Share

Bab 19

Penulis: Adny Ummi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-13 20:00:37

"Kita mau pindah ke mana, Mas?" tanya Lestari dengan wajah bingung.

"Kamu jangan banyak tanya. Saya ini suami, kamu mesti nurut aja, tak perlu banyak cingcong. Intinya kamu kemasin barang-barang kamu, besok tinggal ikut pergi pindah!"

Lestari pun menundukkan pandangan. Ia merasa sangat tidak dihargai oleh suaminya. Percuma saja berstatus sebagai istri, tetapi diperlakukan layaknya kacung saja oleh Rayyan. Ia sama sekali tak berhak untuk mendapatkan penjelasan apa pun kalau sudah diperintahkan.

"Ini tambahin!" Rayyan menyorong piringnya yang hampir bersih. Seperti biasa, lelaki itu selalu menikmati masakan Lestari yang enak. Bahkan sudah dua hari ini ia sengaja tidak makan malam dulu di luar seperti biasanya, biar terasa lebih nikmat lagi ketika ia makan.

Rayyan akan bekerja sampai selesai, baru ia pulang dan makan masakan istrinya. Lagipula lidahnya sudah tidak merasa cocok lagi dengan makanan di luar sana. Ya, untuk apa makan di luar, kalau tidak ada yang seenak makanan di rumah?
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 20

    "Hahahahaaaa! Yang bener, Boss?" Bobby tertawa sumbang sembari melirik ke arah spion melihat wajah Lestari yang menunduk dalam di sana. Andai kata benar, ia tentu sangat senang menerima wanita secantik Lestari. "Iya!" cetus Rayyan lagi, "tapi langkahi dulu mayatku!" lanjut pria itu yang membuat Bobby akhirnya menurunkan kedua sudut bibirnya. Wajah pria 28 tahun itu pun memerah karena malu. Sontak Lestari pun mengangkat kembali pandangan matanya ke arah wajah sang suami yang hanya di lihat dari arah samping belakang. Entah mengapa, lanjutan omongan suaminya itu membuat amarah yang tadinya menggelegak, seolah padam seketika. 'Ah, Mas ... aku kira kamu sekeji itu padaku ...,' bisik hatinya merasa lega. *** "Kalian tidur di kamar ini berdua!" Nunung dan Lestari berpandang-pandangan satu sama lain. Mereka berdua paham, kamar yang ditunjuk oleh Rayyan itu posisinya paling dekat dapur di rumah tua tersebut. Artinya memang kemungkinan besar adalah untuk pembantu. Akan tetapi, me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 21

    "Saya besok pagi-pagi sekali mesti ke bandara karena ada pertemuan dengan klien di Singapur. Saya harus berangkat ke sana. Kalau orang tuamu mau datang ya datang ajalah! Tapi, saya nggak bakalan ngebatalkan keberangkatan demi keluarga kamu itu!" cetus Rayyan. Sungguh, apabila benar Rayyan punya kepentingan sehingga tidak bisa menyambut orang tuanya, Lestari tidak masalah. Hanya saja cara bicara suaminya itu entah mengapa terasa begitu menusuk, hingga istri mana pun pasti akan tersinggung jika seperti itu. "Mmm, iya, Mas. Kalau Mas nggak bisa menemui ibu dan ayah nggak apa-apa. Mas mau aku masakkan apa nanti malam, Mas? Aku tadi pagi lupa tanya," sahut Lestari tetap berusaha bicara sebaik-baiknya kepada sang suami. "Saya sudah bilang tadi, 'kan? Kamu ini, masih muda udah pikun!" cetus Rayyan keras. Nyuut! Kembali hati Lestari seperti ditusuk-tusuk rasanya. Perih. "Saya malam ini nggak pulang. Terserah kamu mau masak apa aja yang mau kamu makan! Jangan sampai kamu nggak ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 22

    "Bagus! Pantes aja Dinar mau ke rumah saya hari ini. Pasti dia mau nyombongin berita itu." Rayyan terkekeh senang. "Ooh, Pak Dinar mau dateng ke rumah Boss?" "Iya, mungkin sekalian mau nengok anak perempuannya." Bobby manggut-manggut. "Mbak Tari kelihatannya jadi istri yang baik ya, Boss? Sering saya lihat dia nyium tangan Boss sebelum Boss pergi," puji Bobby, "aku juga pengen punya istri kayak gitu. Mana cantik banget lagi." "Halah! Baik, baik! Baik apa, kecantikannya buat memperdaya laki-laki? Lihat aja si Gilang itu!" cetus Rayyan tampak kesal. Entah mengapa dirinya tidak suka mendengar Bobby terus saja memuji kecantikan sang istri. Seperti ada yang terbakar di dalam dadanya. "Hmm ... kok, aku jadi ragu kalau Mbak Tari kayak gitu, Boss. Soalnya kalo ketemu saya aja nunduk gitu. Padahal 'kan, aku ganteng gini. Banyak cewek naksir aku, loh. Tapi, Mbak Tari selalu nundukin pandangannya gitu." Plekh! "Auwwh!" Bobby menggosok kepalanya yang dipukul dengan majalah oleh Rayya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 23

