"Untungnya di mobil gue, gak ada setannya. Jadi lo boleh melamun terus tanpa takut kerasukan." ujar Banyu yang menoleh sekilas pada Sara, lalu kembali fokus menyetir.
"Bay, harus gak sih kita ke psikolog? kayaknya kita berdua sama-sama gila." tanya Sara begitu lemas.Emosi yang tadi membakarnya habis sekarang mulai mereda karena ia sadar, itu tidak akan menyelesaikan masalah dan malah membuat kepalanya semakin pusing. Papanya yang sejak dulu selalu mempertimbangkan perasaan anaknya, kali ini seperti lepas tangan dan percaya begitu saja pada Banyu. Membuat Sara berakhir terjebak dengan permintaannya sendiri."Boleh, mau ke psikolog sekarang? tapi gue jamin, gue masih waras."Sara menolehkan kepalanya pada Banyu. "Kalau lo masih waras, ngapain lo mau nikahin gue Bay? pakai minta restu ke papa segala dan minta pernikahannya diadakan lusa. Apa namanya kalau gak gila?!""Jangan playing victim jadi si paling menderita. Lo bilang butuh bantuan dan satu-satunya cara cuma dengan jalan menikah. Gue kabulkan. Ya memang tujuannya cuma untuk membuat kamu merasa aman dan punya tempat tinggal karena takut miskin. Tapi gak apa-apa, gue bersedia membantu."Bangsat!"Lo mempermainkan pernikahan kalau begitu Bay!" nada bicara Sara mulai meninggi."Terus apa bedanya sama lo yang reflek minta gue nikahi supaya lo hidup nyaman? Sama aja kan?"Sara hampir tersedak salivanya sendiri saat mendengar perkataan Banyu yang frontal sekali. Sekarang, Sara menyesal berkali lipat dari sebelumnya karena tidak mampu mengendalikan diri hingga bicara ngawur di depan Banyu. Sudah tahu Banyu ini orang yang unik dan tidak bisa tertebak, bisa-bisanya Sara malah mau menggantungkan nasib kepada lelaki ini.Sudah jatuh tertimpa tangga, mungkin itu memang peribahasa yang tepat untuk menggambarkan Sara saat ini. Ah! kepalanya pusing!"Bay!" bentak Sara dengan mata yang sudah mendelik sengit. "Gue serius!"Banyu sampai meminggirkan mobilnya karena bentakan dan tatapan Sara yang menakutkan."Gue duarius!" ujar Banyu tak mau kalah."Gue nyesel, nyesel banget pernah ngomong ngawur sama lo, ternyata tanggapan lo begini.""Nasi udah jadi bubur. Gue udah melamar lo ke bokap dan di diterima. Lagian gue gak seburuk itu kan sampai-sampai lo jadi antipati begini?"Sara memasang wajah putus asanya dan melipat tangannya di depan dada. Ia menyandarkan punggungnya, tidak bisa berkata-kata lagi untuk berdebat dengan Banyu dan berujung kekalahan. Banyu tidak akan bisa dilawan dengan argumen. Kalau kata orang perempuan selalu menang, pengecualian jika bersama Banyu.Lelaki itu juga ikut menyandarkan tubuhnya dan menatap lurus ke arah setir bulat itu. "Ya udah lah Ra. Toh lo single, gue juga single. Kenapa memangnya? Kita juga udah kenal lama, ya walaupun kalau ketemu kayak tom dan jerry. Tapi lo tahu gue dan gue tahu lo. Orang-orang di sekitar lo juga gak ada yang dirugikan atas pernikahan ini. Kayaknya yang bakal rugi cuma gue doang karena akan mengeluarkan dana yang banyak. But, it's okay. Itu mau gue kok. Lo gak perlu jadiin beban. Kita jalani aja." ujar Banyu dengan sangat tenang dan terlihat bijak.Beberapa saat mereka terdiam dalam posisi seperti itu. Tidak ada yang mau memulai