Baru dua minggu saja terasa sangat lama padahal hampir setiap hari Rayhan mengabarinya. Namun, jika tidak melihat langsung di depan membuat Jani tetap saja merindukan lelaki itu.
“I miss you and baby Elvan too. Sabar, yaa. Masih satu bulan soalnya. Semoga stok sabar kamu masih banyak,” ucap Rayhan sembari melambaikan tangannya pada Elvan yang tengah bermain dengan mainannya. “Kayaknya dia anteng banget sama dunianya. Sampai papanya telepon pun nggak dia ubris. Hm! Jadi pengen unyel-unyel.” Jani terkekeh pelan. “Belum sadar kayaknya, Mas. Padahal udah aku panggil dari tadi. Tapi, tetep cuek aja. Kayaknya ngambek dia, Mas.”“Yaah! Jangan ngambek dong. Elvan? Look at me, Sayang. Hei! Astaga!” Rayhan menepuk jidatnya karena tak berhasil membuat Elvan menoleh padanya. Jani yang melihatnya lantas terkekeh. “Sabar. Orang sabar hatinya seluas samudera. Namanya juga lagi ngambek. Mau kamu bSatu bulan kemudian ….“Sayang. Maaf, yaa. Aku nggak jadi pulang hari ini karena software-nya tiba-tiba ngelag dan aku harus memperbaikinya. Mungkin dua sampai tiga hari lagi baru bisa pulang.”Rayhan menghubungi Jani memberi tahu bila dirinya tak bisa pulang hari ini. Padahal dia sudah memberi tahu akan pulang di hari ini.“Oh, gitu. Mendadak banget ya, hehe. Padahal aku udah mau siapin makan malam buat kamu karena tadi bilang udah di bandara. Tapi, ya udah nggak apa-apa kalau memang nggak bisa pulang hari ini.”“I’m sorry. Aku jadi nggak enak, Sayang. Sekali lagi maafin, yaa.”“Ish! Nggak apa-apa kok, Mas. Namanya juga masih harus kamu kerjakan. Daripada nanti bermasalah lagi dan harus ke sana lagi. Mendi—““Tapi, bohong!”Rayhan mencium pipi Jani sembari menerbitkan senyumnya dengan lebar.“Mas Rayhan! Isshh! Jahat banget
Rayhan lantas menggelengkan kepalanya mendengar ucapan wanitanya itu. “Nggak. Nggak mau. You are mine!”Jani terkekeh mendengarnya. “Gemas banget sih.” Jani mengusapi kening Rayhan yang tengah memeluknya itu.Tok tok tok!“Maaf, Non. Ada Tuan Samuel di bawah mau ketemu sama Non Jani,” ucap ART memanggil Jani.“Iya, Bi. Suruh tunggu, yaa!” teriak Jani kemudian beranjak dari tempat tidurnya. Masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu.Sementara Rayhan hanya mengenakan celana pendek dan kaus yang dia ambil di dalam lemari sembari menunggu Jani menyelesaikan acara mandinya.Samuel menganga melihat Rayhan yang keluar dari kamar Jani. “Lho! Kapan baliknya? Tumben, nggak minta jemput?” tanyanya terheran-heran.Rayhan kemudian duduk di samping Samuel dan menerbitkan senyumnya. “Mau kasih surprice buat Jani. Makanya nggak minta dia j
Dua minggu kemudian ….Hari pernikahan Jani dan Rayhan telah tiba. Di mana keduanya akan mengikat janji suci kembali, mengulang pernikahan yang sempat mereka ikrarkan dulu.Jani menarik napasnya dalam-dalam. Ia kini sudah dibalut oleh gaun berwarna putih dengan kain veil yang akan menutupi wajahnya di acara pernikahannya nanti.“Udah pernah juga, masih aja nervous,” ucap Kyra sembari merapikan kain veil di belakang Jani.“Nervous, Kyra. Meskipun udah pernah, tapi yaa tetep aja gugup mah selalu ada,” ucap Jani kemudian menghela napasnya dengan panjang.Mengembungkan pipinya dan menatap dirinya di depan cermin. Begitu anggun meski sudah tiga kali dengan hari ini ia mengenakan gaun pengantin.“Rayhan udah di gereja?” tanya Ellena kepada Jani.Perempuan itu mengangguk. “Iya. Dia make up di sana juga. Ada Om Fadly, istrinya, Tirta dan juga Vanesha. Gue belum tahu
Acara makan malam yang begitu sederhan namun meriah berjalan dengan lancar. Semua orang menikmati acara tersebut sembari memberikan selamat kepada Jani dan Rayhan. “Terima kasih, sudah hadir meramaikan acara malam ini. Aku sangat bersyukur memiliki keluarga, teman dan sahabat juga rekan-rekan kerja yang sudah mau ikut menghadiri acara kami pada malam ini.” Rayhan mengucapkan syukur dan terima kasih kepada semua orang yang turut bahagia dengan pernikahannya bersama Jani. “Sama-sama. Langgeng untuk kalian berdua. Jadi orang tua yang baik untuk Elvan dan calon adik-adiknya kelak,” ucap Tirta juga memberikan doa yang terbaik untuk mereka berdua. “Aamiin. Sekali lagi terima kasih dan semoga semuanya selalu sehat dan selalu dalam lindungan Tuhan.” Rayhan melambaikan tangannya kepada semua orang yang ada di depannya. Tepuk tangan turut meramaikan menjadi penutup acara di sana. Satu persatu para tamu pulang ke rumah masing-masing karena jam sudah menunjuk angka sebelas malam. Pun dengan
