Share

Bab 2 Hutang dan Tabungan

Penulis: Alita novel
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-30 14:44:32

“Bukan begitu Bu. Aku datang kesini untuk meminjam uang lagi. Aku harus membayar baju yang aku ambil dan uang spp sekolah Dinda.” Raut wajah Ibu mertua yang awalnya marah lalu berubah baik padaku.

“Kamu mau ambil berapa? Ini juga pertama kalinya Ibu ambil hutang di koperasi. Soalnya nama Ibu dan Bapak sudah di blacklist dari bank nasional.” Diam-diam aku menghela nafas lega.

Berarti Ibu mertua tidak tahu bagaimana sistem pinjaman dan tabungan di koperasi. Berbeda denganku yang sudah hafal karena banyak teman-teman penjual di pasar juga meminjam uang di berbagai koperasi.

“Cuma satu juta aja Bu. Yang dua ratus ribu buat bayar spp sekolahnya Dinda. Yang tujuh ratus ribu bayar barang dagangan ke agen dan sisanya buat belanja bahan makanan hari ini. Mas Eko minta di masakan ayam.” Bibir Ibu mertua seketika mengerucut.

“Dasar payah kamu Rin. Satu juta mana cukup sih.” Gerutu Ibu lagi.

“Karena aku nggak punya barang jaminan Bu. Maksimal pinjam uang tanpa jaminan hanya satu juta saja.”

Ibu mertua menganggukan kepalanya paham lalu masuk ke dalam koperasi lebih dulu. Rupanya Ibu mertua ingin meminjam uang dengan nominal dua puluh juta rupiah untuk membelikan motor baru untuk anak bungsunya. Jaminan yang di gunakan adalah sertifikat kebun yang di wariskan dari Kakek Mas Eko. Namun, sayangnya tidak pernah di urus dengan baik sehingga terbengkalai.

Entah bagaimana dulu aku bisa masuk ke dalam keluarga ini. Pemalas, tukang minta uang dan boros. Padahal mereka juga bukan orang berada. Tapi, dari segi pakaian dan dandanan harus mewah.

Seperti biasa, pegawai yang berjaga mengatakan akan meninjau lokasi tanah itu lebih dulu. Ibu mertua di minta untuk mengisi formulir. Bukannya pergi setelah urusannya selesai, Ibu mertua justru duduk di kursi sampingku.

“Sekarang giliran kamu Rin.” Perasaanku jadi tidak enak. Jangan-jangan Ibu mertua ingin meminta uang yang aku ambil.

Drrttt… drrtt…. Drrttt…

Belum sempat aku berdiri, hp Ibu mertua sudah berbunyi nyaring. Dia lalu pergi keluar dari kantor. Segera aku keluarkan buku tabungan lalu menyerahkannya pada kasir. Aku terus berdoa agar Ibu mertua tidak masuk ke dalam. Untunglah kasir segera memberiku uang.

Aku berlari keluar dari kantor. Melewati Ibu mertua yang sepertinya sedang menelpon anak bungsunya. “Aku pergi dulu Bu.” Tanpa menunggu jawaban Ibu mertua, aku melajukan motor menuju sekolah Dinda.

“Arini. Tunggu duluuuu.” Tidak aku pedulikan teriakan Ibu mertua yang sudah mengejar motorku.

Syukurlah Ibu mertua tidak mengejarku dengan motor. Aku pergi ke sekolah Dinda. Sebuah sekolah negeri yang biaya masuknya tergolong cukup murah. Tapi, untuk orang tidak mampu seperti keluargaku rasanya tetap saja berat.

Setelah itu, aku pergi ke pasar. Menata barang daganganku di lapak. Sisa uang hari ini akan aku gunakan untuk membayar baju di agen sebesar lima ratus ribu saja. Tidak sebesar jumlah yang aku sebutkan pada Ibu mertua.