pembicaraan lagi kecuali diri mereka yang bertanya jawab dalam hati masing-masing. Lalu sebuah bunyi memecah keheningan di mobil itu.Kruiuk!Banyu yang sadar itu adalah bunyi perut Sara, membuatnya tertawa tanpa dosa."Bilang dong kalau lapar, dari tadi uring-uringan aja. Kita makan dulu baru gue antar pulang ke kontrakan Babal."Tanpa menunggu persetujuan dari Sara, Banyu telah melajukan mobilnya ke tengah jalan. Ia baru ingat bahwa sejak pagi, ia hanya minum kopi dua teguk di Cafe Yippie. Rencananya untuk makan bubur ayam batal gara-gara bertemu dengan Banyu. Pulang-pulang, mood-nya sudah hancur dan tidak selera makan.Sesampainya di sebuah restoran bintang lima, mereka memesan makanan. Lebih tepatnya, Sara yang memesan banyak sekali menu makan. Banyu sampai menggeleng-gelengkan kepalanya karena kelakuan perempuan ini."Udah gue duga. Lo pasti belum makan seminggu kan?" tanya Banyu dengan penuh keprihatinan.Tangan Sara masih aktif menyuapkan sendok ke mulutnya yang masih penuh. Benar-benar tidak mencermintan perempuan anggun dan elegan seperti Sara yang selama ini ia lihat. Ternyata benar, lapar bisa mengubah orang.Mata Sara hanya melirik Banyu dengan tajam untuk protes. "Gara-gara lo, gue cuma minum kopi dua teguk pagi ini.""Kok gue? Memangnya gue yang nyuruh lo gak sarapan? Itu keputusan lo sendiri kali!"Sara menegakkan tubuhnya. "Kalau lo gak memberikan statemen mengejutkan sampai jantung gue kesentil, mungkin mood gue masih bisa diajak sarapan makan bubur ayam.""Oh jadi gue yang salah? Menawarkan solusi itu salah? Memang lelaki itu gudangnya salah.""Itu lebih ke pemaksaan sih bukan penawaran. Lagian di dunia ini adanya Masalah, bukan mbaksalah." Suara Sara yang menggelegar dan ngegas, membuat orang-orang sekeliling mereka menolehkan kepala.Banyu pun menunduk malu karena tingkah perempuan barbar satu ini. Belum jadi istri dan tinggal satu rumah saja, sudah membuatnya pusing. Bagaimana nanti jika satu rumah?"Ya udah, oke. Lanjutkan dulu makannya." Banyu pun mengalah supaya orang-orang tidak semakin penasaran.Tak sampai lima menit, makanan itu sudah tak tersisa. Sara pun terlihat mulai aktif lagi. Ya bagaimana, baterainya sudah terisi penuh sekarang. Ia sudah siap mengajak Banyu berdebat atau lebih tepatnya berdiskusi.Mau bagaimanapun, jika dilihat dari keuntungan yang akan Sara dapat setelah menikah dengan Banyu, ia harusnya lega karena beberapa masalah akan segera ada solusinya. Meskipun Sara masih tidak mengerti tujuan Banyu apa selain membantunya. Pasti ada hal terselubung yang Banyu sembunyikan darinya di balik persetujuan untuk menikahinya ini. Namun itu urusan nanti.Yang penting sekarang ia harus fokus pada kasus papa dan mulai meniti karir lagi dari nol. Seiring waktu, Sara akan menjalani pernikahan ini yang entah sampai kapan sambil menyelidiki apa motif Banyu sebenarnya.Sara berdeham. Ia mendongak dan menatap Banyu dengan berani dan percaya diri."Gue pikir-pikir lagi, kita harus membuat kesepakatan. Atau bisa juga kontrak. Ya anggap aja ini kawin kontrak seperti sinetron yang banyak berseliweran di TV. Kita harus mencantumkan poin yang membuat lo untung, gue juga untung. Jangan kesannya gue aja yang untung