Share

Bab 5

"Tari ...," lirih Nurma tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Sepertinya tidak mungkin putrinya berbicara melantur seperti itu. Masak harus seperti itu dulu hanya untuk membuktikan ucapannya kepada Rayyan?

Rayyan menatap ke arah gadis cantik berhijab biru tersebut dengan begitu lekat. 'Huh! Ternyata kamu memang perempuan murahan!' bisik hatinya mencela.

"Bu–bukan begitu maksudnya, Yah! Ja–ngan salah paham!" Tari langsung tergagap ketika melihat sang ayah marah dan semua orang menatap aneh ke arahnya.

Bahkan Gunawan sampai ternganga mendengar ucapannya tadi.

"Maksud kamu apa, Nak?" tanya Nurmala penasaran.

"Maksudnya gini, Bu. Bisa aja aku diperiksa dulu ke dokter, untuk membuktikan kalau aku masih perawan gitu. Bukan kayak yang kalian sangkakan. Ya, nggak mungkin juga aku mau berbuat dosa besar itu ...," ujar Lestari menyampaikan maksud omongannya tadi yang bilang kepada Rayyan untuk mengetes keperawanan.

"Ooooh." Semua orang ber'oh' ria setelah mendengar penjelasan dari Lestari.

Kecuali Rayyan. Pria itu kembali memasang wajah datarnya. Jujur, ia sempat mengira hal yang sama dengan semua orang pikirkan tadi. Ternyata dia salah.

"Huuftt ...." Lestari mengembuskan napas lega melihat semua orang paham maksud omongannya.

"Hmm, sudahlah. Baik, saya nggak akan memperpanjang hal ini. Saya juga tidak sempat mengurus hal itu. Anggap saja benar kamu masih perawan." 'Meskipun aku meragukan itu!' sambung Rayyan di dalam hati.

"Ja–di bagaimana Mas Rayyan? Apa penawaran saya agar kita menyimpul ikatan kekerabatan diterima?" tanya Dinar setelah kembali duduk ke kursinya.

"Oke. Aku akan menyampaikan ke asistenku agar mengurus semuanya. Tapi, ingat, Pak Dinar!" seru Rayyan menggantung omongannya.

Dinar dan semua orang menyimak Rayyan dengan saksama.

"Ini bukan berarti saya membebaskan utang Anda sebanyak 700 juta itu. Ini hanya agar saya mempercayai Anda tidak akan mangkir dari tanggungjawab. Kalau Anda mangkir, maka tetap saja saya akan menuntut Anda ke pengadilan nanti, meskipun Anda sudah menjadi mertua saya!" tegas Rayyan.

Meski hatinya sedikit berdenyut mendengar penegasan itu, tetapi Dinar Abdullah tetap merasa cukup lega. Walaupun memang ini bukan akhir dari semua permasalahannya. Akan tetapi, setidaknya ia masih punya waktu untuk mencari tambahan supaya bisa mengembalikan uang Rayyan yang telah ia pinjam.

"Terima kasih, Mas Rayyan. Semoga dengan pernikahan Mas dan anak saya, kita akan menjadi keluarga yang solid dan bisnis kita pun bisa berlanjut lebih lancar lagi," ujar Dinar semringah. Ia mengulurkan tangan kepada calon menantunya di sana.

Rayyan menyambut jabatan tangan pria tua yang sebentar lagi bakal menjadi ayah mertuanya. "Kalau gitu saya permisi dulu," pamit Rayyan sembari melangkah hendak keluar rumah. Ia sama sekali tidak melirik lagi ke arah Lestari.

Gunawan pun bergiliran menyalami Dinar. Ia tersenyum lebar ke arah Nurmala dan juga Lestari. Ia senang, misi yang diatur oleh Bobby berjalan dengan lancar, meskipun sempat ada kerikil-kerikil tajam tadi.

Lestari hanya menatap punggung lebar lelaki yang akan menjadi calon suaminya itu. Sungguh, ada keraguan di dalam hati sang gadis. Akan tetapi, ia tidak bisa mengungkapkan perasaannya yang resah.

Gadis cantik itu sadar. Tidak ada cinta dalam memulai pernikahannya ini. Baik dari dirinya, bahkan ketika ia melihat gelagat Rayyan tadi.

