Share

Bab 4 Pencuri

Penulis: Alita novel
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-30 15:01:14

Hari itu, aku hanya dapat uang lima ratus ribu saja. Harusnya dapat tujuh ratus ribu jika tidak di ambil oleh Ibu mertua. Jam sepuluh pagi, aku belanja di rumah tetangga yang menjadi penjual keliling. Membeli ikan mujair, tempe dan cabai. Satu jam kemudian aku sudah menjemput Dinda di sekolah.

Makan siang kami kali ini terasa sangat menyenangkan. Aku bisa membelikan makananan kesukaan Dinda. “Kok cuma ada dua ikannya Bu. Nanti malam kita makan apa?” Tanya Dinda heran karena aku tidak menyetok persediaan makanan kami.

“Nanti malam kita makan orek tempe ya. Ibu takut kalau ikannya di bawa Bapak lagi ke rumah Mbah.” Dinda terdiam sejenak lalu menganggukan kepalanya.

Ya Allah. Rasanya sedih sekali melihat wajah Dinda yang tampak biasa saja. Aku tidak pernah bisa membaca perasaan putriku. Setiap kali aku bertanya, Dinda selalu mengatakan jika dia akan mendukungku. Untuk bocah berumur tujuh tahun, hampir setiap hari melihat pertengkaran orang tuanya tidak membuat Dinda tumbuh menjadi anak yang nakal.

Selesai makan siang, Dinda membantuku mencuci piring. Kami lalu menunaikan sholat dhuhur bersama. Sisa uang yang aku dapat sebelumnya kembali aku sembunyikan di bawah tumpukan baju Dinda. Untuk persediaan membeli makanan besok.

“Arini.” Aku yang sedang menemani Dinda mengerjakan PR di depan TV seketika berdiri.

Ibu mertua masuk bersama adik iparku yang bernama Yani. Tampilan mereka cukup modis. Dengan kalung emas yang melingkar di leher. Gelang dan cincin emas yang juga menghias tangan. Tapi, untuk kebutuhan makan saja pas-pasan.

“Kami mau makan siang disini. Kamu beli ayam atau ikan?” Ibu mertua dan Yani sudah melenggang ke dapur.

Tanganku memberi kode agar Dinda masuk ke dalam kamar. Sementara aku mengikuti langkah Ibu mertua dan Yani yang sudah ada di dapur. Saat Ibu mertua membuka tudung saji hanya ada orek tempe saja. Sisa makanku dan Dinda siang ini.

“Loh kamu hanya masak orek tempe saja Rin?” Ibu mertua merengut kesal.

“Iya Bu. Uangnya udah habis buat bayar listrik sama bayar perpanjangan stnk di samsat keliling tadi.” Jawabku bohong.

“Sudahlah Bu. Makan yang ada aja. Aku udah laper banget nih.” Seru Yani yang sudah duduk di meja makan.

Saat aku hendak melangkah keluar, Ibu mertua kembali berseru jengkel karena nasi di magic com tinggal sedikit. “Padahal Ibu sudah bilang kalau masak itu di bayakin. Biar kita bisa makan disni kalau lagi mampir. Ini malah mau habis. Dasar pelit.”

Rasanya ingin aku usir mereka berdua dari rumah ini. Tanganku sudah mengusap dada berulang kali lalu masuk ke dalam kamar putriku. Tampak Dinda yang mengerjakan PR-nya di atas tempat tidur. Aku lalu duduk di samping Dinda.

“Bu, aku boleh tanya sesuatu?” Aku menganggukan kepala.

“Boleh dong sayang. Kamu mau tanya apa?” Tanganku sudah mengusap rambut panjang Dinda yang di kuncir kuda.

“Kenapa Ibu masih mau bertahan sama Ayah?” Nafasku seketika tercekat saat mendengar pertanyaan yang di ajukan Dinda.

“Kenapa Dinda bertanya seperti itu? Tentu saja agar Dinda tetap bisa bersama dengan Ayah.”

