Share

Bab 15

Penulis: Adny Ummi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Loh, Pak. Memangnya ada apa?" tanya Soni heran dengan perubahan sikap Rayyan yang mendadak.

"Wak Isam!" Rayyan memanggil Isam tanpa menjawab pertanyaan Soni.

Tergopoh-gopoh Isam menghampiri ke ruang tamu. "Iya, Mas?"

"Tolong antar Pak Soni ke luar, Wak!" suruh Rayyan kepada Isam.

Soni menatap nanar ke arah sang pengusaha muda nan kaya raya itu. Ia merasa tersinggung karena diusir tanpa penjelasan seperti ini. Akan tetapi, ia cukup tahu diri, ia tidak mau memperpanjang persoalan. Rayyan berhak menolak orang yang mau menyewa rumah itu. Soni pun pergi dari rumah itu dengan rasa kesal dan sekaligus penasaran dengan alasan Rayyan menolaknya.

Rayyan berjalan masuk ke dalam ruang tengah, kemudian mendaratkan bobotnya dengan perasaan yang tak keruan. Bagaimana tidak, ia sangat mengenal perempuan yang fotonya ditunjukkan oleh Soni tadi. Perempuan itu adalah seseorang yang pernah begitu dekat baginya.

Ya, itu adalah Clara. Wanita yang telah ia ceraikan lima tahun lalu.

Wanita c
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Azzurra
amit amit, tapi ada emang ya laki begini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 16

    Setiba Rayyan di rumahnya, ia langsung menuju ke arah bagian belakang. "Eh, Tuan!" Nunung kaget. Ketika ia keluar dari kamar mandi mengambil air untuk mengompres Lestari, tiba-tiba muncul majikannya di depan mata. Rayyan tak menyahut, ia langsung meloyor masuk ke dalam kamar sang istri. Kedua alis tebalnya kontan bertautan satu sama lain. Namun, ia tergamang pada saat melihat Lestari menggigil di pembaringannya. "A–Ampun, Mas ... maafin aku. Aku nggak sengaja, Mas," igau Tari dengan mata terpejam. Tubuhnya meringkuk dalam balutan selimut tebal di sana. Entah mengapa, hati Rayyan merasa sedikit tersentuh melihat pemandangan itu. "Tadi sore Nyonya hampir jatuh pingsan setelah menyiapkan makan malam, Tuan," ungkap Nunung. Rayyan menarik napas berat di tempatnya berdiri. "Sini!" Lelaki arogan itu meminta baskom kecil yang dipegang oleh Nunung. Awalnya sang asisten rumah tangga heran, tetapi akhirnya ia pun menyodorkan apa yang ada di tangannya ke arah sang tuan. "Apa dia sud

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 17

    Tok! Tok! Tok! Terdengar suara ketukan pintu. Rayyan lalu berseru, "Masuk!" Muncullah Nunung dari balik pintu tersebut. Dahinya sontak mengernyit kencang. Wanita tua itu heran dengan bunga-bunga yang berserakan di atas lantai di ruang tersebut. "Besok pagi aja bereskan itu. Sini makanan saya!" titah Rayyan sambil mendudukkan badannya dari rebahan di pinggir ranjangnya. "Ah, iya, Tuan. Ini nasi dan pepes ikan buatan Nyonya tadi sore," ujar Nunung mendekat, lalu meletakkan sebuah nampan yang berisi nasi serta lauk pauk ke atas nakas di samping ranjang besar sang tuan. "Makasih," ucap Rayyan seraya meraih piring nasinya. Lelaki itu menelan air liur karena penampakan ikan pepes dan aroma harumnya yang begitu menggoda, "Tari sudah disiapkan makannya?" "Sudah, Tuan. Tinggal tunggu Nyonya bangun nanti," sahut Nunung. "Oke. Bibi boleh keluar," pungkas Rayyan sembari mulai memasukkan sesendok makanan ke dalam mulutnya. Nunung pun keluar dari kamar tersebut. "Hmm ... enak s