Karena merasa bosan, aku kembali memasarkan produk di sosial media. Selain berjualan baju, aku juga menjadi dropshipper produk jilbab dan buku dari salah satu penerbit. Pembagian keuntungan dari barang yang pasarkan di sosial media kemudian aku tabung di koperasi. Tapi, jika uangku habis akan aku gunakan untuk membayar baju yang aku ambil di agen.

Pekerjaan sampingan ini membuatku tidak harus berhutang di koperasi hanya agar bisa terus berjualan. Tidak seperti teman-teman pedagang yang lain. Alhamdulillah banyak yang membeli jilbab yang aku pasarkan di sosial media baik transaksi secara langsung pada admin maupun melalui beberapa media marketplace.

Bulan ini saja aku sudah menghasilkan lima ratus ribu rupiah. Sebagian uangnya untuk membeli bahan makanan dan kebutuhan rumah. Sebagian lagi aku tabung. Jadi, Ibu mertua tidak akan bisa mengambilnya.

Mas Eko dan Ibu mertua hanya tahu jika aku mendapatkan uang dari berjualan baju di pasar dan secara keliling. Hari sudah beranjak siang. Tapi, belum ada orang yang membeli barang daganganku. Satu jam berlalu dengan cepat. Baru dua orang yang membeli baju. Aku baru dapat uang seratus ribu saja hari ini.

***

Sisa uang di dompet tinggal tiga ratus ribu setelah aku membayar barang dagangan yang aku ambil di agen. Tepat jam satu siang, aku sudah membereskan barang dagangan. Sholat di musola pasar lalu menjemput Dinda di sekolah.

“Hari ini kita makan mie ayam di tempat rahasia. Ibu baru ambil uang di koperasi.” Mata Dinda berbinar senang.

“Siap Bu.”

Hari itu sepertinya berjalan dengan baik hingga hari berganti sore. Dinda menunggu di rumah. Aku kembali berkeliling dari satu rumah ke rumah lain. Menjajakan barang dagangan. Menerima uang kredit baju dari para pelanggan lalu pulang ke rumah.

Uang itu aku sembunyikan di salah satu bungkusan baju untuk anak kecil. Untuk uang belanja besok. Sesampainya di rumah, Mas Eko yang hari ini bekerja shift pagi sampai sore sudah pulang ke rumah. Tubuhnya rebah di sofa ruang tengah sambil menonton TV.

“Gimana barang dagangan kamu hari ini Rin?” Tanya Mas Eko antusias melihatku pulang.

“Cuma dapat uang seratus lima puluh ribu aja mas. Seperti biasa nggak banyak yang bayar.” Bohongku padanya.

“Kata Ibu tadi kamu minjam uang di koperasi. Kalau ada sisanya kasih ke aku sekarang.” Aku mendengus sebal pada Mas Eko yang selalu menadahkan tangannya padaku.

“Sudah habis. Tinggal sisa dua puluh ribu saja. Aku baru bayar uang spp sekolahnya Dinda, bayar barang dagangan di agen, beli bahan makanan untuk hari ini. Kamu kan sudah pesan mau di masakan ayam mas.” Mas Eko menghela nafas kesal. Ia lalu duduk di hadapanku.

“Terus uang jualan kamu di pasar sama keliling gimana? Masa nggak ada sama sekali.” Ku keluarkan uang dari dalam saku celana.

“Tinggal segitu aja. Uangnya buat beli sabun, shampoo, beras sama minyak goreng. Kamu tahu sendiri kalau semua barang sekarang serba mahal mas. Sudahlah buat apa kamu minta uang terus. Lebih baik kita makan sekarang.”

BRAK

Tubuhku terlonjak kaget. Dinda yang baru saja keluar dari kamar segera masuk kembali. “Jangan banyak tanya kenapa sih? Suami minta uang itu ada butuhnya. Aku lagi butuh uang untuk beli rokok. Dua puluh ribu aja nggak masalah. Yang penting bisa ngudut.”

