Share

Bab 9

Penulis: Adny Ummi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Lestari benar-benar bingung dengan sikap Rayyan. Mengapa dirinya yang mesti mengerjakan semua itu padahal Rayyan sudah memiliki asisten rumah tangga.

"Ta–Tapi, Tuan ... itu semua bukannya kerjaan saya?" sela Nunung takut-takut. Pertanyaan wanita tua itu mewakili tanya di benak Lestari.

"Mulai sekarang Bibi tugasnya hanya membersihkan kamar saya! Sementara yang lainnya ... itu dia yang kerjakan!" seru Rayyan.

"M–Mas ... aku nggak masalah Mas suruh mengerjakan semuanya. Ta–tapi kenapa mesti kasar seperti ini? Aku ini istrimu, Mas," pungkas Lestari sambil menahan genangan air yang mendesak hampir tumpah dari pelupuk matanya.

"Bagus kalau kamu nggak masalah mengerjakan semuanya. Itu memang tugas seorang istri! Kenapa saya bersikap kasar?" Rayyan tersenyum sinis, "itu karena kamu dan keluargamu sendiri!" Lelaki itu pun berbalik kemudian melangkah lebar menuju ke arah kamarnya.

"Mas! Mas, tunggu!" Lestari mengejar sang suami dan berusaha menangkap lengan lelaki itu. Sekali lagi Ra
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ririichan13
apa jangan-jangan Tari ini anak dari si pembully itu?
goodnovel comment avatar
Iftiati Maisyaroh
iiih ... ucapannya tuh ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 10

    Setelah mandi dan merapikan diri, Rayyan bersiap untuk sarapan. Ia melenggang menuju ke ruang makan. Setiba di ruang makan lelaki itu melihat Lestari sedang mengambil makanan. "Tunggu!" serunya menahan gerakan Lestari. Wanita muda yang baru saja ingin mulai makan pun mengurungkan niat memasukkan makanan itu ke mulutnya. Ia mengangkat pandangannya menatap suami dengan hati yang menciut. Nunung tidak berada di sana, karena sedang menyiram tanaman di taman belakang rumah. Sampai di meja makan, Rayyan menggeser makanan Lestari pindah ke hadapannya. Lelaki itu lalu duduk. "Kamu makan, setelah saya makan!" pungkas pria itu. Lestari hanya bisa terdiam mendengar perintah itu. "Ambilkan saya minum!" Lestari meraih teko, lantas menuangkan isinya ke dalam gelas dan menyerahkan kepada sang suami. Rayyan mengambil gelas tersebut, lalu meminum isinya beberapa tegukan. Kemudian ia lanjut menikmati makanannya. "Mulai sekarang, kamu nggak boleh makan, kalau aku tidak duluan makan. J

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 11

    Di kantor .... "Gimana, Boss? Asik malam pertama dengan cewek muda dan cantik?" "Ck!" Rayyan berdecak keras mendengar celoteh Bobby, asisten kepercayaannya. "Aku yakin dia sudah dipake sama si Gilang. Makanya bocah itu sampe tergila-gila sama perempuan desa kayak gitu." "Masak, Boss? Katanya Mas Gilang sudah berubah jadi anak baik-baik semenjak dia mengajar SMP di Desa Harapan itu?" "Ya, memang dia jadi lebih rajin shalat. Tapi, tetap saja dulunya dia pernah jadi playboy kelas kecoak," cibir Rayyan. Bobby mengernyitkan dahinya. 'Istilah apa itu? Dasar boss bar-bar.' "Jadi nggak nutup kemungkinan kalo dia pernah makek tu cewek, dan mungkin sangat berkesan sampe-sampe dia jadi begitu bucin dan bertindak gobl*k, terjun ke sungai!" kesal pria tampan itu mengingat adik angkatnya yang tewas mengenaskan. "Jadi, Boss udah buktiin kalo istri Boss itu udah nggak perawan?" Raut wajah Bobby terlihat begitu penasaran. Rayyan melemparkan tatapan nyalang ke arah Bobby. "Hehehehee