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 18

    "Lusa kamu bawa mobil ke rumah saya, Bob." Rayyan memainkan pulpen di tangannya. "Rumah Boss yang mana?" Tukh! "Akh!" Bobby memegang dahinya yang dilempar pulpen oleh sang atasan. Bibirnya maju satu centi karena terasa sedikit sakit di sana. "Ya rumah yang sekarang saya tinggali!" cetus Rayyan kesal. 'Dasar Bos darting! Salahku apa coba? Wong rumahnya memang banyak! Menjak adiknya meninggoy malah makin parah sifat emosiannya!' omel Bobby dalam hati. "Oke, Boss. Jam berapa?" "Nanti saya kabari lagi. Saya sama Tari bakal pindah ke rumah tua," ujar Rayyan menjelaskan. "Oh, gitu? Rumah tua nggak jadi dikontrakkan?" "Nggak jadi. Ternyata yang mau ngontrak itu calon suami Clara. Si Clara yang bakal tinggal di sana." "Wah! Kok, mantan istri Boss mau aja disewain rumah keluarga mantan suaminya?" tanya Bobby heran. Ia tahu betul soal sejarah hubungan sang boss besar dengan mantan istrinya itu. "Mana saya tahu! Bukan urusan saya!" ketus Rayyan cuek. "Ternyata dunia ini s

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 19

    "Kita mau pindah ke mana, Mas?" tanya Lestari dengan wajah bingung. "Kamu jangan banyak tanya. Saya ini suami, kamu mesti nurut aja, tak perlu banyak cingcong. Intinya kamu kemasin barang-barang kamu, besok tinggal ikut pergi pindah!" Lestari pun menundukkan pandangan. Ia merasa sangat tidak dihargai oleh suaminya. Percuma saja berstatus sebagai istri, tetapi diperlakukan layaknya kacung saja oleh Rayyan. Ia sama sekali tak berhak untuk mendapatkan penjelasan apa pun kalau sudah diperintahkan. "Ini tambahin!" Rayyan menyorong piringnya yang hampir bersih. Seperti biasa, lelaki itu selalu menikmati masakan Lestari yang enak. Bahkan sudah dua hari ini ia sengaja tidak makan malam dulu di luar seperti biasanya, biar terasa lebih nikmat lagi ketika ia makan. Rayyan akan bekerja sampai selesai, baru ia pulang dan makan masakan istrinya. Lagipula lidahnya sudah tidak merasa cocok lagi dengan makanan di luar sana. Ya, untuk apa makan di luar, kalau tidak ada yang seenak makanan di rumah?

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 20

    "Hahahahaaaa! Yang bener, Boss?" Bobby tertawa sumbang sembari melirik ke arah spion melihat wajah Lestari yang menunduk dalam di sana. Andai kata benar, ia tentu sangat senang menerima wanita secantik Lestari. "Iya!" cetus Rayyan lagi, "tapi langkahi dulu mayatku!" lanjut pria itu yang membuat Bobby akhirnya menurunkan kedua sudut bibirnya. Wajah pria 28 tahun itu pun memerah karena malu. Sontak Lestari pun mengangkat kembali pandangan matanya ke arah wajah sang suami yang hanya di lihat dari arah samping belakang. Entah mengapa, lanjutan omongan suaminya itu membuat amarah yang tadinya menggelegak, seolah padam seketika. 'Ah, Mas ... aku kira kamu sekeji itu padaku ...,' bisik hatinya merasa lega. *** "Kalian tidur di kamar ini berdua!" Nunung dan Lestari berpandang-pandangan satu sama lain. Mereka berdua paham, kamar yang ditunjuk oleh Rayyan itu posisinya paling dekat dapur di rumah tua tersebut. Artinya memang kemungkinan besar adalah untuk pembantu. Akan tetapi, me