    "Hai ...! Mr. Suryana!" John Harold menjabat tangan Soni dengan semangat. Wanita cantik dengan tampilan seronok yang sedang bersama Soni langsung membulatkan kedua matanya ketika melihat ke arah Rayyan. Meski hanya sebentar kedua mata mereka berserobok, karena wanita itu langsung mengalihkan pandangan dan berbisik kepada lelaki tua di sampingnya. "Aku mau ke toilet, Mas." Ia gegas berjalan menjauh. Dulu bersama Rayyan, Clara tidak pernah memakai pakaian seterbuka itu karena lelaki itu pasti melarangnya. Kini penampilan Clara tak ubahnya seperti wanita malam murahan bagi Rayyan. Clara mengenakan dress setengah paha berwarna merah cabe, kemudian bahu serta dadanya pun terekspos dengan pakaian model sabrina. Sungguh, Clara memang menarik, tetapi jika ingat dengan pengkhianatannya, maka Rayyan merasa sangat dendam. Soni juga terkesiap ketika menoleh ke arah pria yang ada di hadapan John Harold. "Oh, Pak Rayyan Yudistira. Anda rupanya?" Sejurus kemudian lelaki tua itu mengulurkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 24

    "Boss, kenapa kayaknya diam aja dari kemarin?" tanya Bobby kepada atasannya. Ya, semenjak mereka pulang dari club tadi malam, Rayyan tak banyak bicara. Meskipun memang pria itu mempunyai karakter pendiam, tetapi jika bersama Bobby, Rayyan biasa mencandai bawahannya itu. "Aku cuma kepikiran sama si Clara," sahut Rayyan. Keduanya kini sedang dalam perjalanan menuju ke kediaman Rayyan, setelah perjalanan dari Singapura menggunakan jet pribadi Rayyan. Bobby mencebikkan bibirnya mendengar apa yang sang atasan sampaikan. Sudah ia duga, ini ada hubungannya dengan Clara. "Bagaimana dia bisa menikah dengan Soni? Padahal dulu dia selalu mengincar pria yang muda, yaa ... setidaknya seumuran denganku dan dirinya sendiri," ungkap Rayyan. Bobby melirik sebentar ke arah spion mobil di depannya, dan melihat bayangan sang boss besar. "Oh, gitu, Boss? Dulu seleranya yang lebih muda ya?" tanyanya memastikan. Ia tidak begitu mengenal Clara secara pribadi sebab ia bekerja dengan Rayyan setelah p

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 25

    "Boss, kita sudah sampai!" Rayyan terkesiap mendengar seruan Bobby. Ia yang tadi melamun pun seolah tersadar dari ingatan buruk masa lalunya. Bobby dan sopir perusahaan keluar dari pintu depan. Sang sopir lalu mengeluarkan koper milik Rayyan dan memanggul benda itu sampai di teras rumah dan di depan pintunya. Rayyan menyusul ke arah sana, dan tiba-tiba pintu rumah terbuka. Ternyata Lestari yang membuka pintu itu. "Mas sudah pulang?" Bibir perempuan itu tersenyum menyambut sang suami. Sedetik saja Rayyan seakan tertegun dengan senyum manis istri cantiknya itu. Kemudian ia tersadar ketika Lestari meraih tangannya dan mencium punggung telapak tangan itu. "Assalamualaikum, Mas," ucap sang wanita. "Wa alaikumus sallam," jawab Rayyan singkat. "Eehh, Mas Rayyan sudah datang ya?" Rayyan terkesiap sebab tiba-tiba muncul dari balik pintu itu, Dinar Abdullah yang disusul oleh istrinya, Nurmala. Pria itu pun menarik kedua sudut bibirnya dengan kagok. "Kalian eh, maksud saya, Ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 26