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 12

    "Mas ... Mas Rayyan, bangun." Terdengar sayup-sayup suara wanita tua di pendengaran Rayyan. "Mas Rayyan. Pindah ke dalam kamar, Mas." Srek! Rayyan terkejut dan langsung terduduk di atas karpet permadani di depan televisi. Kedua alisnya bertaut kencang mencoba mencerna apa yang terjadi. "Mas ...." Rayyan menoleh ke arah Ima yang barusan telah membangunkannya. "Iya, Bi?" Matanya memicing. Kemudian tangannya menutup mulut yang menguap lebar. "Mas jangan tidur di sini. Nanti badannya sakit. Pindah ke kamar sana!" suruh Ima kepada lelaki dewasa yang ia kenal pendiam semenjak remaja itu. Rayyan mengangkat tangannya sambil merenggangkan badan hingga terdengar bunyi 'kretek' dari tulang pinggangnya. Ia lalu bangkit berdiri sembari meraih jasnya yang tersampir di atas sofa, lelaki itu pun melirik arloji di pergelangan tangannya. Terlihat sudah pukul sepuluh malam. "Loh, Mas Rayyan mau ke mana?" tanya Ima heran karena Rayyan bergerak menuju ke arah luar rumah, padahal dia me

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 13

    Dengan ragu Lestari mendekatkan piring tersebut. Lalu ia memakan sisa makanan suaminya dengan perlahan. Sungguh, kalau saja perutnya tidak keroncongan, ia sudah malas untuk makan. Ia tidak berselera lagi karena saat ini sudah benar-benar lewat waktu makan. Namun, ia merasa perutnya sudah perih sekali akibat belum diisi. "Makan yang semangat! Kamu bilang belum makan sejak pagi!" seru Rayyan kepada istrinya. "I–iya, Mas!" jawab Lestari sambil cepat-cepat menyusut air matanya yang hampir terjatuh. "Kamu nangis??" tanya Rayyan dengan senyum sinisnya, "dikasih makan malah nangis. Jadi perempuan tuh, banyak-banyak bersyukuuur!" Lelaki itu mendorong kepala Lestari. "Astagfirullah," ucap Tari refleks. "Bagus! Sering-seringlah minta ampun! Banyak dosa kamu itu!" Rayyan pun bangkit berdiri, lantas ia melenggang masuk ke dalam kamar dan membanting pintunya. Blam! Lestari memejamkan mata menahan sesak di dalam dadanya. Air matanya kembali menitik. Rasanya Lestari sudah ingin muntah saat i

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 14

    "Tuaan ... Tuan! Su–sudah, Tuaaan!" pinta Nunung yang ketakutan di depan pintu kamar mandi. "Kamu utang padaku sejuta buat kemeja yang tadi kamu rusakkan itu!! Besok, kamu harus bayaar!!" Rayyan mendorong tubuh gemetar Lestari dengan kakinya hingga membuat wanita muda itu tersungkur di lantai keramik yang basah. "Astagfirullah," lirih Nunung ikut meringis melihat hal itu.Lestari menangis terisak-isak dengan sangat menyedihkan. Kemudian lelaki kejam tersebut pun melempar selang air ke sembarang tempat. "Berengsek! Aku jadi terlambat gara-gara perempuan tak berguna macam kamu!" serunya sembari melenggang keluar dari kamar mandi tersebut. Sesampai di dalam kamarnya, Rayyan mencengkeram rambut kepalanya sendiri. "Sialaaaan! Aaarghh ...!" Ia terduduk di pinggir tempat tidur besarnya, lalu mengusap wajah dengan dua telapak tangan yang basah. Ia mendongak sambil menarik napas dalam-dalam, mencoba meredam emosinya sendiri. "Ya Allah ... perempuan bangsaa*t ... kamu membuat aku jadi ikut