Padahal alasan lainnya karena aku tidak punya tempat untuk pulang. Aku tidak mau merepotkan keluarga kakakku lebih jauh lagi. Mereka sudah memberiku modal untuk berjualan. Cukuplah masalah rumah tangga ini aku selesaikan sendiri.

“Tapi, aku nggak bahagia Bu. Sahabatku di sekolah juga dulu orang tuanya selalu bertengkar. Malah Ayah temanku itu nggak mau nyari kerja. Kerjanya hanya minta uang pada Ibu temanku yang membuka warung di pasar. Karena sudah tidak tahan lagi, orang tuanya bercerai. Sekarang hidup temanku dan Ibunya jadi lebih bahagia Bu. Karena bisa menyisihkan uang jualan untuk diri mereka sendiri.”

Tanpa aku sadari air mata sudah mengalir di pipi. Segera kubawa Dinda dalam pelukanku. Aku tergugu pilu karena keputusanku untuk bertahan rupanya membuat Dinda merasa tidak bahagia. Selama ini aku hanya berpikir untuk tidak menyusahkan kakakku jika aku pergi dari rumah ini. Tanpa mau mencari jalan keluar lain.

“Ibu jangan menangis lagi. Pertanyaan Dinda bikin Ibu sedih ya?” Aku menggelengkan kepala lalu melepaskan pelukan kami. Kuseka air mata dengan cepat.

“Kenapa kita tidak pergi ke tempat Om dan Tante saja Bu?” Pertanyaan itu akhirnya terlontar dari mulut Dinda.

“Jangan sayang. Tolong bertahan sebentar saja. Ibu janji akan mencari jalan keluar untuk kita tanpa perlu merepotkan Om dan Tante. Tiga bulan lagi Dinda sudah ujian akhir semester untuk kenaikan kelas dua. Setelah Dinda selesai ujian, kita bisa pergi ke kota yang sama dengan Om dan Tante. Ibu akan mengumpulkan tabungan sebanyak mungkin untuk bekal kita disana.” Bisikku pelan agar tidak terdengar oleh Ibu mertua dan Yani yang mungkin masih berada di dapur.

“Memang uang jualan di hpnya Ibu dapat untung banyak?”

“Iya. Ibu juga masih ada tabungan di koperasi. Asal Dinda bisa menjaga rahasia ini seperti sebelumnya.” Aku mengangsurkan jari kelingking yang di sambut dengan jari kelingking kecil putriku. Saling menaut janji seperti sebelumnya.

Hingga Ibu mertua dan Yani pulang aku tidak keluar dari kamar putriku. Sepertinya aku harus menyembunyikan uang di tempat lain yang lebih aman. Agar tidak bisa di ambil oleh Mas Eko dan keluarganya.

***

Sore harinya aku pergi berjualan keliling setelah menunaikan sholat ashar. Kembali meninggalkan Dinda seorang diri di rumah. Uang dari jualan kali ini terkumpul cukup banyak. Tiga ratus ribu rupiah. Sama seperti sebelumnya. Ada yang hanya menyicil kredit baju. Ada juga yang mengambil baju lain.

Jika di total dengan sisa uang di di rumah ada tujuh ratus ribu rupiah. Besok pagi bisa aku titipkan ke pegawai koperasi yang berkeliling di pasar. Setelah pulang ke rumah, Mas Eko sudah berada di dalam. Raut wajahnya masam saat menatapku masuk ke dalam dengan membawa dua kantung besar berisi baju barang daganganku.

“Kata Ibu kamu hanya masak orek tempe saja?” Itu lagi yang di bahas. Kenapa sih dia harus selalu mengatakan apa yang di adukan Ibunya?

“Iya. Ibu juga pasti sudah jelasin kalau aku harus bayar listrik sama perpanjang stnk.”

