Share

Nathan & Veera (INDONESIA)
Nathan & Veera (INDONESIA)
Penulis: SIM

1. Kampus.

Penulis: SIM
last update Terakhir Diperbarui: 2021-01-11 10:26:25

Bukan rahasia umum lagi kalau Veera sangat membenci dosen muda itu. Alasannya apa? Entahlah. Tak ada yang tahu, dan mereka tentu tak mau tahu.

Nathan adalah salah satu dosen terfavorit mahasiswi di sini. Dia masih muda dan cerdas. Keluarganya pemilik Universitas Andalas ini, di tempat itu juga Veera melanjutkan study S1-nya sekarang.

Pagi ini Veera melangkahkan kakinya dengan malas mengekor Nathan. Mungkin lebih tepatnya dia menyeret kakinya hingga menimbulkan bunyi agak mengganggu.

Srekkk!

Ah, orang ini lagi! batin Veera jengkel menatap benci pria di depannya.

Entah masih bisa dibilang terlambat atau tidak, yang jelas Veera tidak pernah datang tepat waktu semenjak beberapa bulan yang lalu. Ketika Nathan menjabat sebagai salah satu dosen di kampus ini. Veera selalu menghadiri kelas dengan seenaknya, tanpa mengikuti jadwal atau aturan yang berlaku. Masuk kelas jika hanya moodnya bagus, tapi di bangku belakang dia cuma sibuk main ponsel.

Veera benci jika mendengarkan ocehan 'sok menggurui' dari Nathan. Benci berdekatan dengan Nathan, dan intinya ia itu muak jika harus memandang wajah Nathan.

Berbeda dengan mahasiswi yang lain, mereka akan senang ketika Nathan, dosen dengan sejuta pesona itu berdiri di depan mengoceh sambil menjelaskan materi. Walaupun saat mengajar Nathan tidak bisa dibilang dosen yang sabar. Nathan adalah dosen yang tegas, berwibawa, dan killer.

"Heh, lo nggak ada kapok-kapoknya, ya, masuk kelas telat mulu. Hobi banget dihukum sama tuh dosen uwuwuuu aku," bisik Sindy sahabatnya yang duduk bersebelahan dengan Veera.

Jijik! Pria bertampang sengak kayak gitu dikatain ganteng! batin Veera jengkel. 

"Biarin! Biarin gue dikeluarin dari kampus sekalian. Biar dia puas!" balas Veera judes. Sindy bergidik ngeri, ia menjauhka wajahnya dari amukan Veera.

Masa lalu yang telah mengubah sudut pandang Veera. Masa lalu yang selalu menghantuinya dan membayanginya hingga saat ini. Mebuat dia terlibat konfik batin yang berkempanjangan.

"Tumben kamu masuk. Saya pikir kamu tidak ingin berkuliah di sini lagi," sindir Nathan sakartis. Dia berdiri di depan papan tulis menatap Veera tajam. Sedangkan Veera hanya mendengus tidak menghiraukan perkataan dan tatapan menusuk dari Nathan. Seolah tak ada yang menarik sama sekali.

Dengan santai Veera mengambil buku catatannya dan melempar santai alat tulisnya diatas meja. Ketara sekali kalau  ia sedang memancing emosi sang dosen.

Benar saja, dari tadi ada seseorang yang tengah menahan amarah karena merasa diremehkan keberadaannya. Sang dosen tetaplah manusia biasa, yang tiap hari harus menahan emosi akibat ulah murid didiknya yang paling "bandel" itu. Bisa-bisa kalau setiap hari begini urat nadinya bakal putus.

Nathan membuka suara untuk memulai pelajaran hari ini. Pria itu memimpin doa suapaya pelajaran berjalan dengan baik.

Pelajaran baru berjalan setengah jam.

"Kalau kamu tidak niat belajar, lebih baik kamu keluar dari mata kuliah saya, Veera!" bentak Nathan penuh emosi.

Veera yang sedari tadi memilih bungkam kini siap mengeluarkan sumpah-serapahnya namun dengan cara elegan, "maaf, Pak dosen, apakah anda tidak lihat hari ini saya berada didepan anda ingin menuntut ilmu dengan bersungguh-sungguh. Apakah saya terlihat main-main?"