    Telapak tangan Rayyan menggerayang di atas paha sang wanita yang tertutup dengan kain daster berbahan rayon itu. Sementara Lestari menggenggam tangannya sendiri sembari menahan sensasi yang sangat aneh di dalam dirinya. Tidak pernah ia berada dalam keadaan seperti demikian dengan seorang pria pun sebelumnya. Gerahamnya mengetat, dan bulu romanya kontan berdiri tegak. Sebelah sudut bibir Rayyan tertarik ke atas. "Kenapa?" tanya pria itu dengan tatapan tajam menusuk hingga palung hati sang wanita. Lestari menunduk dalam-dalam. Sungguh daging merah di dalam dadanya terasa berdebar-debar dengan apa yang Rayyan lakukan saat ini. Kemudian Rayyan mengangkat dagu sang wanita, lantas mengarahkan ke wajah yang terlihat sangat takut itu kepadanya. "Kamu sudah pernah ciuman ya?" tebak pria itu sembari membelai bibir kemerahan Lestari dengan ibu jarinya. Lestari menggelengkan kepalanya sangat pelan. Hatinya benar-benar gugup diperlakukan demikian. Ia tidak suka. Rayyan terkekeh. "Bohon

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 27

    "Mas, tanah saya yang satu lagi sudah di-DP sama orang," ungkap Dinar sembari menarik kedua sudut bibirnya ke atas di sela-sela makan malam mereka. Rayyan menghentikan gerakan makannya sejenak, kemudian menaikkan kedua alisnya menoleh ke arah sang mertua. "Oh, ya?" Pria itu pura-pura baru dengar berita tersebut, padahal ia sudah tahu dari Bobby. Dinar kembali menyunggingkan senyuman semakin lebar. "Iya, Mas. Alhamdulillah, artinya pekerjaan kita yang tertunda bakal bisa dilanjutkan lagi." Nurma dan Lestari hanya menyimak sembari menikmati makan malam mereka. Nurma terlihat ikut tersenyum melihat kebahagiaan di wajah sang suami ketika menceritakan berita gembira itu kepada sang menantu. "Bagus kalau gitu, Pak. Menurut Bapak kapan rencananya kita bisa mulai pembangunan?" tanya Rayyan sembari melanjutkan suapannya. "Nanti bulan depan dia bakal membayar pelunasannya, Mas. Begitu kata orang yang bersangkutan. Setelah itu boleh dimulai pembangunannya, Mas," pungkas Dinar melanjut

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-21

Bab terbaru

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 158

    "Oh, iya. Baik, Pak Gilang." Fatir pun bangkit dari duduknya dan lelaki itu mengangguk ke arah Rayyan yang memasang wajah dingin seperti biasanya itu untuk berpamitan. "Permisi, Pak Rayyan ...," ucapnya."Silakan!" sahut Rayyan singkat.Setelah Fatir pergi, Gilang menoleh tanpa melihat wajah sang kakak. "Kenapa?" tanyanya tak mau berbasa-basi."Abang senang kamu nggak bawa urusan pribadi kita ke pekerjaan dan masih mau masuk kerja," ujar Rayyan kepada adiknya."Aku bukan anak kecil yang merajuk mainannya diambil," cetus Gilang dengan nada dingin.Rayyan melipat bibirnya. "Kamu masu marah?" Lelaki itu menatap lekat ke arah adik kesayangannya. "Sudahlah, toh, kalian sudah pergi dari rumahku, 'kan? Mana tanpa pamit!" sindir Gilang."Abang bukan nggak mau pamit. Lagian barang-barang kami masih ada di sana. Nanti juga Abang mau jemput Bi Nunung.""Oke, bawa aja semua barang-barang kalian." Gilang masih tidak mau melihat wajah kakaknya. Sungguh, di dalam hatinya kini bercampur perasaan kec

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 157

    Setelah makan siang di rumah Bobby, Rayyan dan Lestari memutuskan untuk berbelanja berbagai macam furniture untuk mengisi rumah baru mereka. Akan tetapi, keduanya masih memutuskan untuk menginap di rumah Bobby di malam harinya."Kenapa kita nggak nginap di hotel aja sih, Mas? Aku nggak enak sama Mas Bobby," ucap Lestari setelah merebahkan badan ke atas ranjang.Rayyan menyusul ikut merebah di samping wanita cantik itu. "Bawaan kita banyak, jadi nggak leluasa kalau ke hotel. Lagian kita di sini hanya semalam aja. 'Kan, kita sudah sedikit mengisi rumah baru kita tadi," sahut lelaki itu.Lestari menghela napas, kemudian mengangguk memahami. "Besok pagi-pagi ya, Mas, kita pindahnya. Aku nggak mau terlalu lama ngerepotin di rumah ini," pungkas Lestari lagi."Oke," jawab Rayyan singkat.Lestari kemudian beringsut merapatkan tubuhnya pada sang suami. Ia ingin memeluk pria kesayangannya itu demi sedikit meredakan sebak di dada, sebab masih terus terngiang-ngiang dengan ucapan dan tudingan dar