dan lo dirugikan. Gue gak mau.""Lah, bukannya itu tujuan awal lo?"Sara menggeleng kuat. "Kesannya gue jahat banget pas lo ngomong gitu. Gue masih punya nurani kali.""Oke! Tiga puluh detik, sebutin poin lo." Banyu melihat jam di pergelangan tangannya dan kembali melihat Sara.Perempuan itu pun mengangkat kakinya di atas kaki satunya. Tubuhnya maju ke depan dan menyangga dagu."Pertama, pernikahan ini bukan sungguhan dan kita gak harus belagak seperti sepasang pasutri bucin. Biasa aja, jangan terlalu kentara. Kedua, kita gak akan sekamar. Gue yakin rumah lo besar dan ada kamar lebih dari satu. Ketiga, tujuan pernikahan ini karena gue butuh bantuan lo, jadi kalau gue butuh sesuatu, lo harus responsif. Keempat, kita gak akan terikat urusan rumah tangga patriarki. Gue bebas melakukan aktifitas apa aja. Oke mungkin gue ijin aja, tapi lo gak berhak melarang dan gue gak suka dipaksa. Kelima, setelah gue merasa udah stabil dan gue bisa hidup mandiri dan minta pisah, lo harus bersedia. Sekarang lo."Lima poin yang sangat menguntungkan bagi Sara itu pun terucap dan kini giliran Banyu. Dalam hati Banyu, Sara benar-benar memanfaatkannya untuk keuntungan hidupnya. But it's okay, ini kan yang mau juga Banyu."Udah itu aja? Yakin?""Hmm.""Oke, ini sebenarnya bukan keuntungan buat gue tapi peraturan basic aja. Pertama, jangan mencampuri urusan pribadi gue. Meski tinggal satu rumah, kita tetap hidup masing-masing dengan fasilitas yang ada di rumah. Kedua, Lo baik, gue akan seratus kali lebih baik. Jadi jangan macem-macem. Ketiga ... eh tunggu. Hasil medical check up lo bagus kan?""Bagus, gue sehat dan gak ada kelainan.""Good! Ketiga, gue gak mau kena penyakit aneh-aneh. Gue tahu lo gak suka di paksa, tapi jangan biarin gue jajan di luar. Gak tiap hari, cukup pas gue lagi, you know lah ...."Kedua alis Sara menyatu. Kok jadi urusan itu? Sialan Banyu! Ini sih namanya manipulatif!"Jangan protes, poin lo semua keuntungan, sedangkan gue gak ada mengambil keuntungan apapun. Itu kebutuhan biologis, lagian kita sah."Belum jadi Sara protes, mulutnya tiba-tiba terkatup rapat dan menipis. Matanya menatap Banyu dengan tajam."Keempat, kalau lo jatuh cinta sama gue, bilang aja. Karena mustahil kalau kita akan tinggal serumah dan kadang melakukan em 'itu' tapi gak jatuh cinta."Hah?! Mulut Sara menganga lebar, ia tidak terima dengan poin yang satu ini. "Lo kali ya ... ""Sssttt! Gue belum selesai. Kelima, lo harus bestie-an sama anak-anak gue."What?! Anak?! Banyu sudah punya anak?***Hallo 🙌 Terima kasih sudah menemukan dan membaca cerita ini. Jangan lupa kasih vote dan komen ya. Semoga hari kalian minggu terus 🌹 Luvsss 💕
Sara menyeret kopernya dengan susah payah. Ia mengutuk lelaki yang ada di depannya sekarang, teganya main tinggal begitu saja tanpa mau membantu. Sudah tahu kopernya sangat berat. Lagipula sejak kapan Sara menurut sama orang lain, yang ada biasanya orang lain yang harus menurut apa maunya. Andai waktu itu mulut Sara bisa di kontrol untuk tidak mengucapkan kata-kata bodoh, ia tidak akan mendapatkan pilihan yang sulit dan ada di sini. Di rumah Banyu. Sekarang ia juga sudah menyandang sebagai istri seorang Banyu Sadewa.Tadi pagi, mereka melangsungkan pernikahan sederhana di lapas dengan saksi seadanya, hanya Babal, personal asisten Banyu dan tim pengacara Mario Iswary. Sejak pagi ia sudah mellow dan bilang papanya bahwa ia hanya bercanda meminta Banyu menikahinya. Yang tidak disangka, papanya justru mendukung dan memberi wejangan 'Kalau kamu menikah dengan Banyu, setidaknya selama papa di lapas, papa gak perlu khawatir soal kamu.' Mau tidak mau, akhirnya m