Seisi kelas menatap ngeri kearah Veera. Adegan ini mulai memanas. Bagaimanapun juga Veera saat ini terlihat sangat menakutkan.

"Bersikaplah sopan kepada dosenmu, Veera! Kalau tidak...."

"Kalau tidak kenapa?!" potong Veera dengan berani. Nathan hanya diam tak mau menanggapi, walau hatinya sedang menahan amarah yang siap meledak kapanpun. Nathan tau kapan saatnya dia harus ekstra sabar.

Kalau sudah begini seisi ruang selalu senyap. Tidak ada yang berani membuka suara. Keadaan mencekam.

"Maaf, Pak, saya tidak akan mengulanginya lagi," seru Veera dengan intonasi yang agak rendah. Veera sadar kalau ia memang sudah sangat keterlaluan tadi. Namun tetap saja logatnya terlihat tidak iklas.

"Saya pengang kata-katamu." Nathan balas menatap Veera datar.

Tidak lama acara mengajarpun dimulai.

Semua menyimak apa yang telah dijelaskan Nathan didepan. Termasuk dengan Veera, ah tidak sepertinya dia bukan hanya mendengarkan tapi dia juga sibuk mencorat-coret dibukunya.

Orang lain pasti mengira Veera sedang mencatat apa yang dijelaskan Nathan, tapi asal kalian tahu, Veera tengah sibuk menggambar monster diatas kertas bewarna putih itu dengan pulpen yang menari-nari disana.

Dua jam lebih sepuluh menit. Kelas sudah bubar dari tadi. Hanya tinggal beberapa orang yang masih bercengkrama dengan teman di sebelahnya. Veera sendiri sedang fokus mengutak-ngatik ponselnya. Dia tidak sadar sedari tadi sedang diawasi oleh seseorang dari mejanya.

"Veera!"

"Ya?!" Veera menoleh kearah sumber suara yang sedang memanggilnya. Nathan, dia berdiri sambil memengang beberapa berkas. Namun beberapa barang seperti laptop, buku, dan tas besar masih tergeletak diatas meja.

Veera paham Nathan sedang memberikan kode meminta bantuan. Dia tidak bisa membawa beberapa barang sendiri dan membutuhkan satu orang lagi untuk membawanya.

"Tolong bawakan ini keruangan saya!" perintah Nathan sambil memperlihatkan barang bawaannya.

"Suruh saja yang lain!"

Sayangnya Veera menolaknya mentah-mentah dengan tatapan permusuhannya. Disaat yang lain akan dengan senang membantu dosen untuk mencari nilai tambah. Beberapa manusia yang masih berada didalam sana hanya diam menyaksikan perdebatan mereka lagi.

"Tolong lebih sopan sedikit!"

"Maaf, Pak, saya ada keperluan mendadak." 

Dengan penuh penghormatan dan penekanan Veera langsung pergi meninggalkan Nathan yang menggeram kesal dan beberapa orang yang masih melongo menyaksikan mereka.

"Saya bantu ya, Pak!" seru Maya yang kebetulan duduk dibangku paling depan. 

Nathan menghebuskan nafas pasrahnya. Untung masih ada orang lain yang peduli dengan keadaan Nathan. Walaupun sebenarnya Nathan ingin berbicara empat mata dengan Veera yang berakhir dengan kegagalan. 

***

Selesai memarkirkan mobilnya, Veera memasuki rumah dengan perasaan dongkol yang jelas ketara sekali diraut wajahnya. Di ruang tamu sudah menunggu kedua orang tuanya yang sibuk mengobrol di sofa.

Tumben Papa dan Mama ada dirumah, pikirnya. 

Tapi dengan cuek Veera melangkahkan kakinya menuju kamarnya sebelum suara berat seseorang menginterupsinya.

"Veera, Papa sama Mama mau bicara sama kamu, Nak," Veera menghentikan langkahnya ketika dia hampir menginjak satu anak tangga. Dengan cemas dia mentatap kedua orang tuanya.

"Soal apa, Pa?"

"Kamu ada masalah lagi di Kampus?" tanya Anton- papanya-to the poin. Veera mengernyit, di Kampus dia tidak pernah memilik masalah, apalagi yang terlalu serius sehingga harus melibatkan kedua orang tuanya seperti ini.

Tapi, kalau tentang masalahnya dengan Nathan. Maka jawabannya adalah...

