Sara melompat ke belakang dan kedua kakinya reflek menaiki sofa. Banyu yang bingung dengan transisi ekspresi Sara dari senang menjadi ketakutan begini, membuatnya panik seketika. Ia pun beranjak dari sofa dan melihat apa yang sebenarnya ada di dalam kardus itu. Banyu sama kagetnya, tapi justru ia kesal dengan apa yang dilihatnya ini. Seperti bercak darah berwarna merah yang memenuhi dinding-dinding kardus itu. Satu hewan hitam tergolek mati di dalamnya. Seperti sengaja dibuat untuk menakut-nakuti.Lalu, ada satu kertas yang sama terkena bercak darahnya, tertempel di atas hewan itu bertuliskan 'Welcome'.Apa maksudnya?Banyu semakin mengeraskan rahangnya, keningnya mengernyit dalam dan tangannya mengepal hingga buku-buku tangannya memutih."Bay! Itu apa?!" teriak Sara yang sebenarnya juga penasaran mengapa isi kardus itu begitu mengerikan.Tanpa menjawab Sara, Banyu lantas meraih kardus itu dan membuangnya di tong sampah depan rumah. Saat kembali, wajah Banyu masih mengaku. Sara beranj
"Bay, ini udah keterlaluan. Tadi bangkai tikus, sekarang kaca rumah pecah ditimpuk batu. Kita gak bisa diam aja, harus lapor polisi." ujar Sara yang masih berjalan mengikuti Banyu menuju kamarnya.Lelaki itu duduk di pinggir ranjang dengan tatapan kaku. Ia sedang berpikir sesuatu. Dengan clue yang sudah ada, Banyu memang tidak bisa begitu saja menyimpulkan siapa dalang dari dua kejadian hari ini. Namun dugaannya mengarah pada orang yang dulu juga pernah mengganggunya dan Sara. Roby dan Popy. Namun, rumah itu jelas-jelas tidak ada penghuninya karena keduanya di tahan di penjara. Mengapa bisa rumah itu lampunya nyala seolah ada penghuninya?Kepalanya mendongak, melihat Sara yang sudah berdiri di depannya dengan wajah cemas. "Ra, kemasi pakaian kamu ke koper sekarang."Banyu pun bangkit berdiri dan menuju walk in closet, mengemasi pakaiannya sendiri di dalam koper. Sara yang masih bingung, tidak mengindahkan perintah Banyu meski ia tetap mengekor di belakang. "Kita mau kemana lagi?" tany
Sara tidak mengerti mengapa Banyu akhirnya memilih untuk mengajak menginap di rumah Babal alih-alih ke hotel atau apartemennya yang dulu ditinggali Hira. Yang Banyu bilang hanya, ia mau Sara aman. Di sini tentu saja ada Babal yang selalu menjaga Sara, sementara jika di tempat lain tidak ada.Ya, Sara tahu niat Banyu baik, supaya ia ada yang jaga. Akan tetapi tidak begini juga!"Mas Banyu mau kopi gak?" tanya Babal yang dengan genitnya menawari Banyu kopi di malam hari ini.Tidak hanya kopi saja, sejak kedatangan mereka berdua di rumah Babal, yang disambut hangat oleh si pemilik rumah hanya Banyu saja. Mentang-mentang Sara sudah sering ke rumah ini dan hafal segala isi rumah ini, lalu Babal mengabaikannya."Boleh." jawab Banyu sambil mengecek sesuatu di ipad-nya.Tak selang lama, Babal datang dengan dua cangkir kopi. Babal menyerahkan satu cangkir kepada Banyu. Sara sudah terlalu pede satu cangkir itu untuknya. Tangan Sara hampir meraih gelas itu, tapi satu tabokan mendarat keras di pu
Lelaki itu menopang dagunya, menatap serius Ipad di pangkuannya. Punggungnya bersandar di kursi kerja mungkin sudah tiga puluh menit sejak kedatangannya ke kantor.Banyu sedang mencermati CCTV hari kemarin, dimana paket-paket itu datang ke rumah. Tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan. Paket yang besar dikirim oleh kurir perusahaan ekspedisi merah. Sementara paket yang lebih kecil, juga diantarkan kurir ekspedisi biru. Ia juga mengamati CCTV ruang tamu dan halaman samping. Tentu di dalam rumah tidak ada yang di rasa aneh karena teror itu bersumber dari luar. Maka, Banyu meminta bantuan Ardi untuk segera investigasi CCTV di kompleks.Banyu pun membuka beberapa video yang dikirimkan Ardi itu. Mulai dari arah jalan besar, pos satpam dan area kompleks. Paket teror itu datangnya dari luar. Anehnya, dari pos satpam ke rumahnya, jeda waktu kurir itu sedikit lebih lama. Yang harusnya dua menit sampai, ini lebih dari lima menit. Ini yang sedang Banyu pertanyakan.
