Setelah Mama Kamila tenang, ia pun berpamitan pergi dari rumah Verrel. Angela melihat Verrel dengan tatapan kasihan. Wajahnya tampak lesu seperti biasanya. Ia cenderung diam dan kurang bersemangat.
Tiba-tiba seorang pelayan datang tergopoh-gopoh menghampiri Angela. Ia mengatakan sesuatu yang membuat Angela kaget. Verrel yang duduknya tak jauh dari Angela bisa mendengar apa yang di katakan asisten rumah tangganya.
"Biar aku saja yang menemuinya," kata Verrel. Terlambat, pria yang mirip wajahnya dengan Verrel sudah menerobos masuk.
"Apa kau tidak tahu caranya sopan santun masuk ke dalam rumah orang lain tanpa permisi!" ucap Verrel ketus melihat Felix ngeloyor masuk ke dalam rumahnya.
"Oh, adikku tersayang. Beginikah sambutanmu pada kakakmu ini. Tidakkah kau terharu bertemu denganku, seharusnya kau memelukku sekarang," jawab Felix sinis.
"Cih, memelukmu! Tidak usah berpura-pura baik padaku. Kamu kan, yang telah mengirim orang-orangmu untuk memukuliku
Mereka sudah tiba di villa, ternyata Verrel mengubah tujuannya. Ia tidak jadi keluar negeri melainkan ke Bali. Di samping program mereka ingin memiliki anak dengan cepat, sepertinya bali sangat cocok menjadi tujuan liburan kali ini. Angela sangat setuju, jadi dia juga bisa liburan bisa juga menggambar desain rancangannya, sesuai dengan Bali kota seni. Banyak inspirasi yang di dapat di sana.Angela duduk sambil melihat pemandangan di luar balkon yang menghadap ke pantai. "Udara di sini cukup dingin, mau masuk sekarang?" tanya Verrel. Angela mengangguk pelan. Tubuhnya juga masih lengket karena baru saja tiba."Sepertinya mandi air hangat cocok buatmu, aku akan membantumu menggosokkan punggungmu dan lainnya," goda Verrel.Tanpa menunggu aba-aba, tiba-tiba Verrel membopong tubuh Angela."Eh, turunkan aku. Bukankah hanya ke kamar mandi saja, tidak perlu menggendongku," kata Angela tersipu malu. Meskipun sudah sering Verrel menyentuhnya, tetap saja semburat mer
Angela bangun lebih awal ia menguncir rambutnya dan menggulungnya ke atas. Menjepitnya menggunakan penjepit rambut. Ia menatap kearah Verrel rasanya tidak tega membangunkannya. Dari raut wajahnya sepertinya ia sangat kelelahan."Mau kemana? Kenapa rambutmu kau ikat seperti itu?" tanya Verrel yang tiba - tiba terbangun."Tidak. Aku tidak kemana - mana," jawab Angela kaget. Verrel menyandarkan punggungnya dengan bantal sebagai penyangganya."Kemarilah," tangan Verrel melambai kearah Angela. Wanita itu duduk di pinggir ranjang. Verrel menatap lembut kearah Angela. Ia pun tersipu malu.Muka bantal Verrel masih terlihat jelas, tapi malah justru semakin tampan dengan wajah bangun tidurnya. Angela sampai tak berkedip menatap ketampanan suaminya. Pantas saja banyak sekali wanita yang tergila-gila pada suaminya itu. Tapi Angela tidak ingin terlalu menunjukkan kekagumannya. Bisa-bisa Verrel menjadi besar kepala."Sayang, kenapa menatapku seperti itu? A
Angela mengajak Verrel kencan ala candle light di rooftop. Di sana ia bisa melihat puluhan cahaya lampu kerlap-kerlip menambah romantisnya suasana. Angin malam menerpa rambutnya yang terurai panjang, gaunnya juga berkibar terkena angin. Wajah keduanya terlihat bersinar, terkena cahaya lampu. Suara alunan musik romantis mengiringi dansanya. Angela menarik tangan Verrel dan membawa pria itu menjadi pasangan dansanya."Malam ini, berdansalah denganku. Lepaskan semua beban yang mengekang semua pikiranmu. Hanya ada bahagia yang ada dalam pikiranmu." Angela mundur satu langkah sambil menatap lembut ke arah Verrel. Angela tersenyum sebelum maju dan mengajak Verrel memulai aksi tarian dansa.Verrel terpesona melihat kecantikan Angela. Malam ini ia merasa perlakuan Angela sangat spesial.Verrel tahu gerakan tarian itu, dengan mudahnya lelaki itu memegang pinggang Angela dan mengikuti gerakan yang di inginkan Angela."Kau memang berbakat," ucap Angela seb
