Dua minggu kemudian ….
Hari pernikahan Jani dan Rayhan telah tiba. Di mana keduanya akan mengikat janji suci kembali, mengulang pernikahan yang sempat mereka ikrarkan dulu. Jani menarik napasnya dalam-dalam. Ia kini sudah dibalut oleh gaun berwarna putih dengan kain veil yang akan menutupi wajahnya di acara pernikahannya nanti. “Udah pernah juga, masih aja nervous,” ucap Kyra sembari merapikan kain veil di belakang Jani. “Nervous, Kyra. Meskipun udah pernah, tapi yaa tetep aja gugup mah selalu ada,” ucap Jani kemudian menghela napasnya dengan panjang. Mengembungkan pipinya dan menatap dirinya di depan cermin. Begitu anggun meski sudah tiga kali dengan hari ini ia mengenakan gaun pengantin. “Rayhan udah di gereja?” tanya Ellena kepada Jani. Perempuan itu mengangguk. “Iya. Dia make up di sana juga. Ada Om Fadly, istrinya, Tirta dan juga Vanesha. Gue belum tahuAcara makan malam yang begitu sederhan namun meriah berjalan dengan lancar. Semua orang menikmati acara tersebut sembari memberikan selamat kepada Jani dan Rayhan. “Terima kasih, sudah hadir meramaikan acara malam ini. Aku sangat bersyukur memiliki keluarga, teman dan sahabat juga rekan-rekan kerja yang sudah mau ikut menghadiri acara kami pada malam ini.” Rayhan mengucapkan syukur dan terima kasih kepada semua orang yang turut bahagia dengan pernikahannya bersama Jani. “Sama-sama. Langgeng untuk kalian berdua. Jadi orang tua yang baik untuk Elvan dan calon adik-adiknya kelak,” ucap Tirta juga memberikan doa yang terbaik untuk mereka berdua. “Aamiin. Sekali lagi terima kasih dan semoga semuanya selalu sehat dan selalu dalam lindungan Tuhan.” Rayhan melambaikan tangannya kepada semua orang yang ada di depannya. Tepuk tangan turut meramaikan menjadi penutup acara di sana. Satu persatu para tamu pulang ke rumah masing-masing karena jam sudah menunjuk angka sebelas malam. Pun dengan
Satu tahun sudah, usia Elvan kini. Acara ulang tahun yang pertama dari bayi yang kini sudah tumbuh dengan sehat itu berlangsung dengan meriah. Banyak tamu berdatangan memberi selamat kepada bayi tampan itu. “Selamat ulang tahun ya, anak ganteng. Semoga jadi anak kebanggaan mama dan papanya, yaa.” Tata memberi selamat kepada Elvan yang kini tengah duduk sibuk dengan mainannya.“Aamiin. Terima kasih, sudah menyempatkan waktunya untuk datang ke acara ulang tahun Elvan.” Jani menerbitkan senyumnya kepada sekretaris dari kakaknya itu. “Sama-sama. Doain, yaa. Semoga cepet nyusul biar Elvan punya teman.” “Amin. Selalu didoakan agar segera mempunyai anak. Yang penting terus berusaha, jangan pantang menyerah.” Jani mengusapi lengan perempuan itu seraya mengulas senyumnya. Tak lama kemudian, Kyra dan Ellena beserta anak dan suaminya datang secara bersamaan di sana. Lalu memberikan kado yang mereka bawa kepada Jani. “Hei, anak baik. Selamat ulang tahun, yaa. Ya ampun, nggak terasa udah set
Jam sudah menunjuk angka tujuh malam tepat. Jani dan Rayhan memilih untuk makan malam dulu sebelum melakukan ritual yang sudah satu minggu lamanya tidak tersalurkan sebab Jani tengah datang tamu bulanan. “Sayang. Tadi aku lihat Elvan kayaknya bangun.” Jani mengadahkan kepalanya kemudian mengangguk. “Iya. Memang sudah bangun dari tadi. Dia belum makan juga, Mas. Mbak Ipah lagi buatin makanan untuknya.”Rayhan manggut-manggut dengan pelan. “Kamu, belum mau sapih Elvan untuk tidur pisah dengan kita?”“Eum! Belum kayaknya, Mas. Tunggu sampai dua tahun aja. Aku nggak bisa tenang dan nggak bisa tidur juga kalau pisah kamar dengan Elvan meskipun nanti tidurnya sama Mbak Ipah.” “Iya, Sayang. Ya sudah kalau memang mau menunggu sampai dua tahun,” ucapnya kemudian menerbitkan senyum kepada Jani. Lima belas menit kemudian, keduanya menyelesaikan makan malamnya. Jani langsung menghampiri sang anak yang tengah diberi makan oleh Ipah di sana. “Makan yang banyak ya, Nak. Biar makin sehat dan pi