“Masa nggak ada sisa uang sama sekali sih Rin? Kamu kan masih bisa nyisihin buat beli ikan atau ayam lagi.” Kuhela nafas pelan agar tidak tersulut emosi seperti kemarin.

“Seharusnya masih ada sisa dua ratus ribu mas. Tapi, saat aku baru berjualan di rumah tetangga Ibu, langsung di ambil. Katanya buat sarapan karena belum makan dari pagi. Terus siangnya Ibu dan Yani makan siang di rumah ini.” Jawabku apa adanya lalu melangkah menuju gudang. Meletakan barang daganganku disana.

Gudang ini dulu di bangun untuk menjadi musola. Ukurannya sangat kecil. Hanya empat kali tiga meter. Selain untuk menyimpan barang dagangan, ruangan ini juga untuk menyimpan barang-barang yang tidak terpakai.

Di ruang tamu, Mas Eko masih duduk di tempatnya. Dia tidak membalas lagi setelah aku memberi tahu jika Ibu mengambil uangku lagi. Wajahnya tampak frustasi. Rasakan. Salah sendiri selalu menuruti kemauan Ibu dan Yani. Jadi, nggak bisa makan enak kan.

“Kamu besok harus beli makanan enak Rin. Aku nggak mau tahu. Kalau perlu beli juga yang banyak untuk Ibu. Agar persediaan di rumah ini tidak di ambil.”

Aku hanya diam saja sambil melipat baju yang sudah kering. Perkataannya tersirat sekali jika Mas Eko juga ingin makan enak. Tapi, tidak mau menyalahkan kelakuan Ibu dan adiknya di depanku. Dinda memang benar. Untuk apa aku bertahan dalam rumah tangga ini jika tidak bahagia.

“Kamu dengar aku nggak sih Rin?” Hardik Mas Eko keras.

“Dengar. Aku nggak bisa jawab karena tergantung besoklah. Uangku di ambil lagi sama Ibu apa nggak.”

PLAK

“Bahasamu kasar sekali. Kamu menggangap Ibuku pencuri?”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ℹ️®️🅰️
Eh bodoh betul kau, cerai sj lah dr pd jd budak keluarga toxic
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 5 Menyembunyikan

    “Sebagai istri sudah jadi tugasmu untuk membantu keuangan suami Rin. Ingat surga istri itu ada pada suami dan surga pria itu ada pada Ibunya. Jadi, jangan pernah kamu menjelek-jelekkan Ibuku lagi. Seharusnya kamu bersyukur aku mau menikah denganmu yang sudah tidak punya orang tua lagi.”Dasar pria tidak tahu diri. Bersyukur katanya? Sama sekali tidak. Apalagi pemahaman yang di katakan Mas Eko padaku benar-benar salah. Aku mengusap pipi sejenak lalu kembali melipat baju dengan cepat. “Memang itu kan kenyataannya. Toh kamu sendiri yang bilang kalau Ibumu adalah pencuri. Aku hanya mengatakan tergantung besok, apakah uangnya akan di ambil Ibu atau tidak. Lalu, kata tepat yang bagaimana harus mengungkapkan sikap Ibumu?”Tanyaku dengan nada tenang. Kedua tangan Mas Eko sudah mengepal erat. “Kalau begitu kamu bisa membeli bahan makanan lebih untuk di bagikan pada Ibu. Gampang kan?”Tanpa menjawab perkataan Mas Eko aku berjalan menuju kamar lalu mengunci pintunya. Biarkan saja dia malam ini t