Tangan Mas Eko sudah terulur padaku. Aku tetap menggelengkan kepala lalu kembali memasukan uang itu ke dalam saku. “Nggak mau. Uang ini buat beli bensin besok.”

“Kamu bisa pergi keliling dulu nagih kredit baju untuk beli bensin.”

“Gimana mau keliling kalau bensin motornya habis mas. Bisa nggak sih kamu tahan dulu kalau mau merokok. Setidaknya sisakan gajimu untuk beli rokok. Bukannya minta terus padaku.” Kakiku kembali melangkah masuk menuju gudang.

Meletakan dua kantung besar berisi barang daganganku. Saat aku sudah keluar dari gudang, Mas Eko sudah memasukan makanan yang baru saja aku masak ke dalam tupperware  “Apa yang kamu lakukan mas? Kenapa kamu memasukan ayamknya kesana?”

Aku berusaha merebut plastik beriis tupperware di tangan Mas Eko. Tapi, dia bisa menampiknya dengan mudah. “Mau aku bawa ke rumah Ibu untuk di makan. Lebih baik kamu dan Dinda makan telur saja.”

“Jangan mas. Apa kamu nggak kasihan sama Dinda? Ibu kan bisa beli ayam sendiri dari uang gaji kamu.” Tanganku tetap berusaha merebut kantung plastik itu. Dapat.

Mas Eko mendorongku hingga jatuh lalu berlari keluar dari rumah. Suara deru motor terdengar tidak lama kemudian. Aku hanya bisa menangis tergugu meratapi nasib.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Lucky Dorkas
tinggalin aja masa mertua suami bukan mengayomi memberi suasana aman malah ngerampok udah tinggalin aja
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
cerita sampah dan tidak mendidik. yg nulis cerita pake otak g nih? memangnya setampan apa si eko itu sehingga sanggup membuat istrinya bertahan.
goodnovel comment avatar
manwhgf
istrinya kok ya tahan ...haruse tinggalin aja . tuman
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 3 Minta Lagi

    Malam itu aku dan Dinda makan telur ceplok dengan tempe goreng. Jika aku bisa menyembunyikan uang di tempat aman, aku tidak bisa terus menyembunyikan makanan di suatu tempat. Bisa cepat basi.“Besok kita sarapan bubur ayam aja Bu.” Seru Dinda melihatku yang masih melamun.“Oke. Kita makannya diam-diam ya. Biar nggak ketahuan Bapak.”“Sip.” Kami lalu tertawa bersama.Setidaknya ada putri tunggalku yang bisa menjadi penghibur lara di saat seperti ini. Meskipun kadang aku menyesali pernikahanku dengan Mas Eko, rasa penyesalan itu kadang terkikis saat mengingat kehadiran Dinda dalam hidupku.Dinda adalah anak yang dewasa sebelum waktunya, Itu semua karnea sejak kecil aku mengajarkan pada Dinda untuk hidup sederhana. Dinda juga melihat sendiri perjuanganku berjualan dari satu rumah ke rumah yang lain. Tidak hanya itu aku juga meminta Dinda untuk merahasiakan hal ini dari Omnya yang merupakan kakak kandungku.Meskipun kakak iparku adalah orang baik, aku tidak ingin terus mengusik mereka den