'Ya'

"Enggak kok, nggak ada apa-apa," dustanya.

"Katanya kamu telat lagi," kali ini Anita-mamanya- ikut menimpali. Bahkan sudah menjadi fakta kalau Veera selalu telat masuk kuliah.

"Oh, tadi Veera..... ban mobil Veera bocor, makannya telat, Ma."

"Kalau kemarin?" Kali ini Anton yang bertanya. Kemarin Veera membolos lagi karena lapar dia pergi ke kantin dan malas untuk kembali ke kelas.

"Kemarin Veera kesasar, Pa, kelasnya pindah?" balas Veera cuek.

Anton menghela nafas letih. 

"Veera, sampai kapan kamu begini terus? Kapan kamu mau berubah dan menerimanya?" Anita menatap Veera sedih. Dia juga tahu apa yang dirasakan oleh anaknya itu, tapi sampai kapan dia harus bersikap seperti itu terus. Kapan dia mau berdamai dengan masa lalunya.

Sekuat apapun Veera melupakan masa lalunya itu, kenyataannya dia tetap tidak bisa melupakannya. Terlalu banyak kebahagiaan yang dia dapatkan ketika dulu. Tapi tidak lama setelah itu, kebahagiaannya harus lenyap melebur dengan kekecewaan dan kehampaan.

Siapapun tahu bagaimana rasa sakitnya bagaimana masa depanmu hancur. Sesuatu yang berharga dalam dirimu direnggut begitu saja.

"Veera, ingat kamu sudah memiliki anak dari Nathan, kan!"

Veera kembali tercengang. Benar sekali dia dan Nathan telah menikah, tapi itu semua bukan kehendaknya, melainkan karena terpaksa. Dia sama sekali tidak mencintai pria itu. Memory tentang masa lalunya kembali berputar, mengingat semuanya hanya membuat dadanya sesak.

"Veera nggak akan berubah, Ma. Veera benci Nathan sampai kapanpun!" serunya sambil berlari menuju kamarnya.

Bab terkait

  • Nathan & Veera (INDONESIA)    2. Nathan.

    "Veera Zasvika Anthony!""Ah, iya Pak?""Kamu melamun lagi?"Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan. Veera kali ini kepergok sedang melamun sambil menatap kosong keluar jendela. Namun bukan Veera namanya kalau dia tidak bisa mengelak."Tidak, hanya tidur sebentar," balasnya acuh. Veera berbicara tanpa menatap lawan bicaranya. Pikirannya benar-benar kacau. Padahal tadi pagi dia sudah merencanakan untuk membolos, tapi karena kedua oramg tuanya mengancam akan mengambil semua fasilitasnya Veera jadi mengurungkan niat buruknya itu.Hanya dengan cara pergi ke kampus untuk menyelamatkan semua fasilitasnya, maka itu akan dilakukan. Tapi tidak menyelamatkan dia dari pria didepannya yang tengah menatapnya dengan ganas.Tidak apa, itu bukanlah masalah yang terlalu serius baginya.Sesaat Veera menatap Nathan sambil bergidik ngeri. Pria itu benar-benar mirip papa

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-11
  • Nathan & Veera (INDONESIA)    3. Maaf.

    Sudah seminggu ini Veera tidak mengikuti kelas Nathan. Perempuan itu masih kesal dengan dosennya itu. Perlakuan yang dia dapat beberapa waktu lalu dari Nathan sangatlah melukai hatiknya.Berani-beraninya dia ngusir gue.Batin Veera menggeram kesal.Veera menupang dagunya di atas meja dengan malas. Kantin sepi. Dia menunggu Sindy yang belum juga datang. Sedari tadi, tidak henti-hentinya dia menggerutu.Apa mungkin kelasnya belum bubar.Veera mengerutu kesal. Hampir satu jam lebih dia berada disini, dan hampir seminggu dia seperti ini. Bolos ke kantin atau kalau tidak dia pergi ke kafe yang dekat dengan area kampus.Veera membenarkan posisi duduknya ketika seseorang menepuk pundaknya pelan.Pasti Sindy,pikirnya girang."Lo, lama banget sih, Sin!""Veera, aku mau minta maaf."Veera melotot horor saat mengetahui seseorang yang datang ternyata

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-11
  • Nathan & Veera (INDONESIA)    4. Mimpi Buruk.