Kutukan apa yang pas ditujukan pada Banyu? Wajah tengilnya sangat membuat Sara kesal bukan main. Bisa-bisanya Banyu mengambil Kikut yang sudah melompat ke bahu Sara dengan santainya, sementara Sara sudah gemetaran dan bergidik ngeri, takut katak itu loncat lagi ke bagian wajahnya atau bagian tubuh yang lain. Banyu juga sepertinya sengaja lama mengambil bajunya untuk mengerjai Sara."Kayaknya Kikut suka sama lo," katanya terkekeh. "mau bicara apa sih?" lanjut Banyu tanpa rasa bersalah."Gak jadi!" putus Sara berbarengan dengan hentakan kakinya di lantai lalu berbalik menuju kamarnya dan menutup pintu dengan keras.Mood-nya berubah drastis. Ia menghempaskan tubuhnya lagi ke atas ranjang. Banyu memang punya uang, tapi untuk saat ini tidak bisa diandalkan. Sara butuh saran yang bagus dan menurutnya Banyu bisa diajak diskusi. Ia punya ide untuk membuka kantor cabang HH yang tidak terdampak langsung kasus papanya. Cabang di sektor pengemasan fresh fruit ini puny
Beberapa saat setelah Banyu selesai mandi dan masuk kamarnya, Sara diam-diam keluar kamar dan gantian masuk ke toilet.Rencananya, selesai mandi, Sara akan keluar setelah mendengar pintu kamar Banyu terbuka dan lelaki itu akan pergi duluan ke kantor. Sara malu luar biasa jika harus menghadapi Banyu setelah tantangan memalukan tadi. Benar-benar Banyu ini manipulatif sekali.Hampir tiga puluh menitan, Sara tidak juga mendengar suara langkah kaki atau mobil Banyu yang meninggalkan garasi. Katanya tadi Banyu harus buru-buru ke kantor karena ada meeting. Kok belum berangkat juga?Lama-lama di kamar Sara bosan juga, lagian ia sudah janji pada om Derry akan sampai Cafe Rambo sekitar pukul sembilan pagi. Ini sudah setengah sembilan dan jalanan pasti macet parah. Mau tidak mau, ia pun keluar dari kamarnya. Dalam hatinya, semoga saja Banyu sudah berangkat.Dan Voila!Apa-apaan ini? Banyu berdiri di depan pintu dengan setelan jas kemeja dan celana kain yang rapi. Rambutnya sudah klimis mengkilat
"Lo gak bestie banget sih sama gue Bal!!" teriak Sara yang sudah berhasil masuk kontrakan Babal dan mendapati lelaki itu masih molor di ranjangnya tanpa memakai baju.Lelaki ini tidak bisa dihubungi sejak tadi, padahal Sara minta jemput di Cafe Rambo setelah bertemu om Derry. Terpaksa ia naik taksi online. Rupanya lelaki ini masih jadi kerbau di kamarnya.Babal pun terusik dengan suara menggelegar Sara. Ia pun bangkit dengan mata masih terpejam."Lo ngapain dah ke sini? Bukannya di rumah suami atau honeymoon kek, biar gue punya keponakan."Tangan Sara reflek mencubit puting Babal dengan kasar hingga mata lelaki itu terbuka selebar-lebarnya karena kaget. Ia menjerit histeris bagai bencong perempatan yang digoda supir truk."Ngimpi lo?!""Heh!" Babal menutup dadanya dengan kedua tangan. "Gak sopan ya!"Sara tertawa lebar. Sebetulnya ia masih kesal, tapi ya sudahlah. Babal juga punya kehidupan sendiri sekarang setelah Sara