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 21

    "Saya besok pagi-pagi sekali mesti ke bandara karena ada pertemuan dengan klien di Singapur. Saya harus berangkat ke sana. Kalau orang tuamu mau datang ya datang ajalah! Tapi, saya nggak bakalan ngebatalkan keberangkatan demi keluarga kamu itu!" cetus Rayyan. Sungguh, apabila benar Rayyan punya kepentingan sehingga tidak bisa menyambut orang tuanya, Lestari tidak masalah. Hanya saja cara bicara suaminya itu entah mengapa terasa begitu menusuk, hingga istri mana pun pasti akan tersinggung jika seperti itu. "Mmm, iya, Mas. Kalau Mas nggak bisa menemui ibu dan ayah nggak apa-apa. Mas mau aku masakkan apa nanti malam, Mas? Aku tadi pagi lupa tanya," sahut Lestari tetap berusaha bicara sebaik-baiknya kepada sang suami. "Saya sudah bilang tadi, 'kan? Kamu ini, masih muda udah pikun!" cetus Rayyan keras. Nyuut! Kembali hati Lestari seperti ditusuk-tusuk rasanya. Perih. "Saya malam ini nggak pulang. Terserah kamu mau masak apa aja yang mau kamu makan! Jangan sampai kamu nggak ma

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 22

    "Bagus! Pantes aja Dinar mau ke rumah saya hari ini. Pasti dia mau nyombongin berita itu." Rayyan terkekeh senang. "Ooh, Pak Dinar mau dateng ke rumah Boss?" "Iya, mungkin sekalian mau nengok anak perempuannya." Bobby manggut-manggut. "Mbak Tari kelihatannya jadi istri yang baik ya, Boss? Sering saya lihat dia nyium tangan Boss sebelum Boss pergi," puji Bobby, "aku juga pengen punya istri kayak gitu. Mana cantik banget lagi." "Halah! Baik, baik! Baik apa, kecantikannya buat memperdaya laki-laki? Lihat aja si Gilang itu!" cetus Rayyan tampak kesal. Entah mengapa dirinya tidak suka mendengar Bobby terus saja memuji kecantikan sang istri. Seperti ada yang terbakar di dalam dadanya. "Hmm ... kok, aku jadi ragu kalau Mbak Tari kayak gitu, Boss. Soalnya kalo ketemu saya aja nunduk gitu. Padahal 'kan, aku ganteng gini. Banyak cewek naksir aku, loh. Tapi, Mbak Tari selalu nundukin pandangannya gitu." Plekh! "Auwwh!" Bobby menggosok kepalanya yang dipukul dengan majalah oleh Rayya

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 23

    "Hai ...! Mr. Suryana!" John Harold menjabat tangan Soni dengan semangat. Wanita cantik dengan tampilan seronok yang sedang bersama Soni langsung membulatkan kedua matanya ketika melihat ke arah Rayyan. Meski hanya sebentar kedua mata mereka berserobok, karena wanita itu langsung mengalihkan pandangan dan berbisik kepada lelaki tua di sampingnya. "Aku mau ke toilet, Mas." Ia gegas berjalan menjauh. Dulu bersama Rayyan, Clara tidak pernah memakai pakaian seterbuka itu karena lelaki itu pasti melarangnya. Kini penampilan Clara tak ubahnya seperti wanita malam murahan bagi Rayyan. Clara mengenakan dress setengah paha berwarna merah cabe, kemudian bahu serta dadanya pun terekspos dengan pakaian model sabrina. Sungguh, Clara memang menarik, tetapi jika ingat dengan pengkhianatannya, maka Rayyan merasa sangat dendam. Soni juga terkesiap ketika menoleh ke arah pria yang ada di hadapan John Harold. "Oh, Pak Rayyan Yudistira. Anda rupanya?" Sejurus kemudian lelaki tua itu mengulurkan