    "Nathan, i-ini kampus," seru Veera setengah menahan ketakutannya.Nathan menatap tajam pada Veera dengan penuh nafsu. Entah sejak kapan Nathan sudah mengurung Veera dengan kedua tangannya, hingga Veera tidak bisa berkutik. "Tolong menjauh atau aku bakalan teriak!""Biarkan saja, ini kampusku, Sayang. Apa kamu lupa, hm?" bisik Nathan tepat ditelinga Veera. Nafas hangat pria itu menjalar disekitar lehernya. Memberikan sensasi yang sangat berbahaya.Veera bergidik ngeri merasakan sengatan listrik disekujur tubuhnya. Tidak terasa air matanya menetes. Perempuan itu begitu ketakutan sekarang. Nathan sekarang adalah pria yang berbeda, dia tidak mengenal Nathan yang sekarang. Pria itu berbahaya."Nathan, please jangan lakuin ini lagi!" pinta Veera memohon supaya dilepaskan. Veera benar-benar ketakutan, kejadian beberapa tahun lalu terulang kembali. Banyangan ketakutannya dulu masih terekam jelas diingatannya. Dia benar-bena

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-11
  • Nathan & Veera (INDONESIA)    5. Terjebak.

    Sebelum memasuki mobil, Nathan lebih dulu mengirimkan pesan kepada Veera lewat Whatshapp. Pria itu berharap Veera segera membalas pesannya walau itu sangat mustahil.Tapi mencoba berharap kepada keberuntungan tidak ada salahnyakan.Andai Veera sudi membaca pesannya saja sudah membuatnya senang.Nathan menjalankan mobilnya pelan sambil mengamati pinggir jalan raya, berharap menemukan Veera. Tujuannya kampus. Menurut instingnya Veera berada disana.Nathan terus menyusuri jalan raya yang mulai ditetesi air hujan. Walau hujan tidak begitu deras, tapi itu sangat mengganggu penglihatannya dikarenakan para pejalan kaki di pinggir jalan raya tidak ada yang lewat satupun, semua orang lebih memilih beredup di tempat yang teduh daripada kehujanan.Jadi jalanan sepi, kemungkinan untuk menemukan Veera adalah mustahil.Drttt...Drttt...Nathan menepikan mobilnya di pinggir jalan, dia menatap ponselnya sebentar. It

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-11
  • Nathan & Veera (INDONESIA)    6. Secercah harapan.

    Waktu begitu cepat berlalu, tidak terasa saat ini sudah sore menjelang malam, ditambah jalanan tengah sepi dan tidak ada satupun manusia disini. Mungkin mereka lebih memilih berdiam dirumahnya bersama keluarga ditengah cuaca yang buruk.Veera melangkahkan kakinya dengan cepat, sambil berusaha mengatur nafasnya yang memburu. Dia masih mencerna kejadian barusan. Nathan, apa yang barusan pria itu lakukan?Apa dia mau gertak gue, karena selama ini gue udah keterlaluan banget. Semoga enggak, dih amit-amit, pikiran Veera mulai berkecamuk.Dengan tergesa-gesa perempuan itu melangkah cepat menuju ke halte terdekat.Hari ini Veera tidak membawa mobilnya, dan dia bepikir akan pulang bareng Sindy, tapi Sindy menyuruhnya untuk menunggu di Halte, katanya pacarnya yang akan menjemput mereka berdua.Sialnya tiba-tiba hujan turun dengan lebat. Veera menatap kelangit. Mendung, dan terdengar petir.P

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-11
  • Nathan & Veera (INDONESIA)    7. Keluarga Kecil.

    Nathan menatap Veera dengan gemas, dia sendiri tidak tahu untuk membuka topik obrolan yang menyenangkan dengan Veera yang super kaku. Ini sangat terasa canggung. Dan Veera terlalu membentengi dirinya sendiri hingga tidak tersentuh.Acuhnya sungguh keterlaluan."Sudah lupakan saja." Nathan memilih mengabaikan ucapannya tadi, daripada ngelantur kemana-mana. Jadi awkward sendiri.Entah sadar atau tidak Veera menoleh ke jendela mobil sambil terseyum kecil melihat tingkah aneh Nathan yang terus menggerutu. Menurutnya, suaminya saat ini terlihat lucu. Dan sebenarnya Veera paham situasi begini.Tidak lama kemudian, mobil Nathan memasuki perkarangan rumah mewah milik orang tua Veera.Di depan pintu raksasa tengah berdiri sosok bocah kecil berusia sekitar dua tahun yang memerhatikan kendaraan mereka. Bocah itu dengan antusias sambil berteriak girang dan melompat-lompat."Ho

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-11
  • Nathan & Veera (INDONESIA)    8. Selingkuh.