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 156

    Di tempat yang berbeda, Harun baru saja selesai bertransaksi kepada seorang pemilik toko buah di pasar kota. Ketika pria tua itu hendak kembali menuju parkiran mobil pick-up milik temannya yang mengangkut hasil panen pepaya, tak sengaja matanya menangkap sesosok yang seperti tak asing baginya. Orang itu sedang berbelanja sayur-mayur bersama seorang wanita di sampingnya. Kedua alis Harun bertaut kencang. "Itu ... itu bukannya bapak-bapak yang pernah menabrak Ardi?" bisiknya pada diri sendiri. Setelah meyakinkan diri, Harun melangkahkan kakinya dengan lebih kencang menuju ke arah sana. Tangannya kemudian terulur ke pundak pria yang tengah memilah sayuran tersebut. Kontan saja pria itu menoleh ke arah Harun. "Pak Harun?" ucapnya menyebut nama pria tua itu. Dengan sangat tipis Harun berusaha menarik kedua sudut bibirnya. Jantungnya sedikit berdebar sebab rasa yang membuncah. Ia yakin, pria di hadapannya ini bisa membawanya bertemu kembali dengan cucu menantunya yang selama ini dicari

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 155

    "Loh? Nyonya mau pergi ke mana? Memangnya sudah dibeli rumah barunya?" Nunung bertanya heran, sebab sang majikan wanita berpamitan dengan beberapa koper yang sudah disiapkan di dekat mereka."Iya, Bi. Sudah beli rumah. Tapi, ini nggak langsung pindah ke rumah itu. Saya dan Tari mau ke tempat teman saya dulu." Jawaban itu justru keluar dari lisan Rayyan, "Bibi sementara di sini dulu. Kalau kami sudah benar-benar pindah ke rumah yang baru, Bibi akan saya jemput," lanjut lelaki itu menjelaskan."O–oh, gitu, Tuan?" Meski masih merasa heran karena kepergian majikannya yang mendadak seperti ini, Nunung hanya bisa menuruti.Lestari memilih diam dari tadi, sebab ia mengikuti suaminya saja. Saat ini, ia hanya ingin segera pergi dari rumah itu."Bi, aku pamit dulu ya ...." Lestari mendekati sang ART, kemudian memeluk wanita tua yang selama ini telah ia anggap seperti ibunya sendiri."I–iya, Nya. Hati-hati di jalan. Nyonya kabari saya kalau sudah sampai di rumah temen Tuan ya! Nyonya juga jangan

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 154

    Terdengar suara isakan dari Lestari membuat Rayyan seolah baru tersadar. Lelaki itu kemudian berjalan mendekat ke arah tempat duduk istrinya, lalu merangkul pundak wanita itu. "Tari ... kamu ... nggak apa-apa?" 'Ck! Pertanyaan bodoh! Nggak apa-apa gimana? Dia sedih, Gobl0k!' Batin Rayyan memarahi dirinya sendiri sebab mengucapkan pertanyaan yang ia anggap tidak perlu itu. Lestari bangkit berdiri dengan perlahan-lahan. Kakinya terasa begitu lemas rasanya. Ia lalu berjalan pelan dan lunglai menuju ke arah kamarnya. Rayyan bingung dengan apa yang mesti ia lakukan. Lelaki itu hanya bisa mengiringi sang istri menuju ke arah kamar mereka. Sesampainya di dalam kamar. Lestari menuju ke arah ranjangnya dan merebahkan diri sembari kembali menangis di atas bantalnya. Sungguh, ia merasa begitu sedih, sebab telah membuat Gilang sangat kecewa seperti saat ini. Sementara Rayyan, pria itu hanya bisa duduk di pinggir ranjang tersebut dengan kepala yang terasa berdenyut. Ia benar-benar tidak tahu