Rumah Banyu - cafe Rambo - Rumah Babal - Lapas - Mall - setelah ini kemana lagi kita? Ya! Kantor Banyu!Kalau ada kata yang tepat untuk menggambarkan hari ini, tentu saja itu cuma kata 'capek!'Sara menyandarkan punggungnya dengan lemas di kursi penumpang taksi online yang akan membawanya ke kantor Banyu. Sampai di sana, yang perlu Sara lakukan adalah mengumpat sekencang-kencangnya di depan wajah lelaki itu. Tidak tahu situasi sekali seenaknya menyuruh Sara membelikan es krim dan mengirimkannya ke kantor. Padahal Sara sudah menawarkan untuk dipesan lewat online dan dikirim pakai kurir, tapi Banyu tidak mau. Lelaki itu bersikeras agar Sara sendiri yang membeli dan mengantarkannya. Sungguh minta ditiup ubun-ubunnya biar sadar. Kakinya sudah lelah, energinya sudah habis dan badannya lemas. Namun setidaknya masih ada sisa mood ketika ia merogoh kaca kecil dari tasnya dan melihat riasan wajahnya masih rapi. Apalagi ombre di bibirnya bagus sekali hari ini, uhh!! Tiba-tiba ia bangga dengan d
Kepala-kepala itu mengintip di balik kubikel, ruangan kaca, pintu dan tembok-tembok dengan rasa penasaran. Bisik-bisik mereka pun terdengar lirih mengeluarkan gosip atau tanya yang mereka simpan di kepala. Bosnya keluar ruangan dengan menggendong seorang perempuan yang matanya terpejam. Mirip pangeran dengan putri tidurnya. "Itu kan Saragita? Itu loh anak dari bos Healthy Human yang kemarin bapaknya ketangkap polisi." bisik seorang karyawan perempuan dengan kacamata tebalnya."Gue tahunya dia selebgram yang suka review hotel dan penginapan." kini giliran lelaki berambut neon yang bicara."Bos Banyu pacaran sama Saragita?" ujar mereka berbarengan.Total ada lima orang yang menumpuk kepalanya di balik tembok itu. Rasa penasarannya kian memuncak, apalagi bosnya tidak pernah membawa perempuan apalagi kekasihnya ke kantor. Sampai-sampai mereka mengira bosnya itu adalah penyuka sesama jenis. Banyu melihat mereka berlima sekilas lalu
Sara paling benci ketika merasakan perasaan bersalah pada orang. Baginya, hal itu jadi membuatnya banyak berpikir. Apalagi ia tidak merasa melakukan kesalahan sebelumnya dan yang bersangkutan diam saja.Akhirnya, ia relakan kasur empuk itu untuk bangkit dan menyusul Banyu. Langkahnya cepat mencari keberadaan Banyu. Mungkin ia harus meminta maaf karena sudah jahil. Tapi kan Banyu lebih sering menjahilinya dan tidak pernah meminta maaf. Sara sebal sekali, tapi ia tidak pernah lupa bilang maaf jika ternyata salah."Bay!" panggilnya tapi tidak ada sahutan.Ia mengetuk kamar Banyu juga tidak ada suara atau pergerakan apapun sampai ia buka dan teliti, orangnya tidak ada di dalam. Di toilet juga tidak ada, kemana Banyu? Menghilang secepat kilat.Sara mencari ke dapur, ruang tamu dan ... ternyata orangnya terpantau sedang di taman samping sedang bermain dengan katak yang menggelikan miliknya itu."Astaga, gue cariin." ujar Sara yang sud