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 6 Alasan

    Aku berusaha merebut kantung plastik berisi barang daganganku dari tangan Yani. Hampir saja semua isinya jatuh jika saja tidak ada orang yang datang untuk melerai kami. “Sudah cukup. Kenapa kalian main kekerasan di depan rumah saya?”Ujar Bu Wati. Salah satu pelanggan yang rumahnya baru saja aku sambangi untuk menjajakan barang dagangan. Bu Wati berjongkok untuk membantuku untuk merapikan barang dagangan. Hampir saja uang yang aku sembunyikan jatuh ke tangan Yani jika Bu Wati tidak keluar dari rumahnya.“Jangan ikut campur masalah keluarga kami Wat. Kalau kamu nggak mau kami berada disini biar Arini ikut bersama kami.” Bu Wati hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Ibu mertua.“Saya nggak ikut campur. Kalian saja yang buat ribut di depan rumah saya. Lebih baik Bu Lasmi dan Yani pergi sekarang juga dari rumah saya.” Usir Bu Wati yang membuat Ibu mertua dan Yani merengut kesal. Aku hanya bisa menghela nafas lega.Saat mereka akan menarik tanganku, aku segera berlindung d

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 7 Bantuan

    Malam ini aku memutuskan untuk tidur di dalam kamar Dinda. Sudah kuputuskan jika aku hanya akan mengambil barang dagangan dari agen distributor sampai kontrak rumah ini selesai. Pemilik rumah yang kasihan padaku mengatakan jika aku bisa memperpanjang kontrak hanya tiga bulan saja. Setelah aku mengatakan rencana untuk pergi dari kota ini setelah kenaikan kelas Dinda.“Daripada bayar untuk satu tahun terus kamu pergi dari rumah itu kan percuma. Lebih baik bayar untuk tiga bulan saja. Jangan lupa persiapkan uang untuk mengontrak rumah di kota lain juga.” Kata pemilk kontrakan yang bernama Mbak Rini kala itu.Kutatap wajah Dinda yang sudah terlelap. Memikirkan langkah selanjutnya yang harus aku tempuh untuk ke depannya. Setelah masalah rumah kontrakan ini selesai, aku harus menagih kredit baju para pelanggan. Mungkin untuk para pelangganku yang berada di kawasan rumah Ibu mertua bisa mengerti jika aku mengatakan tidak bisa lagi menyetok baju. Tapi, bagaimana dengan pelangganku yang lain?

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 8 Hutang

    Pagi harinya aku memutuskan untuk membeli bubur ayam di waurng terdekat. Mas Eko masih tidur setelah tadi malam melakukan shift di pabrik. Aku juga tidak tertarik untuk membahas kamar dan gudang yang berantakan. Bertengkar di pagi hari akan membuatku terlambat mengantarkan Dinda ke sekolah.“Kamu benar-benar nggak punya simpanan uang kan Rin?” Itu pertanyaan Mas Eko tadi malam yang langsung aku jawab dengan gelengan kepala.“Sudah kamu lihat sendiri mas. Aku sama sekali tidak punya simpanan uang.” Bantahku berusaha untuk tenang.Aku menyapa tetangga yang juga sedang mengantri untuk membeli bubur ayam. Saat tiba giliranku, aku menyebut pesanan, penjual bubur ayam itu anehnya menatapku dengan sengit. Hal yang tidak pernah di lakukannya padaku selama ini.Apakah aku pernah melakukan kesalahan padanya? Jika di ingat-ingat kami jarang bertemu. Saat membeli aku juga tidak pernah berhutang padanya. Semua orang sudah pergi hanya menyisakan aku saja disana.“Maaf mbak. Apa aku punya salah sama

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 9 Kakak Ipar

    Kak Rania menarik tangan Dinda sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir. Sebagai isyarat agar kami tidak mengatakan apapun. Masih bisa aku dengar Ibu mertua yang mengeluh tentang penghasilanku yang sering habis untuk kebutuhan rumah. Sehingga tidak bisa memberi Ibu mertua dan Yani banyak uang seperti dulu.“Apa Arini pernah cerita kalau dia di tegur sama bosnya Ko?” Tanya Ibu mertua yang memperhatikan jika barang daganganku tidak sebanyak dulu lagi.“Iya Bu. Bu Sumi membatasi barang dagangan yang di ambil Arini karena sering telat membayar.”“Itu sih tanggungannya Mbak Arini. Tapi, dia juga harus tetap mikirin kita lah.” Sahut Yani tidak mau tahu.Tentu saja Kak Rania juga ikut mendengar percakapan keluarga Mas Eko. Raut wajah Kak Rania sudah berubah menjadi keruh. Dengan isyarat tangan, Kak Rania mengajak kami diam-diam pergi dari sana. Hingga kami akhirnya duduk di kursi teras. Sudah ada banyak barang yang di letakan di atas meja.“Kakak nggak nyangka jika kelakukan suami kamu d