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 15

    "Loh, Pak. Memangnya ada apa?" tanya Soni heran dengan perubahan sikap Rayyan yang mendadak. "Wak Isam!" Rayyan memanggil Isam tanpa menjawab pertanyaan Soni. Tergopoh-gopoh Isam menghampiri ke ruang tamu. "Iya, Mas?" "Tolong antar Pak Soni ke luar, Wak!" suruh Rayyan kepada Isam. Soni menatap nanar ke arah sang pengusaha muda nan kaya raya itu. Ia merasa tersinggung karena diusir tanpa penjelasan seperti ini. Akan tetapi, ia cukup tahu diri, ia tidak mau memperpanjang persoalan. Rayyan berhak menolak orang yang mau menyewa rumah itu. Soni pun pergi dari rumah itu dengan rasa kesal dan sekaligus penasaran dengan alasan Rayyan menolaknya. Rayyan berjalan masuk ke dalam ruang tengah, kemudian mendaratkan bobotnya dengan perasaan yang tak keruan. Bagaimana tidak, ia sangat mengenal perempuan yang fotonya ditunjukkan oleh Soni tadi. Perempuan itu adalah seseorang yang pernah begitu dekat baginya. Ya, itu adalah Clara. Wanita yang telah ia ceraikan lima tahun lalu. Wanita c

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 16

    Setiba Rayyan di rumahnya, ia langsung menuju ke arah bagian belakang. "Eh, Tuan!" Nunung kaget. Ketika ia keluar dari kamar mandi mengambil air untuk mengompres Lestari, tiba-tiba muncul majikannya di depan mata. Rayyan tak menyahut, ia langsung meloyor masuk ke dalam kamar sang istri. Kedua alis tebalnya kontan bertautan satu sama lain. Namun, ia tergamang pada saat melihat Lestari menggigil di pembaringannya. "A–Ampun, Mas ... maafin aku. Aku nggak sengaja, Mas," igau Tari dengan mata terpejam. Tubuhnya meringkuk dalam balutan selimut tebal di sana. Entah mengapa, hati Rayyan merasa sedikit tersentuh melihat pemandangan itu. "Tadi sore Nyonya hampir jatuh pingsan setelah menyiapkan makan malam, Tuan," ungkap Nunung. Rayyan menarik napas berat di tempatnya berdiri. "Sini!" Lelaki arogan itu meminta baskom kecil yang dipegang oleh Nunung. Awalnya sang asisten rumah tangga heran, tetapi akhirnya ia pun menyodorkan apa yang ada di tangannya ke arah sang tuan. "Apa dia sud

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 17

    Tok! Tok! Tok! Terdengar suara ketukan pintu. Rayyan lalu berseru, "Masuk!" Muncullah Nunung dari balik pintu tersebut. Dahinya sontak mengernyit kencang. Wanita tua itu heran dengan bunga-bunga yang berserakan di atas lantai di ruang tersebut. "Besok pagi aja bereskan itu. Sini makanan saya!" titah Rayyan sambil mendudukkan badannya dari rebahan di pinggir ranjangnya. "Ah, iya, Tuan. Ini nasi dan pepes ikan buatan Nyonya tadi sore," ujar Nunung mendekat, lalu meletakkan sebuah nampan yang berisi nasi serta lauk pauk ke atas nakas di samping ranjang besar sang tuan. "Makasih," ucap Rayyan seraya meraih piring nasinya. Lelaki itu menelan air liur karena penampakan ikan pepes dan aroma harumnya yang begitu menggoda, "Tari sudah disiapkan makannya?" "Sudah, Tuan. Tinggal tunggu Nyonya bangun nanti," sahut Nunung. "Oke. Bibi boleh keluar," pungkas Rayyan sembari mulai memasukkan sesendok makanan ke dalam mulutnya. Nunung pun keluar dari kamar tersebut. "Hmm ... enak s