Hareudang Hareudang Hareudang Sara ngibrit ke kamarnya setelah Banyu menerima telepon dan agak menjauh. Ini kesempatan Sara untuk pergi dari hadapan lelaki itu daripada matanya juling karena melihat ke satu titik terus. Ia baru ingat bahwa belum makan seharian, padahal hari sudah menggelap. Untung perutnya sudah terbiasa tidak makan nasi karena sering diet. Maka, setelah menyelesaikan mandi di toilet dekat dengan dapur karena toiletnya belum benar, ia pun langsung mencari sesuatu yang bisa di makan di kulkas. Ternyata cukup banyak bahan makanan di sana, Sayangnya, semua bahan mentah dan harus diolah dulu. Sementara Sara tidak bisa memasak. Mana perutnya sudah berbunyi nyaring. Apa ia pesan makanan online saja? Tapi kata Banyu kurirnya bisa ditahan lama di pos penjagaan karena insiden mengerikan tetangganya. Ia bersandar di kitchen island marmer itu sambil menggulir ponselnya mencari tutorial memasak. Kira-kira masakan apa yang bisa dengan mudah ia buat dan tidak perlu waktu lama ta
"Ish! Salah siapa sih kamu buru-buru, sampai gak lihat jalan?"Sara meniup-niup kening Banyu. Lelaki itu kemarin baru saja mendapatkan lima jahitan akibat menabrak pinggiran pintu dan bocor."Aku panik Hon waktu dengar Bumi nangis kejer. Jadi aku lari gak lihat-lihat. Mana baru bangun tidur di sofa, terus ingetnya masih rumah lama.""Ck! Bumi nangis kan wajar sayang. Kalau gak minta susu ya gak nyaman. Kamu gak perlu sepanik itu." Kini, Sara mengusap pelan perban sekitar perban itu dan menyelipkan rambut ikal Banyu ke belakang.Tangan Banyu melingkar di pinggang Sara yang berdiri di depannya. "Iya, maaf. Lain kali aku hati-hati."Banyu mendongak dan menatap istrinya yang serius sekali meniup luka Banyu tersebut. "Honey, Kiss me a little, please!" katanya dengan nada berbisik."Gak bisa, kita harus segera keluar sekarang. Itu udah rame loh. Gak sopan membuat mereka nunggu." tolak Sara.Banyu memberengut. "Satu k
"Kenapa, Hon?" tanya Banyu saat Sara terlihat menghela napas kasar seraya menyurukkan kepalanya di dada Banyu."Papa pasti kesepian di rumah. Biasanya kita selalu makan malam bersama, terus ngobrol di ruang tengah. Atau aku bantuin Papa mengurus beberapa hal di ruang kerjanya sambil ngerjain endorsment."Tangan Banyu membelai kepala Sara dengan sayang. "Kamu bisa telpon Papa, Hon. Atau mau aku telponin?"Sara menggeleng. "Papa udah tidur jam segini."Ini memang sudah pukul sebelas malam, dan Mario selalu tidur sebelum sepuluh malam. Beliau selalu menerapkan jam tidur sehat supaya bisa bekerja lebih produktif esok harinya. Ya tidak heran, Mario kan pemilik perusahaan kesehatan."Sayang, aku kepikiran sesuatu." Sara mendongak menatap Banyu.Lelaki itu pun menaikkan kedua alisnya, bertanya. "Apa?""Boleh gak Kikut dikasihkan ke Papa, biar gak kesepian banget kalau punya hewan peliharaan."Banyu melotot. "Sara, wala
Papa, Sara, dan Banyu duduk berjejer di dalam satu pesawat. Mereka akan balik ke ibu kota sore ini setelah Sara diperbolehkan pulang oleh dokter.Sementara Babal, Ardi dan Disha, masih mau menikmati liburan mereka. Biarlah tim penggembira itu bersenang-senang, sebelum Babal akan Sara repotkan selama kehamilannya ini. Mungkin Ardi dan Disha juga akan kerepotan karena Banyu tampak akan menjadi suami super posesif dan siaga nantinya. Ya bagaimana tidak? Banyu punya beban untuk meyakinkan Papa Mario atas tanggung jawab dan perhatian penuhnya terhadap Sara.Meski suasananya sudah lebih mencair, Sejak masuk ke dalam pesawat, Mario sama sekali belum berbicara apapun dengan Banyu. Membuat Sara gemas sendiri."Papa tahu gak? Seberapa bahagia Sara hari ini?"Mario menaikkan kedua alisnya saat putrinya membungkus lengannya dengan manja."Sara bahagia banget Pa. Dua lelaki kesayangan Sara kini kembali. Momen-momen yang selalu Sara impikan saat Papa m