Bab terbaru

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 155

    "Loh? Nyonya mau pergi ke mana? Memangnya sudah dibeli rumah barunya?" Nunung bertanya heran, sebab sang majikan wanita berpamitan dengan beberapa koper yang sudah disiapkan di dekat mereka."Iya, Bi. Sudah beli rumah. Tapi, ini nggak langsung pindah ke rumah itu. Saya dan Tari mau ke tempat teman saya dulu." Jawaban itu justru keluar dari lisan Rayyan, "Bibi sementara di sini dulu. Kalau kami sudah benar-benar pindah ke rumah yang baru, Bibi akan saya jemput," lanjut lelaki itu menjelaskan."O–oh, gitu, Tuan?" Meski masih merasa heran karena kepergian majikannya yang mendadak seperti ini, Nunung hanya bisa menuruti.Lestari memilih diam dari tadi, sebab ia mengikuti suaminya saja. Saat ini, ia hanya ingin segera pergi dari rumah itu."Bi, aku pamit dulu ya ...." Lestari mendekati sang ART, kemudian memeluk wanita tua yang selama ini telah ia anggap seperti ibunya sendiri."I–iya, Nya. Hati-hati di jalan. Nyonya kabari saya kalau sudah sampai di rumah temen Tuan ya! Nyonya juga jangan

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 154

    Terdengar suara isakan dari Lestari membuat Rayyan seolah baru tersadar. Lelaki itu kemudian berjalan mendekat ke arah tempat duduk istrinya, lalu merangkul pundak wanita itu. "Tari ... kamu ... nggak apa-apa?" 'Ck! Pertanyaan bodoh! Nggak apa-apa gimana? Dia sedih, Gobl0k!' Batin Rayyan memarahi dirinya sendiri sebab mengucapkan pertanyaan yang ia anggap tidak perlu itu. Lestari bangkit berdiri dengan perlahan-lahan. Kakinya terasa begitu lemas rasanya. Ia lalu berjalan pelan dan lunglai menuju ke arah kamarnya. Rayyan bingung dengan apa yang mesti ia lakukan. Lelaki itu hanya bisa mengiringi sang istri menuju ke arah kamar mereka. Sesampainya di dalam kamar. Lestari menuju ke arah ranjangnya dan merebahkan diri sembari kembali menangis di atas bantalnya. Sungguh, ia merasa begitu sedih, sebab telah membuat Gilang sangat kecewa seperti saat ini. Sementara Rayyan, pria itu hanya bisa duduk di pinggir ranjang tersebut dengan kepala yang terasa berdenyut. Ia benar-benar tidak tahu

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 153

    "Jadi, kamu sudah ingat tentang Tari?" tanya Rayyan tak mau lagi berbasa-basi."Bi, nggak apa-apa, kok. Bibi lanjutin kerjaan Bibi lagi, gih," bisik Lestari lirih ke arah Nunung di sebelahnya."Eeh, i–iya. Baik, Nyonya," sahut Nunung tergagap. Akan tetapi, wanita tua itu tetap menurut. Ia pun berbalik dan melenggang kembali ke teras belakang rumah.Lestari kembali mengarahkan pandangan ke arah Gilang dan juga Rayyan yang tengah berbicara di sana dengan perasaan yang tidak menentu. 'Apa benar, Mas Gilang sudah mengingat tentang kami?' bisik hatinya bertanya-tanya."Yaaah, begitulah. Aku bahkan sudah ingat kata-kata kamu malam itu, Tari." Gilang terus melihat ke arah sang wanita.Lestari mencoba mengingat apa yang pernah ia katakan. "Kata-kataku?" Rayyan ikut menoleh ke arah sang istri dengan sorot penasaran."Ya, kamu ingat di depan Burhan kamu bilang cinta sama Mas, 'kan? Burhan bilang, nggak lama dari berita kematian Mas, kamu memang batal menikah dengan Fadil, si anak kepala desa i