Pria itu sama sekali tidak terlihat tertarik padanya. Namun, ia berharap kelak ia dan Rayyan bisa menjadi pasangan suami-istri yang saling mencintai satu sama lain seperti pernikahan yang pernah ia idamkan dulu bersama Gilang Hardian.

***

"Saya terima nikahnya Lestari binti Dinar Abdullah dengan mas kawin seperangkat perhiasan emas, dengan berat 100 gram dibayar tunai!" seru Rayyan Yudistira pada perhelatan acara akad nikahnya hari ini.

Para warga terlihat kasak-kusuk dengan tatapan mata kagum ketika mendengar jumlah mahar yang disebutkan dalam ijab qabul itu.

Dinar tersenyum jemawa sambil mengedarkan pandangannya ke arah tetamu.

"Bagaimana para saksi, sah?" tanya sang penghulu.

"Saaaah!" sahut para saksi.

Sang penghulu lalu memimpin doa keberkahan bagi kedua mempelai dan diikuti oleh para tetamu yang hadir di kediaman Dinar Abdullah itu.

Wajah Dinar terlihat semringah. Ia merasa bangga telah menikahkan putrinya kepada seorang lelaki pengusaha sukses yang kaya raya. Apalagi Rayyan pun memberikan mahar yang begitu mewah kepada anaknya.

Tadinya pria paruh baya tersebut tidak menyangka kalau Rayyan bakal memberikan mahar sebanyak itu. Karena ia mengira, lelaki tersebut menerima tawaran pernikahan ini tanpa minat yang besar. Mungkin hanya agar mempunyai istri yang cantik.

Ya, Dinar sangat menyadari kalau ia memiliki putri yang begitu cantik. Lestari adalah bunga yang ia rawat sejak lahir dengan begitu ketat. Gadis itu adalah putri semata wayangnya yang mana ia jaga selama ini. Banyak pria yang tertarik pada putrinya, meskipun mereka tidak berani untuk terang-terangan di hadapan orang tuanya.

Lelaki tua itu senang, akhirnya sang putri mendapatkan jodoh terbaik. Lelaki sukses dan seorang miliarder. Orang-orang akan bungkam dari membicarakannya beberapa waktu belakangan ini. 'Biar mereka semua sadar, di mana-mana tentu orang tua akan mencarikan pasangan terbaik untuk anak-anaknya. Lihat ini menantuku! Maharnya aja senilai 100 juta lebih!' batin Dinar angkuh.

Semua biaya untuk perhelatan pernikahan ini ditanggung oleh Rayyan Yudistira. Tadinya lelaki itu menawarkan agar diadakan di hotel berbintang saja. Namun, Dinar mencegahnya, ia ingin semua warga masyarakat bisa hadir melihat mewahnya pesta pernikahan sang putri. Bahkan lebih mewah dibandingkan jika acara nikah Lestari dan Fadil dulu jadi.

"Hmm, selamat, Bang. Aku nggak nyangka kalau malah Abang yang–"

"Terima kasih atas kedatangannya," potong Rayyan pada omongan seorang tamu pria di sana. Wajahnya sengaja ditolehkan ke arah lain, enggan membalas tatapan pria itu.

Mau tidak mau sang tamu pun mengalihkan pandangannya ke arah mempelai wanita. Ia menangkupkan tangan tanpa berkata-kata.

"Terima kasih, Mas Burhan sudah datang," ucap Lestari sembari mengulas senyum getir. Ingatannya seketika saja kembali kepada malam di mana Burhan juga datang menemani Gilang yang melamarnya. Dan malam itu pula, Gilang menghilang, hanyut dalam derasnya aliran sungai.

"Sama-sama. Selamat ya, Tari. Semoga sakinah mawaddah warahmah."

Setelah mengucap itu, Burhan pun melenggang pergi dan sebelumnya ia kembali melirik ke arah Rayyan yang membuang muka darinya.

Lestari merasa sedikit heran melihat gelagat Rayyan dan Burhan tadi. Hatinya pun bertanya-tanya, 'Apa Mas Rayyan dan Mas Burhan saling kenal?'

.

.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status