Bab terbaru

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 155

    "Loh? Nyonya mau pergi ke mana? Memangnya sudah dibeli rumah barunya?" Nunung bertanya heran, sebab sang majikan wanita berpamitan dengan beberapa koper yang sudah disiapkan di dekat mereka."Iya, Bi. Sudah beli rumah. Tapi, ini nggak langsung pindah ke rumah itu. Saya dan Tari mau ke tempat teman saya dulu." Jawaban itu justru keluar dari lisan Rayyan, "Bibi sementara di sini dulu. Kalau kami sudah benar-benar pindah ke rumah yang baru, Bibi akan saya jemput," lanjut lelaki itu menjelaskan."O–oh, gitu, Tuan?" Meski masih merasa heran karena kepergian majikannya yang mendadak seperti ini, Nunung hanya bisa menuruti.Lestari memilih diam dari tadi, sebab ia mengikuti suaminya saja. Saat ini, ia hanya ingin segera pergi dari rumah itu."Bi, aku pamit dulu ya ...." Lestari mendekati sang ART, kemudian memeluk wanita tua yang selama ini telah ia anggap seperti ibunya sendiri."I–iya, Nya. Hati-hati di jalan. Nyonya kabari saya kalau sudah sampai di rumah temen Tuan ya! Nyonya juga jangan

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 154

    Terdengar suara isakan dari Lestari membuat Rayyan seolah baru tersadar. Lelaki itu kemudian berjalan mendekat ke arah tempat duduk istrinya, lalu merangkul pundak wanita itu. "Tari ... kamu ... nggak apa-apa?" 'Ck! Pertanyaan bodoh! Nggak apa-apa gimana? Dia sedih, Gobl0k!' Batin Rayyan memarahi dirinya sendiri sebab mengucapkan pertanyaan yang ia anggap tidak perlu itu. Lestari bangkit berdiri dengan perlahan-lahan. Kakinya terasa begitu lemas rasanya. Ia lalu berjalan pelan dan lunglai menuju ke arah kamarnya. Rayyan bingung dengan apa yang mesti ia lakukan. Lelaki itu hanya bisa mengiringi sang istri menuju ke arah kamar mereka. Sesampainya di dalam kamar. Lestari menuju ke arah ranjangnya dan merebahkan diri sembari kembali menangis di atas bantalnya. Sungguh, ia merasa begitu sedih, sebab telah membuat Gilang sangat kecewa seperti saat ini. Sementara Rayyan, pria itu hanya bisa duduk di pinggir ranjang tersebut dengan kepala yang terasa berdenyut. Ia benar-benar tidak tahu

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 153

    "Jadi, kamu sudah ingat tentang Tari?" tanya Rayyan tak mau lagi berbasa-basi."Bi, nggak apa-apa, kok. Bibi lanjutin kerjaan Bibi lagi, gih," bisik Lestari lirih ke arah Nunung di sebelahnya."Eeh, i–iya. Baik, Nyonya," sahut Nunung tergagap. Akan tetapi, wanita tua itu tetap menurut. Ia pun berbalik dan melenggang kembali ke teras belakang rumah.Lestari kembali mengarahkan pandangan ke arah Gilang dan juga Rayyan yang tengah berbicara di sana dengan perasaan yang tidak menentu. 'Apa benar, Mas Gilang sudah mengingat tentang kami?' bisik hatinya bertanya-tanya."Yaaah, begitulah. Aku bahkan sudah ingat kata-kata kamu malam itu, Tari." Gilang terus melihat ke arah sang wanita.Lestari mencoba mengingat apa yang pernah ia katakan. "Kata-kataku?" Rayyan ikut menoleh ke arah sang istri dengan sorot penasaran."Ya, kamu ingat di depan Burhan kamu bilang cinta sama Mas, 'kan? Burhan bilang, nggak lama dari berita kematian Mas, kamu memang batal menikah dengan Fadil, si anak kepala desa i