    "Eh, Veer, tolong nanti lo anter tugas ini ke ruangannya Pak Nathan, ya. Plisss!"Veera menatap malas pada Liam. Cowok berparas tinggi yang tengah berdiri di depannya tersenyuman aneh, juga tak lupamembawa tumpukan buku.Liam menaikkan alisnya tinggi ketika Veera tidak kunjung memberikan respon.Ditatapnya mata hitam Liam dengan lirikan tajam, “Kok gue sih, yang lainnyakan pada nganggur," Veera melirik penghuni kelas kanan kirinya. Dimana banyak mahasiswa sibuk mengobrol tak jelas. Seharusnya Liam peka dengan maksud Veera yang menolak untuk membantu Liam. Tapi dari raut muka lemotnya membuat Veera paham kalau Liam tidak mungkin peka. “Suruh yang lain aja deh!”Veera hendak berlalu, tapi Liam masih menghadang langkahnya. Cowok itu tersenyum menatap Veera penuh arti, "disini yang paling baikkan, lo."Bukanya senang, tapi Veera hanya memasang muka datar mendengar pujian yang Veera tahu ada maksud terte

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-11
  • Nathan & Veera (INDONESIA)    9. Penjelasan.

    "Veera Zasvika Anthony!"Veera mendengar suara yang memanggil namanya dengan tegas namun tersirat akan emosi yang terpendam. Nathan. Pria itu tengah berdiri menatapnya dengan pandangan sulit diartikan. Hal biasa yang Veera lakukan adalah memilih mengabaikan tatapan mata itu.Nathan masih berdiri dengan kedua tangan yang menumpu pada mejanya. Nathan memakai kemeja bewarna biru dongker, dengan bagian lengan yang digulung sampai kesiku. Nathan terlihat benar-benar menarik."Saya perlu bicara dengan kamu, nanti temui saya diruangan saya!" perintah Nathan tegas dan formal. Beberapa murid yang berada kelas ikut menoleh menatap Nathan, lalu melempar pandangannya pada Veera.Veera merespon dengan anggukan kecil. Sebenarnya ia memikirkan cara untuk menghindari Nathan, dan alasan yang paling tepat untuk membatalkan janji temunya dengan Nathan nanti.Nathan balas mengangguk puas. Ia melempar pandangan pa

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-11

Bab terbaru

  • Nathan & Veera (INDONESIA)    18. Rayan.

    Nathan langsung melempar pandanganya pada Veera tak suka, “Ya buat urut tangan kamulah, Ra!”jawabnya kesal.***Seolah paham dengan situasi, buru-buru Yuda mengambilkan minyak urut sesuai perintah Nathan. Setelah itu cowok tersebut pamit keluar sebentar mengajak Rayan, memberikan privasi pada pasangan suami istri tersebut. Yuda merasa tak enak jika keberadaannya mengganggu mereka.Setelah kepergian Yuda. Nathan mulai mendekati Veera. Ia mulai mengobati lengan Veera yang terasa sakit.“Aduh, pelan-pelan!”“Belum aku pegang loh, Ra,” ujar Nathan bingung karena dia baru saja bergeser mendekati Veera.“Iya, tapi muka kam

  • Nathan & Veera (INDONESIA)    17. Apartemen Yuda.