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 4 Pencuri

    Hari itu, aku hanya dapat uang lima ratus ribu saja. Harusnya dapat tujuh ratus ribu jika tidak di ambil oleh Ibu mertua. Jam sepuluh pagi, aku belanja di rumah tetangga yang menjadi penjual keliling. Membeli ikan mujair, tempe dan cabai. Satu jam kemudian aku sudah menjemput Dinda di sekolah.Makan siang kami kali ini terasa sangat menyenangkan. Aku bisa membelikan makananan kesukaan Dinda. “Kok cuma ada dua ikannya Bu. Nanti malam kita makan apa?” Tanya Dinda heran karena aku tidak menyetok persediaan makanan kami.“Nanti malam kita makan orek tempe ya. Ibu takut kalau ikannya di bawa Bapak lagi ke rumah Mbah.” Dinda terdiam sejenak lalu menganggukan kepalanya.Ya Allah. Rasanya sedih sekali melihat wajah Dinda yang tampak biasa saja. Aku tidak pernah bisa membaca perasaan putriku. Setiap kali aku bertanya, Dinda selalu mengatakan jika dia akan mendukungku. Untuk bocah berumur tujuh tahun, hampir setiap hari melihat pertengkaran orang tuanya tidak membuat Dinda tumbuh menjadi anak y

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 5 Menyembunyikan

    “Sebagai istri sudah jadi tugasmu untuk membantu keuangan suami Rin. Ingat surga istri itu ada pada suami dan surga pria itu ada pada Ibunya. Jadi, jangan pernah kamu menjelek-jelekkan Ibuku lagi. Seharusnya kamu bersyukur aku mau menikah denganmu yang sudah tidak punya orang tua lagi.”Dasar pria tidak tahu diri. Bersyukur katanya? Sama sekali tidak. Apalagi pemahaman yang di katakan Mas Eko padaku benar-benar salah. Aku mengusap pipi sejenak lalu kembali melipat baju dengan cepat. “Memang itu kan kenyataannya. Toh kamu sendiri yang bilang kalau Ibumu adalah pencuri. Aku hanya mengatakan tergantung besok, apakah uangnya akan di ambil Ibu atau tidak. Lalu, kata tepat yang bagaimana harus mengungkapkan sikap Ibumu?”Tanyaku dengan nada tenang. Kedua tangan Mas Eko sudah mengepal erat. “Kalau begitu kamu bisa membeli bahan makanan lebih untuk di bagikan pada Ibu. Gampang kan?”Tanpa menjawab perkataan Mas Eko aku berjalan menuju kamar lalu mengunci pintunya. Biarkan saja dia malam ini t

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 6 Alasan

    Aku berusaha merebut kantung plastik berisi barang daganganku dari tangan Yani. Hampir saja semua isinya jatuh jika saja tidak ada orang yang datang untuk melerai kami. “Sudah cukup. Kenapa kalian main kekerasan di depan rumah saya?”Ujar Bu Wati. Salah satu pelanggan yang rumahnya baru saja aku sambangi untuk menjajakan barang dagangan. Bu Wati berjongkok untuk membantuku untuk merapikan barang dagangan. Hampir saja uang yang aku sembunyikan jatuh ke tangan Yani jika Bu Wati tidak keluar dari rumahnya.“Jangan ikut campur masalah keluarga kami Wat. Kalau kamu nggak mau kami berada disini biar Arini ikut bersama kami.” Bu Wati hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Ibu mertua.“Saya nggak ikut campur. Kalian saja yang buat ribut di depan rumah saya. Lebih baik Bu Lasmi dan Yani pergi sekarang juga dari rumah saya.” Usir Bu Wati yang membuat Ibu mertua dan Yani merengut kesal. Aku hanya bisa menghela nafas lega.Saat mereka akan menarik tanganku, aku segera berlindung d

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 7 Bantuan

    Malam ini aku memutuskan untuk tidur di dalam kamar Dinda. Sudah kuputuskan jika aku hanya akan mengambil barang dagangan dari agen distributor sampai kontrak rumah ini selesai. Pemilik rumah yang kasihan padaku mengatakan jika aku bisa memperpanjang kontrak hanya tiga bulan saja. Setelah aku mengatakan rencana untuk pergi dari kota ini setelah kenaikan kelas Dinda.“Daripada bayar untuk satu tahun terus kamu pergi dari rumah itu kan percuma. Lebih baik bayar untuk tiga bulan saja. Jangan lupa persiapkan uang untuk mengontrak rumah di kota lain juga.” Kata pemilk kontrakan yang bernama Mbak Rini kala itu.Kutatap wajah Dinda yang sudah terlelap. Memikirkan langkah selanjutnya yang harus aku tempuh untuk ke depannya. Setelah masalah rumah kontrakan ini selesai, aku harus menagih kredit baju para pelanggan. Mungkin untuk para pelangganku yang berada di kawasan rumah Ibu mertua bisa mengerti jika aku mengatakan tidak bisa lagi menyetok baju. Tapi, bagaimana dengan pelangganku yang lain?