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 152

    Meski hatinya terasa panas, Rayyan hanya bisa menyunggingkan senyuman dengan terpaksa. Ia tidak mau rasa cemburunya itu tertangkap oleh sang istri. "Mudah-mudahan aja rumah yang ditawarkan ke Bobby kemarin cocok buatku dan Lestari nanti," lirih ucapan Rayyan pada diri sendiri. Ya, tadi Bobby bilang mereka sudah janjian untuk melakukan survey ke sebuah rumah besok. Lokasi rumah tersebut hanya sekitar dua puluh menit dari kantor pusat perusahaan Rayyan ini. Memang harganya cukup tinggi, tetapi kalau cocok, Rayyan tidak mau menunda lagi untuk mengurus kepindahannya. Ia ingin segera memboyong Lestari menjauh dari Gilang. 'Kalau lebih lama lagi aku melihat kebersamaan mereka. Aku bisa gila!' keluh pria itu membatin. *** "Kakak iparku ini mau ke mana? Pagi-pagi udah cantik aja?" sapa Gilang, ketika langkah kakinya baru sampai di ruang makan. Ia hendak bergabung dengan Rayyan dan Lestari yang sudah lebih dulu berada di sana. Mata Gilang melirik sebentar melihat ekspresi sang kakak le

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 151

    Lima hari belakangan ini, ketika sedang berada di kantor, Rayyan terlihat gusar dan tidak fokus dengan pekerjaannya. Gilang sudah tiga hari ikut ke kantornya dan belajar bekerja di sana. Ia didampingi langsung oleh Bobby. Lelaki itu terlihat serius dalam belajar. "Bos yakin dengan keputusan akan memberikan posisi CEO pada Mas Gilang?" tanya Bobby kepada sang atasan. Mereka kini sedang berada di ruangan presiden direktur, yakni Rayyan sendiri. Pria itu baru saja menyampaikan kepada asisten setianya untuk mengajari Gilang agar ke depan bisa menduduki posisi CEO yang saat ini dirangkap oleh Rayyan sendiri selain ia juga sebagai owner sekaligus presiden direktur di perusahaan itu. Selama ini Rayyan memang cukup sibuk karena jabatan yang dirangkapnya itu. Meskipun demikian, selama ini ia mampu sebab didukung oleh Bobby yang selalu bisa ia andalkan. "Ya, kamu mesti ajari dia yang bener, Bobb. Gilang sebaiknya tidak usah melanjutkan jadi guru lagi. Aku nggak mau dia dihina orang lagi s

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 150

    Wanita cantik yang kini wajahnya terlihat agak pucat itu mengangguk cepat. Lestari baru sadar kalau tangannya sendiri terasa sangat dingin ketika sang suami meraih dan menggenggamnya saat ini. "Ini jarimu kenapa?" tanya Rayyan ketika melihat dan meraba jari telunjuk tangan kanan Lestari yang dibalut plaster. "Ini, nggak sengaja kena pisau, Mas. Nggak apa-apa, kok! Luka kecil aja." "Kamu lain kali hati-hati," pesan sang suami. Lestari tersenyum kikuk ketika sadar kalau sedari tadi Gilang mencuri-curi pandang ke arahnya. "A–ku siapin makan siang dulu, Mas," ujarnya kepada sang suami seraya berbalik badan dan langsung berjalan ke arah dapur menyusul Nunung. Rayyan menyembunyikan helaan napasnya ketika melihat punggung sang istri yang menjauh. Di dalam hati entah mengapa ia merasa timbul kesedihan. Ia menebak kalau benar, sang istri sepertinya masih menyimpan perasaan kepada adik angkatnya. "Naah, ini diaa! Terima kasih, Bi Nunung yang caeeem ...!" seru Bobby menarik Rayyan kembali