Sara tidak bisa diam di kamar. Babal dan Ardi bahkan sudah meminta Sara untuk duduk dan berbaring dengan tenang demi kesehatannya, tapi Sara terus menolak. Ia tidak bisa diam saja melihat Banyu dan papa bicara di luar sana. Ada rasa takut. Bagaimana jika Banyu akan menuruti apa yang papanya mau seperti waktu di rumah Papa itu. Ia baru saja mengurai benang kusut dengan Banyu dan akan memulai semuanya kembali. Mengarungi rumah tangga dengan pengalaman baru mempersiapkan diri jadi orang tua. Kali ini ia tidak mau mengulangi hal buruk kemarin lagi. Berpisah dengan Banyu meski hanya seminggu, rasanya sudah sangat menyiksanya. Terserah jika orang berkata ia budak cinta paling tolol. Nyatanya, Banyu tidak pernah gagal membuatnya mabuk kepayang dan jatuh cinta sedalam-dalamnya. Ia tidak bisa terpisah dengan Banyu.Kemudian ia teringat sesuatu. Sara pun menyuruh Babal mengambilkan ponselnya dan menelepon Mbok Na. Sara harus memastikan sesuatu."Mbak Sara!! Astaga!
Babal menggigit bibirnya dengan gelisah, sementara Ardi mengusap wajahnya kasar, sama paniknya dengan Babal tatkala melihat Mario Iswary sudah berdiri tegak di depan ranjang itu, melihat tajam dua orang yang masih bergelung di atas sana."Gawat!" bisik Babal setelah mereka membuka pintu kamar itu dan hanya bisa mematung juga di belakang Mario.Ardi menggeleng-gelengkan kepalanya sambil komat-kamit mulut mbah dukun baca mantra, dengan segelas air lalu pasien di sembur. Ah! ia frustasi melihat pemandangan ini.Sepasang pasutri kembali kasmaran itu pun mulai terusik. Sara mulai membuka matanya dan pupilnya melebar kaget. Lalu, Banyu juga terusik dan akhirnya terbangun dan otomatis seperti melihat hantu di depannya. Dengan wajah kusut, rambut berantakan dan baju tipis saringan tahu, Banyu melompat dari ranjang itu. "Papa." ujarnya dengan suara serak.Sialan Banyu! Sudah tahu itu papa Mario, bukan hulk, masih menvalidasi pula dengan ekspresi tidak berdosanya.Situasi macam apa ini?Di sela
Sara tidak pernah terbayangkan akan merasakan perasaan hangat ini lagi. Kemarin, ia sungguh bertekad melepaskan Banyu setelah perceraian selesai dan melupakan semua momen kebersamaannya dengan Banyu. Sekalipun ternyata prosesnya sangat sakit. Diam-diam, ia sering menangis sendirian di tengah malam. Ada perasaan hampa menyelimutinya saat sadar fakta mereka tidak akan bersama, melewati hari, bercanda gurau dan saling memadu kasih lagi. Di lubuk hati yang paling dalam, Sara tidak ingin ini terjadi. Sara mencintai Banyu. Masih mencintai lelaki itu bahkan saat Banyu membohonginya soal perjanjian dengan papanya.Namun, memang semuanya terlalu rumit.Sara sangat sayang dengan Papanya. Sejak dulu, ia selalu menurut apa yang papanya bilang. Ia tidak pernah menjadi anak yang pembangkang dan terbukti, berbakti dengan orang tua membuat hidupnya lebih mudah, lebih tenang hatinya dan damai. Ia akan melakukan apapun untuk papanya, terlebih setelah dinyatakan bebas. Sara