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 8 Hutang

    Pagi harinya aku memutuskan untuk membeli bubur ayam di waurng terdekat. Mas Eko masih tidur setelah tadi malam melakukan shift di pabrik. Aku juga tidak tertarik untuk membahas kamar dan gudang yang berantakan. Bertengkar di pagi hari akan membuatku terlambat mengantarkan Dinda ke sekolah.“Kamu benar-benar nggak punya simpanan uang kan Rin?” Itu pertanyaan Mas Eko tadi malam yang langsung aku jawab dengan gelengan kepala.“Sudah kamu lihat sendiri mas. Aku sama sekali tidak punya simpanan uang.” Bantahku berusaha untuk tenang.Aku menyapa tetangga yang juga sedang mengantri untuk membeli bubur ayam. Saat tiba giliranku, aku menyebut pesanan, penjual bubur ayam itu anehnya menatapku dengan sengit. Hal yang tidak pernah di lakukannya padaku selama ini.Apakah aku pernah melakukan kesalahan padanya? Jika di ingat-ingat kami jarang bertemu. Saat membeli aku juga tidak pernah berhutang padanya. Semua orang sudah pergi hanya menyisakan aku saja disana.“Maaf mbak. Apa aku punya salah sama

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 9 Kakak Ipar

    Kak Rania menarik tangan Dinda sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir. Sebagai isyarat agar kami tidak mengatakan apapun. Masih bisa aku dengar Ibu mertua yang mengeluh tentang penghasilanku yang sering habis untuk kebutuhan rumah. Sehingga tidak bisa memberi Ibu mertua dan Yani banyak uang seperti dulu.“Apa Arini pernah cerita kalau dia di tegur sama bosnya Ko?” Tanya Ibu mertua yang memperhatikan jika barang daganganku tidak sebanyak dulu lagi.“Iya Bu. Bu Sumi membatasi barang dagangan yang di ambil Arini karena sering telat membayar.”“Itu sih tanggungannya Mbak Arini. Tapi, dia juga harus tetap mikirin kita lah.” Sahut Yani tidak mau tahu.Tentu saja Kak Rania juga ikut mendengar percakapan keluarga Mas Eko. Raut wajah Kak Rania sudah berubah menjadi keruh. Dengan isyarat tangan, Kak Rania mengajak kami diam-diam pergi dari sana. Hingga kami akhirnya duduk di kursi teras. Sudah ada banyak barang yang di letakan di atas meja.“Kakak nggak nyangka jika kelakukan suami kamu d

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 10 Bayar

    “Aku sama sekali tidak menceritakan apapun. Buat apa mengumbar aib rumah tangga sendiri. Aku dan Dinda juga yang akan malu. Lagian kamu nggak dengar sendiri kalau Kak Rania sudah mendengar semua percakapan kalian? Bahkan Kak Rania juga melihat Ibu yang tidak mengijinkanku makan malam bersama kalian. Bukan aku yang membuat sikap Kak Rania berubah pada kalian. Tapi, keluargamu sendiri yang sudah melakukan hal itu mas.”Mas Eko hanya terdiam. Sama sekali tidak bisa menjawab perkataanku lagi. Kakiku kembali melangkah masuk menuju kamar untuk berganti baju. Bagaimanapun juga hari ini aku harus pergi ke pasar. Apalagi setelah ini aku masih harus membersihkan rumah. Ibu hanya menyapu halaman depan untuk menarik perhatian Kak Rania. Tapi, kondisi di dapur masih seperti kapal pecah setelah mereka selesai makan tadi malam.Apa tadi yang Ibu katakana? Ibu mertua sudah memasak sarapan untuk menyambut kedatangan Kak Rania. Namun, semua itu bohong karena saat berjalan melewati dapur tadi aku tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19