    Veera langsung berdiri dan menjaga jarak aman, “Jangan deket-deket!” perintah Veera dengan mata melotot waspada. Telapak tangan kananya terbuka lebar di depan Nathan, memberi isyarat untuk ‘STOP’ kepada Nathan.***Setelah perdebatan yang cukup menguras waktu dan energi, akhirnya Nathan berhasil menyeret Veera bersamanya memasuki unit Yuda. Namun Nathan juga tetap hati-hati, dia menggegam tangan kanan Veera yang tidak cedera. Nathan takut apabila perlakuannya tanpa sengaja membuat Veera cedera. Membuat istrinya supaya tidak merengek ‘meminta di tunggu’ lagi ketika langkah kaki lebarnya tanpa sengaja meninggalkan Veera.Veera tentu saja terus menjaga jarak seaman mungkin untuk menghindari senggolan benda apapun yang bisa menyebabkan bahunya makin sakit. Telapak tangannya turut serta menggegam kokoh telapak tangan Nathan yang terasa hangat, namun ju

  • Nathan & Veera (INDONESIA)    16. Tabrak.

    Setelah Nathan berhasil membuat jantung Veera berdetak tak karuan, maka sepanjang jalan menuju apartemen Yuda, Veera diam-diam terus memerhatikan Nathan. Entah kenapa tiba-tiba Nathan mengambil alih fungsi sebagian otanya. Veera ingat betul sifat asli Nathan, dia adalah pria kaku, sangat sadis ketika menjadi dosen pengajar, juga akan menjadi pria paling pendiam saat—sifat remaja yang selalu malu-malu itu—tiba-tiba muncul ketika Veera menggodanya. Dan Veera akan kalah dalam permainannya sendiri. Seperti saat ini. Diliriknya sekali lagi suaminya yang masih fokus menyetir itu. Tatapan tajam Nathan menghadap fokus kedepan, alisnya lurus hitam pekat memberikan kesan garang walau sebenarnya pria itu masuk kategori penyabar ketika tidak sedang mengajar. Rambutnya ia sisir ke belakang dengan rapi, tanpa minyak rambut, dan rahang tegas disertai cambang lebat yang baru dicukur bersih memberikan kesan seksi.

  • Nathan & Veera (INDONESIA)    15. Selamat Pagi.

    Pukul 6:45 pagi.Setelah selesai mandi, seperti biasa ritual paginya adalah berkaca di depan cermin sambil tersenyum lebar. Memandangi wajahnya sendiri baginya itu cukup dapat merasakan kepuasan batin, karena dia merasa dirinya yang paling cantik. Bentuk darinya untuk bersyukur. “Lo emang cantik banget, Veer,” ujarnya pada diri sendiri dengan jempol yang terancung. Veera juga menyibakkan rambutnya yang basah dengan gaya sensual, seketika aroma permen karet mengguar. Ia sangat menyukai aroma itu. Aroma favoritnya.Seusai melafalkan pujian untuk dirinya sendiri, Veera keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk putih yang melilit tubuh putih susunya. Ia melangkah pelan dengan jemari yang masih bermain di rambutnya yang basah. Bernyanyi sambil ber

  • Nathan & Veera (INDONESIA)    14. Absurd.

    Pukul 3 pagi.Ketika menjelang pagi, udara mulai terasa dingin. Hujan deras tadi malam sudah mulai reda, tergantikan dengan gerimis sedang. Perpaduan air hujan dan embun pagi itu cukup membuat tubuh manusia kedinginan.Veera berguling ke kanan dan ke kiri. Berulang kali sampai tubuhnya berakhir menubruk tubuh Nathan dan memeluk tubuh suaminya erat. Gaun tidurnya sama sekali tidak berguna untuk menjaga suhu badannya tetap hangat. Tangannya tentu tidak tinggal diam, ia masih berusaha mencari kain tebal untuk menghangatkan tubuhnya. Namun Nihil. Veera sama sekali belum mendapatkan selimutnya.“Nathan... di mana selimutnya?” tanya Veera serak dengan mata terpejam dan tangan yang masih sibuk mencari-cari.“Hmm...”“Di mana?”“Situ!”“Situ mana?” Veera membuka matanya. Menatap suaminya dengan ekspresi kesal dan mata setengah mengantuk. Semalam selimutnya direbut, sekarang

  • Nathan & Veera (INDONESIA)    13. Mabuk Lagi.