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 152

    Meski hatinya terasa panas, Rayyan hanya bisa menyunggingkan senyuman dengan terpaksa. Ia tidak mau rasa cemburunya itu tertangkap oleh sang istri. "Mudah-mudahan aja rumah yang ditawarkan ke Bobby kemarin cocok buatku dan Lestari nanti," lirih ucapan Rayyan pada diri sendiri. Ya, tadi Bobby bilang mereka sudah janjian untuk melakukan survey ke sebuah rumah besok. Lokasi rumah tersebut hanya sekitar dua puluh menit dari kantor pusat perusahaan Rayyan ini. Memang harganya cukup tinggi, tetapi kalau cocok, Rayyan tidak mau menunda lagi untuk mengurus kepindahannya. Ia ingin segera memboyong Lestari menjauh dari Gilang. 'Kalau lebih lama lagi aku melihat kebersamaan mereka. Aku bisa gila!' keluh pria itu membatin. *** "Kakak iparku ini mau ke mana? Pagi-pagi udah cantik aja?" sapa Gilang, ketika langkah kakinya baru sampai di ruang makan. Ia hendak bergabung dengan Rayyan dan Lestari yang sudah lebih dulu berada di sana. Mata Gilang melirik sebentar melihat ekspresi sang kakak le

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 151

    Lima hari belakangan ini, ketika sedang berada di kantor, Rayyan terlihat gusar dan tidak fokus dengan pekerjaannya. Gilang sudah tiga hari ikut ke kantornya dan belajar bekerja di sana. Ia didampingi langsung oleh Bobby. Lelaki itu terlihat serius dalam belajar. "Bos yakin dengan keputusan akan memberikan posisi CEO pada Mas Gilang?" tanya Bobby kepada sang atasan. Mereka kini sedang berada di ruangan presiden direktur, yakni Rayyan sendiri. Pria itu baru saja menyampaikan kepada asisten setianya untuk mengajari Gilang agar ke depan bisa menduduki posisi CEO yang saat ini dirangkap oleh Rayyan sendiri selain ia juga sebagai owner sekaligus presiden direktur di perusahaan itu. Selama ini Rayyan memang cukup sibuk karena jabatan yang dirangkapnya itu. Meskipun demikian, selama ini ia mampu sebab didukung oleh Bobby yang selalu bisa ia andalkan. "Ya, kamu mesti ajari dia yang bener, Bobb. Gilang sebaiknya tidak usah melanjutkan jadi guru lagi. Aku nggak mau dia dihina orang lagi s

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 150

    Wanita cantik yang kini wajahnya terlihat agak pucat itu mengangguk cepat. Lestari baru sadar kalau tangannya sendiri terasa sangat dingin ketika sang suami meraih dan menggenggamnya saat ini. "Ini jarimu kenapa?" tanya Rayyan ketika melihat dan meraba jari telunjuk tangan kanan Lestari yang dibalut plaster. "Ini, nggak sengaja kena pisau, Mas. Nggak apa-apa, kok! Luka kecil aja." "Kamu lain kali hati-hati," pesan sang suami. Lestari tersenyum kikuk ketika sadar kalau sedari tadi Gilang mencuri-curi pandang ke arahnya. "A–ku siapin makan siang dulu, Mas," ujarnya kepada sang suami seraya berbalik badan dan langsung berjalan ke arah dapur menyusul Nunung. Rayyan menyembunyikan helaan napasnya ketika melihat punggung sang istri yang menjauh. Di dalam hati entah mengapa ia merasa timbul kesedihan. Ia menebak kalau benar, sang istri sepertinya masih menyimpan perasaan kepada adik angkatnya. "Naah, ini diaa! Terima kasih, Bi Nunung yang caeeem ...!" seru Bobby menarik Rayyan kembali