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 153

    "Jadi, kamu sudah ingat tentang Tari?" tanya Rayyan tak mau lagi berbasa-basi."Bi, nggak apa-apa, kok. Bibi lanjutin kerjaan Bibi lagi, gih," bisik Lestari lirih ke arah Nunung di sebelahnya."Eeh, i–iya. Baik, Nyonya," sahut Nunung tergagap. Akan tetapi, wanita tua itu tetap menurut. Ia pun berbalik dan melenggang kembali ke teras belakang rumah.Lestari kembali mengarahkan pandangan ke arah Gilang dan juga Rayyan yang tengah berbicara di sana dengan perasaan yang tidak menentu. 'Apa benar, Mas Gilang sudah mengingat tentang kami?' bisik hatinya bertanya-tanya."Yaaah, begitulah. Aku bahkan sudah ingat kata-kata kamu malam itu, Tari." Gilang terus melihat ke arah sang wanita.Lestari mencoba mengingat apa yang pernah ia katakan. "Kata-kataku?" Rayyan ikut menoleh ke arah sang istri dengan sorot penasaran."Ya, kamu ingat di depan Burhan kamu bilang cinta sama Mas, 'kan? Burhan bilang, nggak lama dari berita kematian Mas, kamu memang batal menikah dengan Fadil, si anak kepala desa i

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 152

    Meski hatinya terasa panas, Rayyan hanya bisa menyunggingkan senyuman dengan terpaksa. Ia tidak mau rasa cemburunya itu tertangkap oleh sang istri. "Mudah-mudahan aja rumah yang ditawarkan ke Bobby kemarin cocok buatku dan Lestari nanti," lirih ucapan Rayyan pada diri sendiri. Ya, tadi Bobby bilang mereka sudah janjian untuk melakukan survey ke sebuah rumah besok. Lokasi rumah tersebut hanya sekitar dua puluh menit dari kantor pusat perusahaan Rayyan ini. Memang harganya cukup tinggi, tetapi kalau cocok, Rayyan tidak mau menunda lagi untuk mengurus kepindahannya. Ia ingin segera memboyong Lestari menjauh dari Gilang. 'Kalau lebih lama lagi aku melihat kebersamaan mereka. Aku bisa gila!' keluh pria itu membatin. *** "Kakak iparku ini mau ke mana? Pagi-pagi udah cantik aja?" sapa Gilang, ketika langkah kakinya baru sampai di ruang makan. Ia hendak bergabung dengan Rayyan dan Lestari yang sudah lebih dulu berada di sana. Mata Gilang melirik sebentar melihat ekspresi sang kakak le

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 151

    Lima hari belakangan ini, ketika sedang berada di kantor, Rayyan terlihat gusar dan tidak fokus dengan pekerjaannya. Gilang sudah tiga hari ikut ke kantornya dan belajar bekerja di sana. Ia didampingi langsung oleh Bobby. Lelaki itu terlihat serius dalam belajar. "Bos yakin dengan keputusan akan memberikan posisi CEO pada Mas Gilang?" tanya Bobby kepada sang atasan. Mereka kini sedang berada di ruangan presiden direktur, yakni Rayyan sendiri. Pria itu baru saja menyampaikan kepada asisten setianya untuk mengajari Gilang agar ke depan bisa menduduki posisi CEO yang saat ini dirangkap oleh Rayyan sendiri selain ia juga sebagai owner sekaligus presiden direktur di perusahaan itu. Selama ini Rayyan memang cukup sibuk karena jabatan yang dirangkapnya itu. Meskipun demikian, selama ini ia mampu sebab didukung oleh Bobby yang selalu bisa ia andalkan. "Ya, kamu mesti ajari dia yang bener, Bobb. Gilang sebaiknya tidak usah melanjutkan jadi guru lagi. Aku nggak mau dia dihina orang lagi s

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 150

    Wanita cantik yang kini wajahnya terlihat agak pucat itu mengangguk cepat. Lestari baru sadar kalau tangannya sendiri terasa sangat dingin ketika sang suami meraih dan menggenggamnya saat ini. "Ini jarimu kenapa?" tanya Rayyan ketika melihat dan meraba jari telunjuk tangan kanan Lestari yang dibalut plaster. "Ini, nggak sengaja kena pisau, Mas. Nggak apa-apa, kok! Luka kecil aja." "Kamu lain kali hati-hati," pesan sang suami. Lestari tersenyum kikuk ketika sadar kalau sedari tadi Gilang mencuri-curi pandang ke arahnya. "A–ku siapin makan siang dulu, Mas," ujarnya kepada sang suami seraya berbalik badan dan langsung berjalan ke arah dapur menyusul Nunung. Rayyan menyembunyikan helaan napasnya ketika melihat punggung sang istri yang menjauh. Di dalam hati entah mengapa ia merasa timbul kesedihan. Ia menebak kalau benar, sang istri sepertinya masih menyimpan perasaan kepada adik angkatnya. "Naah, ini diaa! Terima kasih, Bi Nunung yang caeeem ...!" seru Bobby menarik Rayyan kembali

DMCA.com Protection Status