Satu tahun sudah, usia Elvan kini. Acara ulang tahun yang pertama dari bayi yang kini sudah tumbuh dengan sehat itu berlangsung dengan meriah. Banyak tamu berdatangan memberi selamat kepada bayi tampan itu. “Selamat ulang tahun ya, anak ganteng. Semoga jadi anak kebanggaan mama dan papanya, yaa.” Tata memberi selamat kepada Elvan yang kini tengah duduk sibuk dengan mainannya.“Aamiin. Terima kasih, sudah menyempatkan waktunya untuk datang ke acara ulang tahun Elvan.” Jani menerbitkan senyumnya kepada sekretaris dari kakaknya itu. “Sama-sama. Doain, yaa. Semoga cepet nyusul biar Elvan punya teman.” “Amin. Selalu didoakan agar segera mempunyai anak. Yang penting terus berusaha, jangan pantang menyerah.” Jani mengusapi lengan perempuan itu seraya mengulas senyumnya. Tak lama kemudian, Kyra dan Ellena beserta anak dan suaminya datang secara bersamaan di sana. Lalu memberikan kado yang mereka bawa kepada Jani. “Hei, anak baik. Selamat ulang tahun, yaa. Ya ampun, nggak terasa udah set
Jam sudah menunjuk angka tujuh malam tepat. Jani dan Rayhan memilih untuk makan malam dulu sebelum melakukan ritual yang sudah satu minggu lamanya tidak tersalurkan sebab Jani tengah datang tamu bulanan. “Sayang. Tadi aku lihat Elvan kayaknya bangun.” Jani mengadahkan kepalanya kemudian mengangguk. “Iya. Memang sudah bangun dari tadi. Dia belum makan juga, Mas. Mbak Ipah lagi buatin makanan untuknya.”Rayhan manggut-manggut dengan pelan. “Kamu, belum mau sapih Elvan untuk tidur pisah dengan kita?”“Eum! Belum kayaknya, Mas. Tunggu sampai dua tahun aja. Aku nggak bisa tenang dan nggak bisa tidur juga kalau pisah kamar dengan Elvan meskipun nanti tidurnya sama Mbak Ipah.” “Iya, Sayang. Ya sudah kalau memang mau menunggu sampai dua tahun,” ucapnya kemudian menerbitkan senyum kepada Jani. Lima belas menit kemudian, keduanya menyelesaikan makan malamnya. Jani langsung menghampiri sang anak yang tengah diberi makan oleh Ipah di sana. “Makan yang banyak ya, Nak. Biar makin sehat dan pi
Dua tahun kemudian …. Tidak terasa, usia Elvan pun sudah memasuki dua tahun. Sudah pintar bicara meski masih tak jelas bicara apa akan tetapi orang-orang terdekatnya paham apa yang dikatakan oleh anak kecil itu. “Elvan sudah besar, sudah pintar. Berhenti ASI pun sangat pintar ya, Nak.” Anak kecil itu memang sudah disapih sebelum usianya dua tahun. Hanya sampai dua puluh bulan saja, Elvan sudah berhenti menyusui. Jani sangat lega, karean Elvan tidak terlalu rewel saat berhenti menyusui. “Morning,” sapa Rayhan kemudian mencium pipi Jani dan menerbitkan senyumnya. “Pagi. Mau berangkat sekarang, Mas?” tanya Jani kepada suaminya itu. Rayhan melihat jam yang melingkar di tangannya lalu mengangguk. “Hanya dua hari kok. Nggak akan lama. Atau mau ikut aja?” Jani menggelengkan kepalanya. “Nggak deh, Mas. Aku sama Elvan nunggu di rumah aja.” Rayhan harus pergi ke Malang selama dua hari di sana untuk menyelesaikan program yang sudah ia selesaikan dan perlu diinstalasi ulang agar bisa bero
Dua hari kemudian, Rayhan sudah kembali ke Jakarta. Membawakan banyak oleh-oleh untuk anak dan istrinya.Cup!Jani lantas terkejut karena Rayhan datang dengan tiba-tiba lalu mencium pipinya. “Mas Rayhan! Aku pikir siapa tadi, astaga! Bikin aku kaget aja.”Jani memukul pelan lengan suaminya karena kesal dan juga terkejut. Bila ia tengah memegang sesuatu, mungkin benda itu akan melayang ke kepala Rayhan. Beruntung, perempuan itu hanya sedang duduk sembari menonton televisi.Rayhan lantas terkekeh pelan. “Aku pikir kamu lagi tidur. Makanya aku cium biar bangun.”Jani mengerucutkan bibirnya. “Mana ada tidur sambil duduk. Kecuali di dalam kendaraan.”Rayhan kembali terkekeh. Ia kemudian memberikan lima paper bag kepada perempuan itu. “Semua yang aneh-aneh yang belum pernah kamu temui, aku beli.”Jani terperangah kemudian membuka satu persatu paper bag tersebut. “Woah! Banyak b