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 149

    "Kenapa sih, Nya? Nyonya sejak pagi tadi keliatan nggak fokus gitu?" tanya Nunung ketika Lestari baru saja menumpahkan air yang ia tuang dari sebuah teko. Sebelumnya Lestari juga tak sengaja mengiris jarinya sendiri ketika menyiangi sayuran. Keduanya memasak lebih banyak hari ini sebab Rayyan tadi malam mengatakan akan membawa Gilang ke rumah tersebut. Ya, sejak itu, entah mengapa Lestari menjadi gugup sendiri. Ia juga heran, sebenarnya apa yang sedang terjadi pada dirinya. Padahal ia yakin, kalau hatinya kini telah dimiliki oleh Rayyan Yudistira, sebagai lelaki yang berstatus suaminya. "E–eh, ma–af, Bi. Biar aku yang bersihkan. Bibi lanjut nata perlengkapan makannya aja!" tukas Lestari sembari meraih gagang pel yang dipegang Nunung dan mulai mengelap air yang membasahi lantai ruang makan tersebut. Nunung pun menghela napas dan melipat bibirnya sejenak. Lalu ia menata piring dan sendok di atas meja makan seperti perintah sang nyonya. "Assalamualaikum." Deg! Degup jantung Lesta

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 148

    Bobby mencebikkan bibirnya. "Nggak ada, Boss. Makanya aku bilang, kayaknya ingatan Mas Gilang masih setengah-setengah," ujar lelaki itu lagi. Rayyan menghela napas sedikit lega. Akan tetapi, kekhawatiran di wajahnya masih menyelimuti. "Gimana kalau suatu saat dia ingat semuanya, ya, Bobb? Apa yang harus saya katakan soal Tari?" Lelaki tampan itu menatap pelas ke arah sang asisten. Ia berharap bisa mendapatkan pencerahan dari Bobby. "Ya mau gimana. Ini sudah takdir, Boss. Sekarang Boss udah nikahin cewek yang Mas Gilang taksir. Mau nggak mau, Mas Gilang juga mesti menerima itu!" Ucapan Bobby terdengar tanpa beban di telinga Rayyan. Rayyan menunduk, kemudian menekan kepala dengan dua tangannya. Entah mengapa kepalanya kini terasa berdenyut tiba-tiba seperti ini. Pikirannya terasa sangat penuh. "Mbak Tari sendiri kira-kira gimana kalau tahu Mas Gilang sebenarnya masih hidup ya, Boss?" tanya Bobby kepada yang atasan yang wajahnya mulai kusut itu. "Tari sudah tahu." "Hah?!" Bobby tam

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 147

    Bobby menghela napas panjang. Ia menimbang-nimbang. "Pak, apa nggak bisa diundur bulan depannya lagi ya, kami keluar dari sana?" Bobby hanya ingin mengantisipasi waktu saja. Khawatir kalau nanti ia butuh waktu lebih lama untuk mengurus kepindahan Gilang. "Aduh, Mas, maaf sekali lagi. Kayaknya nggak bisa. Soalnya itu apartemen mau dipake anak orang yang beli itu. Bulan depan tanggal 7, dia sudah masuk kuliah. Jadinya sebelum itu dia harus pindahan dan prepare semua urusan dia secepatnya. Begitu katanya, Mas!" Kembali Bobby menghela napas panjang. "Oh, iyalah, Pak. Saya nanti koordinasi dulu sama sodara saya itu. Nanti saya kabari lagi perkembangannya ke Bapak," ucap lelaki itu akhirnya. "Oke, Mas Bobby. Maaf sekali lagi. Semoga dimudahkan ya, Mas!" Keduanya pun memutuskan sambungan telepon seluler tersebut. "Aku mesti langsung kasih tahu si Boss ini!" seru Bobby sembari menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jas. Setelah itu, ia langsung menjalankan kembali motor besarnya men

DMCA.com Protection Status