Verrel menghidupkan kembali ponselnya. Ia melihat banyak sekali panggilan tak terjawab dan sebuah pesan singkat dari Angela. Verrel terhenyak kaget, ia membaca pesan singkat dari Angela.
"Aku di culik."
Ia segera menelepon ponsel Angela, tapi sayang tidak ada yang mengangkat meskipun Verrel sudah menghubunginya berulang kali. Verrel bingung harus bagaimana. Ia berjalan mondar-mandir ke sana kemari.
"Seharusnya aku segera charge ponselku!" sesal Verrel.
Satu-satunya yang terpikirkan saat ini adalah minta tolong pada Mark, hanya dia saat ini seseorang yang dapat ia percayai. Mark kaget mendengar Angela di culik, ia yang sedang bermesraan dengan Clara segera meraih jasnya.
"Ada apa?" tanya Clara penasaran.
"Verrel menghubungiku mengatakan jika Angela di culik. Ia meminta tolong padaku, rekeningnya di bekukan oleh Felix kembarannya. Dia tidak bisa berkutik," terang Mark.
**Verrel menyesal kenapa ia tidak memi
"Turunkan pistolmu! “Cepat!""Aku bisa membunuh istri dan mereka kapan saja!" Felix memberikan ancamannya pada Verrel, sialnya itu bukanlah sekedar ancaman main-main. Wajah Felix kelihatan serius, tangannya memegang pistol diarahkan ke kepala Angela. Wanita itu tampak gemetar, ingin rasanya ia pingsan tapi Angela berusaha sekuat tenaga untuk bertahan.Verrel melemparkan pistolnya, ia tidak ingin mengambil resiko dengan tidak menuruti keinginan Felix. Nyawa istri dan orang tuanya bisa menjadi taruhan."Felix, aku adalah mamamu. Apa kau tega membunuh kami?" tangis Kamila."Hahaha, tentu saja. Kalian adalah penghalang utama bagiku. Selama kalian menyayangi putra kalian. Pasti kalian akan ragu mewariskan seluruh kekayaan padaku!" ucap Felix."Bagaimana, kami mewariskan kekayaan pada iblis seperti dirimu!" sentak Burhan.Felix tersinggung mendengar ucapan Burhan, ia langsung mencengkeram rahang Burhan dengan kuat."Berani berbicara b
Di rumah sakit Mark di rawat oleh tim medis, Clara sempat khawatir dengan luka tembak yang ada pada lengan Mark. Untung saja pelurunya dapat di keluarkan. Lengan Mark masih di perban, otomatis ia harus menjalani rawat inap untuk sementara di rumah sakit.Sambil berbaring Mark memandangi orang yang tengah menungguinya dengan perasaan cemas. Salah satu du antaranya adalah Verrel. Ia sangat berterima kasih pada pertolongan Mark yang datang tepat waktu. Kalau tidak, ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi selanjutnya."Jangan menatapku seperti itu, aku belum mati," kata Mark bercanda. Ia tahu sahabatnya tengah khawatir. Clara duduk di samping pembaringannya, ia menggenggam tangan Mark. Clara juga panik setengah mati ketika mendengar Mark masuk ke rumah sakit dengan luka tembak. Pikirannya saat itu sudah kemana-mana. Setelah melihat lengannya yang tertembak, perasaannya cukup lega sedikit. Pasalnya, bukan bagian vital yang terkena tembakan."Aku pikir kau m
"Anak kita?" tanya Angela lagi."Iya sayang," jawab Verrel santai."Maksudmu, aku hamil?" tanya Angela lagi. Ia merasa Verrel tidak begitu serius mengatakannya."Iya, kau hamil buah cinta kita," jawab Verrel menggenggam tangan Angela."Benarkah?" Angela masih saja tidak mempercayainya. Ia sangat bersyukur masih di beri kesempatan untuk hamil lagi."Terima kasih Tuhan, Kau masih memberi kepercayaan padaku agar bisa hamil lagi," ucap Angela."Sayang, mulai saat ini kamu tidak boleh ke perusahaan dan butikmu. Kamu harus mengurangi kegiatanmu sering istirahat di rumah. Jika ingin apa-apa kamu bisa bilang kepadaku atau asisten rumah tangga di sini," perintah Verrel."Sayang, kau mau mengurungku di rumah? Aku tidak mau, itu pasti membosankan," kata Angela marah karena Verrel seakan mulai membatasi geraknya."Masalahnya, aku juga punya tanggung jawab di perusahaan mamaku dan butik itu. Aku tidak bisa seenaknya saja, " kata beralasan.