Bab terbaru

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 95 Akhir Cerita Untuk Semua

    Setelah tangis Gilang reda, Anita baru menceritakan kemungkinan besar alasan Radit adn Dina berselingkuh. Karena mereka berdua sama-sama bohong. Kening Gilang berkerut tidak mengerti mendengar awal mula penjelasan dari kakak sepupunya itu. “Maksud kamu apa Nit? Kenapa Dina bisa selingkuh sama Mas Radit karena mereka sama-sama berbohong.” Tanya Gilang heran sama sekali tidak mengerti dengan apa maksud Anita tadi.“Ya karena mereka sudah berbohong satu sama lain Lang. Mas Radit sudah berbohong pada Dina jika dia adalah pengusaha online yang sukses. Lewat pesannya, Mas Radit membual jika dia mendapat omset yang sangat banyak hanya dari toko online saja. Sayangnya, saat sedang berpacaran dengan Dina, dia sudah menginvestasikan hampir semua uangnya untuk membeli saham. Sedangkan sisanya untuk biaya kebutuhan makanku dan keluarganya.” Belum selesai Anita becerita, Gilang sudah tertawa terbahak-bahak hingga air matanya kembali menetes.Berbanding terbalik dengan tadi saat pria itu terlihat s

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 94 Cerita Anita 28

    Setelah berhasil meredakan amarahnya karena membaca beberapa status Radit di hp milik Sania, Anita menghela nafasnya berulang kali. Ia tidak boleh marah disini. Apalagi marah pada Anita yang sudah berbaik hati menunjukkan tentang status Radit padanya. Itu sama sekali tidak baik dan bisa merusak hubungan mereka.“Aku kirim ke hpku ya San. Nanti akan aku buka blokiran khusus untuk Mas Radit.” Kata Anita setelah amarahnya reda. Sania menganggukan kepalanya setuju.“Iya buka saja Nit. Kamu balas status Radit di sosial media sekalian sertakan bukti yang bisa menguatkan perlakuan Radit padamu. Karena kamu bekerja di perusahaan terkenal, nama baik kamu bisa tercoreng kalau sampai ada yang tahu orang yang di maksud Radit di postingannya adalah kamu. Apalagi kamu juga asisten pribadi Bu Rania.” Anita menghela nafas berat karena masalahnya belum selesai-selesai. “Padahal dia yang melakukan kesalahan selama ini hingga selingkuh. Para warga juga sudah tahu jika Mas Radit berselingkuh dengan Dina

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 93 Cerita Anita 27

    Ada banyak rutinitas yang Anita lakukan seperti biasa sejak pulang ke rumah orang tuanya. Rutinitas yang dulu selalu Anita lakukan sebelum menikah dengan Radit. Bedanya dulu orang tua Anita bekerja di sawah. Sekarang orang tua Anita berjualan bahan makanan di mereka serta keliling kampung dengan menggunakan mobil pick up. Sejak pagi ia bangun saat kedua orang tuanya sudah bersiap pergi ke pasar. Bapak dan Ibu Anita pergi jam setengah empat pagi sebelum adzan subuh berkumandang. Kedua orang tua Anita akan sholat subuh di musola pasar bersama pedagang yang lain. Sedangkan Anita yang juga sudah bangun saat mendengar suara orang tuanya berbincang di ruang tamu segera keluar menuju dapur untuk membuatkan dua teh hangat lalu di bungkus untuk kedua orang tuanya agar bisa di bawa pergi.Setelah itu, ia akan sholat tahajjud dulu sambil mengaji untuk menunggu datangnya waktu subuh. Baru setelah sholat subuh Anita akan mulai membersihkan rumah. Mulai dari meyapu halaman, menyapu seisi rumah, men