Sara tak pernah sebahagia ini menanti seseorang pulang. Kecuali menunggu papa pulang kerja atau dari luar kota waktu ia masih kecil. Namun, perasaan kali ini jelas berbeda. Ada rasa menggebu ingin segera bertemu dan memeluk orang tersebut karena kangen.Sara tertawa geli dalam hati. Kangen? Padahal baru seharian tidak bertemu.Maka, ketika ia mendengar mobil Banyu masuk ke halaman rumah Babal, ia berlari kecil menuju ruang tamu dan membukakan pintu untuk Banyu. Yang pasti sebelum keduluan Babal. Gila saja jika sampai keduluan, sudah pasti Banyu akan ternoda dengan sentuhan menggoda Babal.Banyu tersenyum saat mendapati istrinya membukakan pintu. Padahal kemarin-kemarin tidak pernah. Sara cenderung cuek dengan hal-hal kecil seperti ini, tapi kali ini ia melakukannya. Itu artinya Banyu begitu spesial sekarang."Hai!" sapa Sara yang tidak kalah menyunggingkan senyum meski sudah setengah dua belas malam.Tangan Banyu meraih tubuh Sara dan mem
"What are you doing?" tanya Sara yang penasaran dengan apa yang Banyu dan Ardi lakukan. "Kalian menemukan penerornya?"Banyu mengangguk dan Sara serta Babal langsung otomatis memajukan badannya untuk menyimak cerita Banyu dengan wajah serius."Popy ternyata udah keluar dari penjara. Dia playing victim dengan mengaku jadi korban pelecehan suaminya sendiri. Padahal sepertinya itu hanya triknya aja supaya bisa cari bantuan dan ide buat mengeluarkan Roby.""Oke, jadi yang melakukan teror si perempuan itu?" Sara tetap tidak mau menyebutkan nama itu karena jijik."Gak secara langsung, tapi otak di belakangnya dia dan Roby.""Kalau misal mereka dendam sama lo, kenapa paket itu atas nama Sara?" timpal Babal yang juga penasaran."Belajar dari yang kemarin, gimana gue membabi buta menghajar Roby, kayaknya dia tahu kalau kelemahan gue adalah keluarga. Dan dia sejak awal memang notice-nya ke Sara terus." ujar Banyu yang sudah menatap istriny
"Aku gak habis pikir. Cewek yang aku beri simpati ternyata punya niat busuk." ujar Sara.Mereka kini sudah kembali ke rumah Banyu dan berharap akan hidup dengan damai. Tidak ada lagi teror atau kelakuan tetangga gila itu.Banyu mengusap kepala belakang Sara yang duduk di sebelahnya. "Hasil tesnya menunjukkan kalau dia memang punya kelainan. Gak heran dia melakukan hal gila buat memuaskan keinginannya."Sara menoleh, menatap Banyu disebelahnya dengan lekat. "Thankyou." ujarnya dengan nada pelan dan dalam."Untuk?""For everything you have done. Take care of me, take care of your family, make me happy and ... loving me.""It's my job as your husband, right?""Tetap aja, kamu udah mengusahakan banyak hal untuk kenyamanan, keamanan dan kebahagiaanku."Banyu mendekat ke arah Sara, membiarkan wajah mereka beradu terlalu dekat dan mata mereka saling mengunci satu sama lain. Untuk kesekian kalinya, Sara tak pernah bisa
Suara mobil terdengar seperti memasuki halaman rumah.Awalnya, Banyu dan Sara tidak mendengar suara apapun dari luar itu dan mengabaikannya, seolah itu hanya mobil tetangga yang lewat. Mereka sendiri sama-sama memejamkan mata dan hanya fokus pada apa yang mereka lakukan sekarang; menuruti hasrat yang mendalam. Banyu menindih tubuh Sara di tenda yang super sempit itu. Tangan Sara terpaksa menggapai pinggiran tenda karena tidak ada space lagi untuknya berpegangan. Punggung Banyu juga ternyata menyentuh atap tenda hingga bergoyang sesuai arah Banyu bergerak.Banyu semakin memperdalam ciumannya dan tangannya yang nakal mulai menjelajah dimanapun ia bisa jangkau. Desahan tertahan Sara juga mulai terdengar tatkala Banyu tenggelam dalam lekuk lehernya. Bermain di sana sangat lama dan menggigit hingga Sara yakin nanti pasti lehernya memerah. Tak puas, Banyu kembali naik dan meraih bibir Sara kembali."Papi! Mami! Ada tenda gerak-gerak sendiri!!!"Entah suara darimana, Sara mendengar itu begit