Hari ini Angela di rumah, ia menurut Seperti apa yang telah di katakan oleh Verrel. Tak ingin kejadian yang dulu menimpanya terulang lagi. Angela memilih bertindak lebih hati-hati. Ia menggambar desain yang sudah merupakan pekerjaannya di rumah. Jika ada sesuatu yang penting ia akan meminta Clara untuk datang dalam urusan tanda tangan. Untung saja ada Clara yang dapat ia andalkan.Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Rasanya sudah terlalu lama ia duduk menggambar. Angela berpindah ke atas ranjangnya untuk beristirahat. Di atas meja nakas sudah ada makanan dan beberapa obat vitamin untuk penguat janinnya.Seorang dokter perempuan datang menghampiri Angela. "Nona, sebaiknya Anda makan dulu, dan minum obatnya. Kesehatan Anda dan bayi Bona sangatlah penting," kata dokter."Baiklah Dokter Elisa, aku tak akan bisa lolos dari pengamatanmu," kata Angela."Sudah jadi tugas saya, Nona." Dokter Elisa mendekatkan nampan yang ber
Tak ada yang lebih membahagiakan daripada memiliki seorang suami yang sangat perhatian dalam masa-masa kehamilan. Angela merasa hidupnya sempurna, memiliki Verrel yang selalu mencintainya. Hari ini Verrel sudah berjanji mau menemani Angela di kelas senam prenatal.Angela sudah tidak sabar untuk menghadirinya. Dia hanya perlu bersabar menunggu sebentar lagi sampai Verrel pulang dari kantor. Mata Angela tidak lepas melirik penunjuk waktu yang melingkar di tangannya. Waktunya sebentar lagi tetapi kenapa Verrel belum memberikan kabarnya.Tiba-tiba ponselnya berbunyi, Angela langsung mengambil ponselnya dari dalam tas dengan terburu-buru. Sebuah panggilan tak terjawab dari Verrel dan pesan singkat untuknya."Maaf, sayang sepertinya aku tidak bisa datang karena tiba-tiba ada rapat penting. Maaf, lain kali aku pasti akan datang," pesan Verrel.Angela meletakkan ponselnya di dalam tas lagi. Ia agak kecewa dengan sikap Verrel. Tapi mau bagaimana lagi. Ia jug
Verrel membopong tubuh Angela masuk ke dalam kamarnya. Miliknya masih menegang, meskipun di dalam mobil sudah menyusup masuk. Tetapi rasanya kurang puas jika tidak bergulingan di ranjang empuk."Kau harus bertanggung jawab, lihatlah milikku masih berdiri," kata Verrel parau. Ia melorotkan sendiri celana kerjanya, lalu melemparnya ke segala arah. Tak sabar ia juga membuka kancing kemejanya. Tubuhnya yang sixpack terlihat sempurna."Bukankah kita sudah melakukannya di mobil?" tanya Angela. Ia membiarkan Verrel mengendus lehernya. Ada rasa sedikit geli saat Verrel mulai menghisap puncak dadanya satu persatu."Aku tidak bisa bayangkan jika bayi kita lahir, aku pasti akan memperebutkan ini," kata Verrel mengulum benda kenyal itu."Owh!" Angela mendesah. Ia belum sempat menjawab perkataan Verrel, lelaki itu sudah membuat seluruh tubuhnya terserang listrik."Bagaimana sayang, katakan bagian mana yang ingin ku sentuh. Katakan saja, aku akan mem
"Langsung saja, kenapa Anda menyuruhku datang?" tanya Clara dingin.Amber berusaha menyentuh punggung tangan Clara, namun Clara menariknya mundur. Wajahnya menatap dengan tatapan tidak suka. Amber mengundangnya di sebuah restoran. Sebenarnya Clara enggan, tapi alasan Amber mengajaknya bertemu mengenai urusan pekerjaan mereka di perusahaan Angela. Mau tidak mau Clara tidak bisa menolaknya."Langsung saja pada intinya, apa keperluan Nyonya mengundang saya kemari?" tanya Clara."Maaf, aku menggunakan dalih pekerjaan. Tapi, sebenarnya mama sangat merindukanmu," ucap Amber lembut."Cih, merindukanku! Sejak kapan?""Bertahun-tahun kau sudah membuangku seperti anak kucing, sekarang dengan seenaknya kau mengatakan rindu," kata Clara sinis."Mama memang pantas menerima semua kebencianmu, tapi mama sangat menyayangimu. Percaya atau tidak, selama bertahun-tahun mama selalu di hantui rasa bersalah," ungkap Amber sedih."Itu urusan Nyo
Berita kecelakaan Angela viral masuk sosial media. Verrel mendapatkan kabar dari pelayan rumahnya yang menelepon setelah mendapatkan kabar jika Angela kecelakaan mobil. Verrel langsung bergegas menuju ke rumah sakit yang di tuju sambil menyimpan kotak cincinnya di saku.Setelah musibah dulu bertubi-tubi, apakah akan ada musibah yang lebih besar dari ini? Verrel tidak dapat membayangkan apa yang terjadi selanjutnya. Yang ia pikirkan hanya ingin bertemu Angela dan melihat keadaannya secara langsung.Sesampainya di rumah sakit, Verrel langsung menuju ke ruangan di mana Angela di rawat. Ia kaget karena ada Yohan duduk di ruang tunggu. Tak mungkin kebetulan saja Yohan ada di sana. Pasti ada sesuatu yang terjadi sebelumnya. Tak sabar Verrel langsung menarik kerah Yohan tiba-tiba, dan mau menonjok mukanya."Lepaskan aku! Apa kau gila!" Yohan mendorong tubuh Verrel kemudian mereka di lerai oleh para perawat yang ada di sana."Tenang, Tuan. Ini adalah rumah