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 10 Bayar

    “Aku sama sekali tidak menceritakan apapun. Buat apa mengumbar aib rumah tangga sendiri. Aku dan Dinda juga yang akan malu. Lagian kamu nggak dengar sendiri kalau Kak Rania sudah mendengar semua percakapan kalian? Bahkan Kak Rania juga melihat Ibu yang tidak mengijinkanku makan malam bersama kalian. Bukan aku yang membuat sikap Kak Rania berubah pada kalian. Tapi, keluargamu sendiri yang sudah melakukan hal itu mas.”Mas Eko hanya terdiam. Sama sekali tidak bisa menjawab perkataanku lagi. Kakiku kembali melangkah masuk menuju kamar untuk berganti baju. Bagaimanapun juga hari ini aku harus pergi ke pasar. Apalagi setelah ini aku masih harus membersihkan rumah. Ibu hanya menyapu halaman depan untuk menarik perhatian Kak Rania. Tapi, kondisi di dapur masih seperti kapal pecah setelah mereka selesai makan tadi malam.Apa tadi yang Ibu katakana? Ibu mertua sudah memasak sarapan untuk menyambut kedatangan Kak Rania. Namun, semua itu bohong karena saat berjalan melewati dapur tadi aku tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19
  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 11 Bertengkar

    Belum sempat aku selesai menjawab Bapak sudah mengatakan pada teman-temannya jika aku yang akan membayar. Diam-diam aku memberikan salah satu dompetku pada Dinda. Dengan isyarat mata, Dinda mengerti jika dia harus segera pergi ke toko. Aku mengeluarkan dompet yang satu lagi. Hanya ada uang tiga puluh ribu saja di dalam dompet.Aku berjalan menghampiri Bapak mertua yang hendak keluar bersama teman-temannya. “Maaf Pak. Uangku tinggal tiga puluh ribu aja. Tadi nggak dapat banyak setoran. Terus uangnya buat ngisi bensin sama sudah di ambil Mas Eko.”Bukannya menjawab perkataanku, Bapak mertua justru menarik tanganku menuju sudut warung, Mengabaikan tatapan pemilik warung dan teman-temannya yang mendengar perkataanku tadi. Wajahnya sudah berubah menjadi merah. Mungkin karena malu mendengar perkataanku di depan teman-temannya dan para pembeli yang makan disini.“Kalau ngomong jangan di depan teman-teman Bapak. Kalau kamu nggak ada uang, tunggu sampai Bapak pergi. Kamu kan bisa pinjam pada b

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19
  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 12 Rencana Pertama Gagal

    Kak Arif memberikan tanda jika ia akan mematikan sambungan telpon. Aku segera meletakan hp di atas meja belajar Dinda lalu membaringkan tubuh. Bagaimana bisa Mas Eko mendengar suaraku yang tidak keras? Apakah dia sengaja menguping sejak tadi? Biasanya jika aku menelpon tengah malam seperti ini, Mas Eko tidak pernah bangun.BRAK…. BRAAAKKK…. BRAAAKKKKKK…….Gedoran itu masih berlanjut hingga membuat Dinda terbangun. Aku meletakan jari di depan bibir sebagai tanda agar Dinda tidak bersuara. Wajah Dinda sudah takut karena mendengar suara seperti itu di tengah malam. Suara gedoran di pintu masih belum usai. Lima belas menit kemudian Mas Eko sudah menyerah. Kini aku bisa mendengar suaranya yang sedang bicara dengan Ibu dan Bapak mertua.“Mungkin si Arini lagi ngelindur kal Ko. Dia kalau tidur kan pulas banget. Sampai nggak tahu kalau uangnya sering Ibu ambil.”Hah. Aku baru tahu tentang fakta yang satu ini. Jadi, Ibu mertua sering masuk ke dalam kamar utama saat aku sedang tidur untuk menga