    "Kamu dari mana?!”Nathan terkejut melihat Veera berbaring di sofa sambil membaca novel diruang tamu. Perempuan itu tidak terlihat baru datang, karena istrinya tengah memakai gaun tidur bewarna biru muda. Menunggunya pulang? Mustahil.Tumben? Biasanya Cuma mampir lalu pulang lagi... Batin Nathan.Perempuan itu tengah bersedekap menatap tajam pada Nathan. Mirip sekali seperti seorang istri yang menunggu suaminya pulang setelah keluyuran tidak jelas. Dan syukurnya Veera saat ini memang sudah sah sebagai istrinya.“Rumah teman,” jawab pria itu apa adanya.“Bohong!” Veera menggeleng, ia mendekat dan mencium aroma tubuh suaminya yang menyengat. “Kamu mabuk?” tuduhnya. Tepat sekali.“Temanku pecandu minuman. Dia mengoleksi berbagai jenis bir dirumahnya, lalu dia menawariku. Karena tidak enak padanya aku juga ikutan minum.” Jelas Nathan. Pria itu menyapu pandangannya, “Rayan mana?” t

  • Nathan & Veera (INDONESIA)    12. Flash Back.

    3 Tahun yang laluVeera berdiri didepan pintu bewarna coklat karamel dengan pelitur mengilat. Ia menatap sebal pintu yang masih tertutup itu. Terkunci. Disana sudah hampir setengah jam lamanya ia berdiri sendiri. Dirumah mewah yang katanya—sebenarnya milik kakaknya Yuda.“Yuda kemana sih, di telpon ponselnya gak aktif. Udah rumah gede, tapi sepi kayak kuburan. Emang berapa sih nyewa jasa asisten rumah tangga, security, atau tukang penjaga pintu sekalian biar gue bisa masuk. Kalau tau kayak gini mending gue gak nyamperin Yuda kesini. Banyak nyamuk lagi!” gerutu Veera.Yuda adalah teman yang bertransformasi sebagai kekasihnya. Sudah hampir tujuh bulan mereka berpacaran. Yuda merantau menuntut ilmu di SMA yang sama dengan Veera. Yuda salah satu murid mampu, bisa dibilang keluarganya terpandang, tapi ia tidak tinggal di apartemen mewah karena orang tuanya menyuruh untuk tinggal bersama kakak kandungnya yang bernama Nathan. Dengan al

  • Nathan & Veera (INDONESIA)    11. TO DO LIST

    “Sin, gue mau curhat nih!”“Soal?”“Gimana caranya jatuh cinta sama cowok yang kita benci?”“Sorry?”“Iya, gue kudu jatuh cinta sama cowok yang gue benci.”Sangking kagetnya, Sindy terlalu keras menyobek bungkus snack kripik pedas berukuran jumbo yang baru ia beli. Semua isinya berhamburan ke lantai. Hanya tersisa sedikit remahan-remahan di ujung bungkusnya dan beberapa berceceran diatas meja.Untungnya kantin sedang sepi, jadi tidak begitu memalukan. Walau Sindy memang tidak punya malu.Seorang ibu yang bertugas mengepel lantai dan ibu kantin yang sedang asyik ngerumpi bersama seketika menoleh. Ibu kantin menatap Sindy dengan pandangan datar seolah berkata, “Ealah, mubadzir dek, sini beli lagi!”. Sedangkan ibu yang sedang memegang gagang pel terlihat berkacak pinggang dengan mata melotot, “Bajingan, gue udah

  • Nathan & Veera (INDONESIA)    10. Ceramah.

    Pukul 13.00Veera melangkah lesu masuk kedalam rumah. Ia menatap heran sekelilingnya. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Biasanya Rayan yang paling heboh, menyambutnya dengan sangat antusias. Kali ini Cuma ada mamanya yang sibuk membolak-balik majalah.“Rayan kemana, Ma?”Veera menghempaskan tubuhnya di sofa kulit bewarna hitam yang berada ruang tamu tersebut. Ia juga menaruh tasnya sembarang di atas meja, dan dia sukses mendapat pelototan gratis dari mamanya.Sepulang kuliah tubuhnya benar-benar lelah. Akhir-akhir ini ia sering pulang siang. Biasanya malah sore sampe malam, dan dengan terpasa ia akan menerima tawaran dari Nathan yang kukuh ingin mengantarnya pulang apabila dia tidak membawa kendaraan pribadi. Hal itu bermula sejak Veera dan Nathan terlibat kasus terkunci didalam gedung universitas. Untung waktu itu mereka bisa keluar dengan selamat.“Kamu lupa, hari ini Rayan menginap kerumah m

DMCA.com Protection Status