti langkah Axella dari belakang. Kebetulan restorannya tidak begitu ramai sehingga mereka leluasa memilih tempat yang nyaman. Rupanya Chika memilih tempat di dekat jendela yang menghadap ke arah air terjun kecil. Di luar jendela terlihat taman landscape menghiasi sekitar restoran.Para pengunjung restoran merasa nyaman untuk berlama-lama di sana. Di dinding hotel banyak terpajang lukisan klasik dan ornamen unik yang tidak ada di tempat mana pun."Kenapa kita kesini? Bukankah seharusnya kita langsung ke lokasi untuk meninjau tempatnya," kata Axella."Jangan terlalu terburu-buru, Nona Axella. Saya tidak ingin Anda kelaparan di jalan hanya karena kurang makan," kata Saga sambil tersenyum.Chika malas membantah perkataan Saga. Ia lebih memilih melihat buku menu yang ada di depannya. Saga memberi isyarat pada pelayan untuk menghampirinya."Saya akan segera kembali membawa pesanan Anda."Chika kembali terpaku pada pem
Sepulang dari rumah orang tuanya Saga berpikir tentang apa yang di katakan Angela. Ia merenungi kehidupan rumah tangganya. Memang benar jika rumah tangganya seperti tidak ada tujuan. Ia membiarkan Luna bersikap seenaknya.Ia tahu jika di luar Luna memiliki hubungan gelap dengan beberapa pria. Saga hanya tinggal menunggu waktu menceraikannya. Ia baru mengumpulkan bukti-bukti kuat agar pengadilan menyetujui gugatannya.Terlebih lagi, kerjasama yang di jalin selama bertahun-tahun dengan papanya Luna pasti akan mengalami kerugian besar jika ia bercerai. Bagi diri Saga ia tidaklah gila harta. Hanya saja jika ia merugi maka yang kena imbasnya adalah karyawannya.Di rumah Saga merasa kesepian, memang benar kata mamanya jika dalam pernikahan di butuhkan seorang penerus. Tapi, bagaimana Luna bisa hamil sementara Saga juga sudah enggan menyentuhnya. Ia tidak bisa membayangkan menyentuh tubuh seorang wanita yang sudah di sentuh berganti-ganti pria.Saga menjad
Angela merasa kasihan mendengar cerita Chika. Ia bisa menyimpulkan jika Chika belum menikah dengan Saga. Terlebih Verrel ia justru merasa terpukul karena wanita yang di telantarkan Saga adalah putri sahabatnya sendiri.Melihat wajah polos Frans kecil mengingatkan Verrel pada Saga di waktu kecil. Anak itu tidak bersalah, seharusnya dulu ia mendengarkan permintaan Saga untuk tidak menikahi Luna. Ia yakin putranya itu tidak pernah mencintai istrinya."Kemarilah, Nak. Ini juga kakekmu. Peluk kakek," kata Verrel. Tak terasa air matanya meleleh.Frans sedikit ragu ia melihat sebentar ke arah mamanya seperti meminta persetujuan. Chika menganggukkan kepalanya."Pergilah, mereka juga kakekmu," kata Chika.Verrel memeluk erat Frans kecil. Ia mengecup pipi chubby bocah itu. Seluruh rasa bersalahnya seakan membebani pundaknya. Verrel bahagia, tapi ia juga merasa kasihan dengan Frans.Angela mengusap air matanya, ia memeluk Frans penuh
Sayang, mama berencana mengajakmu ke rumah teman mama," kata Clara."Mereka sudah mama anggap seperti saudara. Kamu mau kan?" tanya Clara."Iya, Ma.""Kapan kita akan kesana?" tanya Chika."Sekarang, bersiap-siaplah. Mumpung hari ini kita weekend," kata Clara."Baik, Ma. Chika juga akan menyiapkan Frans."Tidak memakan waktu lama Chika dan Frans sudah siap. Mereka masuk ke dalam mobil bersama Mark juga. Frans melihat orang di mobil satu persatu. Lalu ia tiba-tiba tertawa."Hei, kenapa kamu tertawa, sayang?" tanya Clara."Bukan begitu, Nek. Hanya saja kalian terlihat lucu," jawab Frans."Lucu? Apa kami seperti badut kesukaanmu itu?" tanya Mark."Hahaha, kakek bisa saja. Frans lihat kalian kalau diam saja berwajah tegang terlihat lucu," terang Frans."Kamu ini." Clara memencet hidung mancung Frans dengan gemas.Sesampainya di kediaman Verrel, mereka di sambut hangat oleh mereka. Frans dengan malu