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-20

Bab terbaru

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 95 Akhir Cerita Untuk Semua

    Setelah tangis Gilang reda, Anita baru menceritakan kemungkinan besar alasan Radit adn Dina berselingkuh. Karena mereka berdua sama-sama bohong. Kening Gilang berkerut tidak mengerti mendengar awal mula penjelasan dari kakak sepupunya itu. “Maksud kamu apa Nit? Kenapa Dina bisa selingkuh sama Mas Radit karena mereka sama-sama berbohong.” Tanya Gilang heran sama sekali tidak mengerti dengan apa maksud Anita tadi.“Ya karena mereka sudah berbohong satu sama lain Lang. Mas Radit sudah berbohong pada Dina jika dia adalah pengusaha online yang sukses. Lewat pesannya, Mas Radit membual jika dia mendapat omset yang sangat banyak hanya dari toko online saja. Sayangnya, saat sedang berpacaran dengan Dina, dia sudah menginvestasikan hampir semua uangnya untuk membeli saham. Sedangkan sisanya untuk biaya kebutuhan makanku dan keluarganya.” Belum selesai Anita becerita, Gilang sudah tertawa terbahak-bahak hingga air matanya kembali menetes.Berbanding terbalik dengan tadi saat pria itu terlihat s

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 94 Cerita Anita 28

    Setelah berhasil meredakan amarahnya karena membaca beberapa status Radit di hp milik Sania, Anita menghela nafasnya berulang kali. Ia tidak boleh marah disini. Apalagi marah pada Anita yang sudah berbaik hati menunjukkan tentang status Radit padanya. Itu sama sekali tidak baik dan bisa merusak hubungan mereka.“Aku kirim ke hpku ya San. Nanti akan aku buka blokiran khusus untuk Mas Radit.” Kata Anita setelah amarahnya reda. Sania menganggukan kepalanya setuju.“Iya buka saja Nit. Kamu balas status Radit di sosial media sekalian sertakan bukti yang bisa menguatkan perlakuan Radit padamu. Karena kamu bekerja di perusahaan terkenal, nama baik kamu bisa tercoreng kalau sampai ada yang tahu orang yang di maksud Radit di postingannya adalah kamu. Apalagi kamu juga asisten pribadi Bu Rania.” Anita menghela nafas berat karena masalahnya belum selesai-selesai. “Padahal dia yang melakukan kesalahan selama ini hingga selingkuh. Para warga juga sudah tahu jika Mas Radit berselingkuh dengan Dina

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 93 Cerita Anita 27

    Ada banyak rutinitas yang Anita lakukan seperti biasa sejak pulang ke rumah orang tuanya. Rutinitas yang dulu selalu Anita lakukan sebelum menikah dengan Radit. Bedanya dulu orang tua Anita bekerja di sawah. Sekarang orang tua Anita berjualan bahan makanan di mereka serta keliling kampung dengan menggunakan mobil pick up. Sejak pagi ia bangun saat kedua orang tuanya sudah bersiap pergi ke pasar. Bapak dan Ibu Anita pergi jam setengah empat pagi sebelum adzan subuh berkumandang. Kedua orang tua Anita akan sholat subuh di musola pasar bersama pedagang yang lain. Sedangkan Anita yang juga sudah bangun saat mendengar suara orang tuanya berbincang di ruang tamu segera keluar menuju dapur untuk membuatkan dua teh hangat lalu di bungkus untuk kedua orang tuanya agar bisa di bawa pergi.Setelah itu, ia akan sholat tahajjud dulu sambil mengaji untuk menunggu datangnya waktu subuh. Baru setelah sholat subuh Anita akan mulai membersihkan rumah. Mulai dari meyapu halaman, menyapu seisi rumah, men