Dua tahun kemudian …. Tidak terasa, usia Elvan pun sudah memasuki dua tahun. Sudah pintar bicara meski masih tak jelas bicara apa akan tetapi orang-orang terdekatnya paham apa yang dikatakan oleh anak kecil itu. “Elvan sudah besar, sudah pintar. Berhenti ASI pun sangat pintar ya, Nak.” Anak kecil itu memang sudah disapih sebelum usianya dua tahun. Hanya sampai dua puluh bulan saja, Elvan sudah berhenti menyusui. Jani sangat lega, karean Elvan tidak terlalu rewel saat berhenti menyusui. “Morning,” sapa Rayhan kemudian mencium pipi Jani dan menerbitkan senyumnya. “Pagi. Mau berangkat sekarang, Mas?” tanya Jani kepada suaminya itu. Rayhan melihat jam yang melingkar di tangannya lalu mengangguk. “Hanya dua hari kok. Nggak akan lama. Atau mau ikut aja?” Jani menggelengkan kepalanya. “Nggak deh, Mas. Aku sama Elvan nunggu di rumah aja.” Rayhan harus pergi ke Malang selama dua hari di sana untuk menyelesaikan program yang sudah ia selesaikan dan perlu diinstalasi ulang agar bisa bero
Dua hari kemudian, Rayhan sudah kembali ke Jakarta. Membawakan banyak oleh-oleh untuk anak dan istrinya.Cup!Jani lantas terkejut karena Rayhan datang dengan tiba-tiba lalu mencium pipinya. “Mas Rayhan! Aku pikir siapa tadi, astaga! Bikin aku kaget aja.”Jani memukul pelan lengan suaminya karena kesal dan juga terkejut. Bila ia tengah memegang sesuatu, mungkin benda itu akan melayang ke kepala Rayhan. Beruntung, perempuan itu hanya sedang duduk sembari menonton televisi.Rayhan lantas terkekeh pelan. “Aku pikir kamu lagi tidur. Makanya aku cium biar bangun.”Jani mengerucutkan bibirnya. “Mana ada tidur sambil duduk. Kecuali di dalam kendaraan.”Rayhan kembali terkekeh. Ia kemudian memberikan lima paper bag kepada perempuan itu. “Semua yang aneh-aneh yang belum pernah kamu temui, aku beli.”Jani terperangah kemudian membuka satu persatu paper bag tersebut. “Woah! Banyak b
Jani membuka sendiri lingerie yang ia kenakan di depan Rayhan yang sudah tak sabar ingin mendekap tubuh perempuan itu.“Eits!” Jani menahan tangan Rayhan yang hendak menyentuh dirinya.Rayhan mengerutkan keningnya bingung. “Kenapa lagi, hm?” tanyanya kemudian.Jani hanya tersenyum. Ia kemudian memiringkan kepalanya lalu duduk di atas paha Rayhan. Melingkarkan tangannya di ceruk leher Rayhan dan memulai lebih dulu ciumannya bersama dengan suaminya itu.Tangan Rayhan mengusap sensual punggung Jani yang sudah telanjang. Membuat perempuan itu menggeliat hangat merasakan sentuhan yang dibuat oleh Rayhan kepadanya.“Eumh ….” Jani mendesah lirih. Ia kemudian melepaskan ciuamannya itu lalu menatap penuh wajah Rayhan dengan mata yang sudah gelap oleh kabut gairah.Rayhan kemudian meraup pucuk merah muda milik perempuan itu dan meremasnya bagian yang menganggur.“Ough
Sudah tiba di Bali ….Suasana yang indah, yang akhirnya bisa Jani rasakan lagi setelah sekian lama tak pernah mengunjungi tempat itu. Betapa bahagianya ia akhirnya bisa liburan bersama keluarga kecilnya.“Bagus banget pemandangannya. Udah lama banget nggak pernah ke sini. Banyak perubahan juga,” ucap Jani sembari memandang pantai yang indah dan bersih di depan matanya.Tangan Rayhan kemudian melingkar di pinggang Jani, menghampiri perempuan itu setelah menidurkan Elvan di kamar sebab anak itu masih tidur dengan lelapnya.“Makasih ya, Mas. Udah bawa aku dan Elvan ke sini. Seneng banget akhirnya bisa liburan lagi,” ucap Jani berterima kasih kepada suaminya itu.Cup!Rayhan mencium pipi Jani. “Sama-sama. Aku juga sama, seneng akhirnya bisa bawa kamu dan Elvan liburan ke tempat yang cukup jauh. Biasanya keliling mall atau taman saja. Maafin, karena terlalu sibuk dan lupa liburan.”
Pukul 20.00 WIB.Kejutan yang akan diberikan oleh Rayhan kepada Jani sebentar lagi akan dimulai. Lelaki itu tengah menunggu Janu yang masih menidurkan anaknya."Woy!"Rayhan menoleh kemudian mengerutkan keningnya melihat Samuel ada di sana."Kok kamu ada di sini?" tanya Rayhan bingung.Samuel menyunggingkan senyumnya. "Gue nanya sekretaris elo, katanya elo cuti selama seminggu karena mau liburan ke Bali. Ya udah, gue susul aja ke sini. Emangnya Jani nggak bilang, kalau gue tadi telepon dia?"Rayhan menggeleng dengan pelan. Ia kemudian menerbitkan senyumnya dengan lebar. Punya ide untuk menjaga Elvan selama dia dan Jani dinner."Kebetulan kamu datang ke sini, aku mau minta tolong sama kamu buat jagain Elvan di sini. Nanti jam sembilan aku dan Jani mau dinner."Samuel lantas menyunggingkan bibirnya. "Beber aja dugaan gue. Pasti, bakalan disuruh jagain Elvan." Ia pun mendengus kasar.Rayh