Mengetahui mereka akan segera menjadi orang tua adalah sesuatu yang mengejutkan bagi Sara, bahkan Banyu. Apalagi mereka sedang di luar pulau dan di tempat yang asing. Sesuatu perasaan yang sangat aneh. Sara terus menangis karena terharu, bimbang, dan banyak ketakutan serta kekhawatiran yang mendiami pikirannya. Namun, Banyu dengan setia menemani Sara melalui proses penerimaan dengan keadaan baru ini. Hampir satu jam, Sara menangis dan bicara ngalor-ngidul soal kecemasannya akan menjadi ibu. Kini, air matanya telah berhenti. Hidungnya merah dan matanya sembab. Kerinduan Banyu yang telah terakumulasi seminggu lebih ini, justru membuatnya gemas melihat Sara yang begini. Ia sungguh ingin mencium Sara terus menerus dan menghujaninya dengan sayang, melepas kerinduannya kepada istrinya ini. Sekarang tentu saja bukan saatnya kangen-kangenan. Banyu harus tetap menjadi suami siaga untuk Sara, ditengah kelabilan Sara ini. "Sara, kamu udah melewatkan makan siang. Sekarang kamu harus makan malam.
"Jadi ... surat siapa yang dikirim ke rumah?"Keduanya tampak memandang bingung satu sama lain. Terutama Banyu yang sangat tidak paham dengan cerita Sara. Bagaimana mungkin ada surat dari pengadilan yang tiba-tiba ada di rumah Sara, sementara Banyu saja tidak berniat menceraikan Sara. Tidak sedikitpun ia menginjak lantai pengadilan untuk menggugatnya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk terus memperjuangkan Sara, bagaimanapun sulitnya menghadapi Mario dan kerasnya hati Sara saat ini. Di tengah keheningan dengan pikiran masing-masing itu, suara pintu kamar terdengar. Sontak keduanya memalingkan wajah ke arah pintu. Lalu muncullah seorang dokter laki-laki paruh bawa yang rambutnya sudah putih semua tapi wajahnya tampak seperti umur tiga puluhan. Cukup good looking dan pasti membuat semua perawat dan dokter perempuan di sini ketar-ketir. Andai Sara tidak sedang berstatus terombang-ambing begini, sudah pasti ia mengaku naksir dokter tersebut.Dokter
Sara menepis tangan Banyu saat mau membantunya turun dari kapal. Sebagai gantinya, ia lebih menarik Babal dan menerima bantuan lain dari Disha di sebelah kanannya. Tadi, kaki Sara sempat kram karena ia memang tidak banyak melakukan pemanasan sebelum naik ke Padar. Sungguh kesalahan fatal. Sekarang, ia harus merepotkan banyak orang untuk membantunya begini. Ambulan sudah siap ketika mereka turun di pelabuhan dan Sara diminta untuk tiduran di brankar. Sara pikir hanya Babal dan Disha yang ikut naik ambulan itu, rupanya Ardi dan Banyu juga ikut naik. Bahkan Banyu dengan sigap duduk di sebelah kanan dada Sara mendahului Disha.Bibir Sara sudah hampir protes dan meminta Bantu keluar, tapi pintu ambulan itu sudah ditutup oleh petugas medisnya. Mau tidak mau, Sara harus menerima situasi berdekatan dengan Banyu. Ia menutupi matanya dengan lengan karena pusing itu kembali menderanya. Selain itu juga untuk menghindari melihat Banyu.Dalam kurun waktu dela