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 92 Cerita Anita 26

    “Kenapa besan? Apa anda mau menghajar saya di rumah saya sendiri? Cepat hajar saya sekarang juga karena saya sama sekali tidak takut.” Tantang Bapak Anita tidak merasa takut sama sekali melihat wajah besannya yang sudah semerah tomat. Rasanya Bapak Anita ingin kembali melontarkan hinaan pada Radit dan kedua orang tuanya lagi atas semua penderitaan yang sudah di lalui Anita selama ini.“Itu kenyataannyakan. Semua hal yang saya bicarakan adalah fakta." Ibu Anita segera memegang tangan sang suami agar tidak terjadi perkelahian di antara dua pria paruh baya itu. Anita juga menggelengkan kepalanya pada sang Bapak karena ada hal lain yang ingin ia bicarakan dengan Radit.“Silahkan duduk dulu Bapak mertua karena ada hal yang ingin saya bicarakan dengan kalian. Ini terkait dengan urusan harta gono gini yang kalian ributkan dan nasib rumah tangga saya dan Mas Radit ke depannya.” Bapak Anita sudah duduk lebih dulu sambil terus mengangkat dagunya tinggi. Membuat Anita dan sang Ibu hanya bisa men

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 91 Cerita Anita 25

    Malam itu juga sesuai rencana Radit dan orang tuanya datang ke rumah orang tua Anita dengan mengendarai dua sepeda motor yang berbeda. Radit mengendarai motornya sendiri sedangkan Bapak dan Ibunya naik motor yang berbeda. Sepanjang perjalanan entah kenapa Radit begitu gugup jika ia akan di pukuli kali ini. Mengingat jika masalah tentang perselingkuhanya dengan Dina sudah terbongkar dan jadi konsusmi di sosial media. Sudah pasti orang tua Anita dan keluarganya yang lain sudah tahu masalah ini walaupun Anita tidak pernah menceritakannya pada mereka.Suara kedua motor itu terdengar cukup keras saat berhenti samping mobil pick up kecil yang terparkir di halaman rumah orang tua Anita. Mobil pick up yang sering di gunakan untuk orang tua Anita untuk membeli sayur di pasar lalu menjakannya saat hari sudah beranjak siang. Radit lebih dulu turun dari motor lalu di susul oleh kedua orang tuanya. Mereka bertiga sudah berdiri di depan pintu rumah orang tua Anita."Cepat kamu ketuk pintunya Dit."

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 90 Cerita Anita 24

    Saat Gilang menganggukan kepalanya, seketika tangis Bu Surti menjadi semakin keras. Pak Andi mengusap setitik air mata yang jatuh ke pipinya. Dalam benak Bu Surti pantas saja sejak Gilang keluar dari kamarnya untuk mengambil wudhu untuk menunaikan sholat subuh, sang putra sudah terlihat sangat lemas. Belum lagi keanehan yang lain dari pria itu dimana Gilang memilih untuk cuti kerja dengan alasan tidak enak badan. Saat Bu Surti mengukur suhu tubuh sang putra dengan telapak tangannya, tubuh Gilang sama sekali tidak terasa panas.“Biarkan saja Gilang cuti hari ini Bu. Mungkin tubuhnya yang terlalu pegal.” Begitu kata Pak Andi setelah sang istri mengatakan tentang rasa khawatirnya karena sikap Gilang yang tiba-tiba berubah.“Lagian Gilang juga belum pernah libur kerjakan?” Tanya Pak Andi lagi untuk mengusir rasa khawatir sang istri pada putra mereka.“Benar juga sih Pak.” Bu Surti menganggukan kepalanya setuju.Tanpa mereka sangka penyebab Gilang terlihat sangat sedih karena pria itu suda