Tiba-tiba ponsel Verrel berbunyi,"Siapa?" tanya Angela."Felix." Verrel menunjukkan layar ponselnya kearah Angela."Kenapa kau abaikan, bagaimana kalau penting?" tanya Angela."Apa dia pernah bicara penting? Semua omongannya hanya omong kosong buatku," jawab Verrel."Iya benar juga sih," imbuh Angela menyetujui perkataan Verrel."Yang terpenting adalah sekarang, hari ini kita menikmati liburan sepuasnya," ungkap Verrel.Lelaki itu mendudukkan Angela di pangkuannya ia memegang pinggang ramping Angela. Angela dapat merasakan nafas Verrel semakin memburu. Ia seperti harimau yang mau menerkam mangsanya."Aku mengantuk dan sangat lelah, bisakah kita lakukan besok saja," pinta Angela."Ayolah sayang, juniorku tidak mungkin bisa menunggu sampai pagi," bujuk Verrel. Lelaki itu membopong tubuh Angela masuk ke dalam kamar."Di luar sangat dingin," ujar Verrel membaringkan tubuh Angela. Perlahan ia menurunkan tali gau
"Sayang, kau akan terlambat," ucap Angela."Sebentar, lakukanlah sedikit lagi. Aku masih menikmatinya," Verrel mengusap kepala Angela yang berada di bawahnya sedang melumat miliknya. Lelaki itu mendesah luar biasa. Angela bangkit dari duduknya."Kenapa sudah selesai, sayang?" kata Verrel parau."Kau bisa terlambat jika seharian melakukan ini terus. Segera berpakaianlah," ucap Angela. Ia membuka almari dan mengeluarkan setelan pakaian untuk Verrel. Milik Verrel yang masih menegang membuat celananya sedikit sesak, Angela tersenyum kecil melihatnya."Kenapa hanya melirik saja, kau boleh memegangnya lagi." Verrel menarik tangan Angela memaksa memegang batang panjang itu.**Verrel dan Angela telah kembali ke Jakarta. Banyak hal yang perlu di kerjakan di kantor. Terutama Verrel, ia melihat banyak panggilan tak terjawab dari Felix dan asisten pribadinya.Saat tiba di kantor Verrel di kejutkan dengan adanya Felix yang menduduki
Angela melihat ada dua orang laki-laki perpenampilan sangar sedang berdiri di depan butiknya. Dua lelaki yang memakai jas hitam dan kacamata serba hitam berjalan mondar-mandir. Mereka seperti sedang menunggu seseorang, tapi entah siapa yang mereka tunggu. Angela tidak peduli, sudah saatnya ia pulang untuk apa mengkhawatirkan kedua orang yang tidak jelas.Angela masuk ke dalam mobilnya, sudah sore waktunya pulang kerja. Biasanya Verrel menjemputnya, tapi semenjak Angela memiliki sopir pribadi mereka pulang sendiri.Di dalam mobil Angela merasa mobil hitam di belakangnya sedang membuntutinya. Perasaannya menjadi tidak enak. Ia menyuruh sopir pribadinya untuk mempercepat laju mobilnya. Tetap saja mobil di belakangnya bisa mengimbangi."Pak, bisa cari rute lainnya agar cepat sampai di rumah?" tanya Angela."Bisa, Nyonya," jawab sopirnya.Angela memegang tasnya erat, ia agak cemas jika orang yang mengejarnya tadi adalah orang jahat. Ia teringat ji
Verrel menghidupkan kembali ponselnya. Ia melihat banyak sekali panggilan tak terjawab dan sebuah pesan singkat dari Angela. Verrel terhenyak kaget, ia membaca pesan singkat dari Angela."Aku di culik."Ia segera menelepon ponsel Angela, tapi sayang tidak ada yang mengangkat meskipun Verrel sudah menghubunginya berulang kali. Verrel bingung harus bagaimana. Ia berjalan mondar-mandir ke sana kemari."Seharusnya aku segera charge ponselku!" sesal Verrel.Satu-satunya yang terpikirkan saat ini adalah minta tolong pada Mark, hanya dia saat ini seseorang yang dapat ia percayai. Mark kaget mendengar Angela di culik, ia yang sedang bermesraan dengan Clara segera meraih jasnya."Ada apa?" tanya Clara penasaran."Verrel menghubungiku mengatakan jika Angela di culik. Ia meminta tolong padaku, rekeningnya di bekukan oleh Felix kembarannya. Dia tidak bisa berkutik," terang Mark.**Verrel menyesal kenapa ia tidak memi
"Turunkan pistolmu! “Cepat!""Aku bisa membunuh istri dan mereka kapan saja!" Felix memberikan ancamannya pada Verrel, sialnya itu bukanlah sekedar ancaman main-main. Wajah Felix kelihatan serius, tangannya memegang pistol diarahkan ke kepala Angela. Wanita itu tampak gemetar, ingin rasanya ia pingsan tapi Angela berusaha sekuat tenaga untuk bertahan.Verrel melemparkan pistolnya, ia tidak ingin mengambil resiko dengan tidak menuruti keinginan Felix. Nyawa istri dan orang tuanya bisa menjadi taruhan."Felix, aku adalah mamamu. Apa kau tega membunuh kami?" tangis Kamila."Hahaha, tentu saja. Kalian adalah penghalang utama bagiku. Selama kalian menyayangi putra kalian. Pasti kalian akan ragu mewariskan seluruh kekayaan padaku!" ucap Felix."Bagaimana, kami mewariskan kekayaan pada iblis seperti dirimu!" sentak Burhan.Felix tersinggung mendengar ucapan Burhan, ia langsung mencengkeram rahang Burhan dengan kuat."Berani berbicara b