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 149

    "Kenapa sih, Nya? Nyonya sejak pagi tadi keliatan nggak fokus gitu?" tanya Nunung ketika Lestari baru saja menumpahkan air yang ia tuang dari sebuah teko. Sebelumnya Lestari juga tak sengaja mengiris jarinya sendiri ketika menyiangi sayuran. Keduanya memasak lebih banyak hari ini sebab Rayyan tadi malam mengatakan akan membawa Gilang ke rumah tersebut. Ya, sejak itu, entah mengapa Lestari menjadi gugup sendiri. Ia juga heran, sebenarnya apa yang sedang terjadi pada dirinya. Padahal ia yakin, kalau hatinya kini telah dimiliki oleh Rayyan Yudistira, sebagai lelaki yang berstatus suaminya. "E–eh, ma–af, Bi. Biar aku yang bersihkan. Bibi lanjut nata perlengkapan makannya aja!" tukas Lestari sembari meraih gagang pel yang dipegang Nunung dan mulai mengelap air yang membasahi lantai ruang makan tersebut. Nunung pun menghela napas dan melipat bibirnya sejenak. Lalu ia menata piring dan sendok di atas meja makan seperti perintah sang nyonya. "Assalamualaikum." Deg! Degup jantung Lesta

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 148

    Bobby mencebikkan bibirnya. "Nggak ada, Boss. Makanya aku bilang, kayaknya ingatan Mas Gilang masih setengah-setengah," ujar lelaki itu lagi. Rayyan menghela napas sedikit lega. Akan tetapi, kekhawatiran di wajahnya masih menyelimuti. "Gimana kalau suatu saat dia ingat semuanya, ya, Bobb? Apa yang harus saya katakan soal Tari?" Lelaki tampan itu menatap pelas ke arah sang asisten. Ia berharap bisa mendapatkan pencerahan dari Bobby. "Ya mau gimana. Ini sudah takdir, Boss. Sekarang Boss udah nikahin cewek yang Mas Gilang taksir. Mau nggak mau, Mas Gilang juga mesti menerima itu!" Ucapan Bobby terdengar tanpa beban di telinga Rayyan. Rayyan menunduk, kemudian menekan kepala dengan dua tangannya. Entah mengapa kepalanya kini terasa berdenyut tiba-tiba seperti ini. Pikirannya terasa sangat penuh. "Mbak Tari sendiri kira-kira gimana kalau tahu Mas Gilang sebenarnya masih hidup ya, Boss?" tanya Bobby kepada yang atasan yang wajahnya mulai kusut itu. "Tari sudah tahu." "Hah?!" Bobby tam

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 147

    Bobby menghela napas panjang. Ia menimbang-nimbang. "Pak, apa nggak bisa diundur bulan depannya lagi ya, kami keluar dari sana?" Bobby hanya ingin mengantisipasi waktu saja. Khawatir kalau nanti ia butuh waktu lebih lama untuk mengurus kepindahan Gilang. "Aduh, Mas, maaf sekali lagi. Kayaknya nggak bisa. Soalnya itu apartemen mau dipake anak orang yang beli itu. Bulan depan tanggal 7, dia sudah masuk kuliah. Jadinya sebelum itu dia harus pindahan dan prepare semua urusan dia secepatnya. Begitu katanya, Mas!" Kembali Bobby menghela napas panjang. "Oh, iyalah, Pak. Saya nanti koordinasi dulu sama sodara saya itu. Nanti saya kabari lagi perkembangannya ke Bapak," ucap lelaki itu akhirnya. "Oke, Mas Bobby. Maaf sekali lagi. Semoga dimudahkan ya, Mas!" Keduanya pun memutuskan sambungan telepon seluler tersebut. "Aku mesti langsung kasih tahu si Boss ini!" seru Bobby sembari menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jas. Setelah itu, ia langsung menjalankan kembali motor besarnya men

DMCA.com Protection Status