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 89 Cerita Anita 23

    Bersamaan dengan keributan yang terjadi di rumah keluarga Radit, pagi itu Ibu Anita pergi mengendarai motor menuju rumah adiknya yang bernama Bu Surti yang merupakan Ibu Gilang. Hari ini Ibu dan Bapak Anita juga tidak mengambil barangan dagangan dari pasar, sehingga hanya ada sedikri pembeli hari ini. Pekerjaan rumah juga sudah di kerjakan oleh Anita. Jadi, Ibu Anita bisa langsung pergi ke rumah adik dan adik iparnya itu tepat setelah sarapan.Meskipun sudah memakai helm dan masker, sepanjang jalan banyak orang yang menyapa Ibu Anita dengan ramah seperti biasa lalu berbisik di belakang wanita paruh baya itu. Setelah motor yang di kendarai Ibu Anita sudah berlalu dengan hadapan mereka. Seperti yang di takutkan oleh Anita jika perceraiannya dengan Radit akan menjadi bahan gunjingan pada tetangga satu desa bahkan sampai desa sebelah. Tapi, untungnya orang-orang yang membicarakan mereka karena kasihan pada Anita telah di selingkuhi dengan tunangan adik sepupunya sendiri. Setelah menjadi t

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 88 Cerita Anita 22

    “Kenapa kamu bisa ketahuan sampai seperti ini Radit?” Teriak sang Bapak galak setelah menyerahkan hp milik Rina pada pemiliknya. Kening Bapak Radit suydah berkerut dalam tanda jika pria paruh baya itu marah besar. Kedua mata tuanya menatap sang putra dengan tatapan nyalang.“Sudahlah Pak. Mau bagaimana lagi. Yang penting untuk saat ini kita harus membujuk Anita agar tidak melaporkan Radit ke polisi.” Ibu Radit berusaha memberanikan diri untuk membela sang putra. Ini semua juga salahnya karena sudah mendukung hubungan terlarang Radit dengan Dina. Hanya karena hidup mereka masih bergantung pada gaji Anita.“Kan sudah Bapak bilang dulu. Kalau berhubungan dengan Dina yang lelbh kaya dari Anita, ceraikan dulu istrimu itu agar kalian bisa memulai hubungan di saat sudah sama-sama sendiri. Tidak perlu menuntut soal harta karena Anita sudah tidak punya apapun lagi. Waktu tahu Dina sudah punya tunangan, minta saja Dina putus dar tunangannya dengan embel-embel harta. Kenapa kalian nggak bisa mik

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 87 Cerita Anita 21

    Perkataan Pakde Herman itu tentu saja membuat Ibu Radit merasa sangat bingung. Apa yang sebenarnya terjadi hingga Anita memulangkan koper radit ke rumah ini? Belum lagi pria yang tidak mereka kenal dengan seenak hati bisa bicara dengan bebas tentang permasalahan rumah tangga di antara Anita dan Radit.“Apa maksud semua ini Dit?” Tiba-tiba saja Ibu Radit itu teringat pada Dina yang baru saja berkunjung ke rumah ini lalu pergi dengan Radit sambil berboncengan motor. Ia sama sekali tidak tahu alasan Radit pulang ke rumah karena apa. Selain itu, Ibu Radit juga sama sekali tidak curiga saat kemarin malam Radit pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki. Karena sang putra langsung masuk ke dalam kamar untuk tidur. Bukannya menonton TV bersama keluarga di ruang tengah.“Anita pulang bersamaan dengan Radit ke rumah saat sedang membonceng selingkuhannya itu. Belum sempat Anita bertanya siapa wanita itu dia sudah kabur. Ternyata wanita selingkuhan anakmu ini adalah Dina yang merupakan tunangannya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status