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 92 Cerita Anita 26

    “Kenapa besan? Apa anda mau menghajar saya di rumah saya sendiri? Cepat hajar saya sekarang juga karena saya sama sekali tidak takut.” Tantang Bapak Anita tidak merasa takut sama sekali melihat wajah besannya yang sudah semerah tomat. Rasanya Bapak Anita ingin kembali melontarkan hinaan pada Radit dan kedua orang tuanya lagi atas semua penderitaan yang sudah di lalui Anita selama ini.“Itu kenyataannyakan. Semua hal yang saya bicarakan adalah fakta." Ibu Anita segera memegang tangan sang suami agar tidak terjadi perkelahian di antara dua pria paruh baya itu. Anita juga menggelengkan kepalanya pada sang Bapak karena ada hal lain yang ingin ia bicarakan dengan Radit.“Silahkan duduk dulu Bapak mertua karena ada hal yang ingin saya bicarakan dengan kalian. Ini terkait dengan urusan harta gono gini yang kalian ributkan dan nasib rumah tangga saya dan Mas Radit ke depannya.” Bapak Anita sudah duduk lebih dulu sambil terus mengangkat dagunya tinggi. Membuat Anita dan sang Ibu hanya bisa men

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 91 Cerita Anita 25

    Malam itu juga sesuai rencana Radit dan orang tuanya datang ke rumah orang tua Anita dengan mengendarai dua sepeda motor yang berbeda. Radit mengendarai motornya sendiri sedangkan Bapak dan Ibunya naik motor yang berbeda. Sepanjang perjalanan entah kenapa Radit begitu gugup jika ia akan di pukuli kali ini. Mengingat jika masalah tentang perselingkuhanya dengan Dina sudah terbongkar dan jadi konsusmi di sosial media. Sudah pasti orang tua Anita dan keluarganya yang lain sudah tahu masalah ini walaupun Anita tidak pernah menceritakannya pada mereka.Suara kedua motor itu terdengar cukup keras saat berhenti samping mobil pick up kecil yang terparkir di halaman rumah orang tua Anita. Mobil pick up yang sering di gunakan untuk orang tua Anita untuk membeli sayur di pasar lalu menjakannya saat hari sudah beranjak siang. Radit lebih dulu turun dari motor lalu di susul oleh kedua orang tuanya. Mereka bertiga sudah berdiri di depan pintu rumah orang tua Anita."Cepat kamu ketuk pintunya Dit."

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 90 Cerita Anita 24

    Saat Gilang menganggukan kepalanya, seketika tangis Bu Surti menjadi semakin keras. Pak Andi mengusap setitik air mata yang jatuh ke pipinya. Dalam benak Bu Surti pantas saja sejak Gilang keluar dari kamarnya untuk mengambil wudhu untuk menunaikan sholat subuh, sang putra sudah terlihat sangat lemas. Belum lagi keanehan yang lain dari pria itu dimana Gilang memilih untuk cuti kerja dengan alasan tidak enak badan. Saat Bu Surti mengukur suhu tubuh sang putra dengan telapak tangannya, tubuh Gilang sama sekali tidak terasa panas.“Biarkan saja Gilang cuti hari ini Bu. Mungkin tubuhnya yang terlalu pegal.” Begitu kata Pak Andi setelah sang istri mengatakan tentang rasa khawatirnya karena sikap Gilang yang tiba-tiba berubah.“Lagian Gilang juga belum pernah libur kerjakan?” Tanya Pak Andi lagi untuk mengusir rasa khawatir sang istri pada putra mereka.“Benar juga sih Pak.” Bu Surti menganggukan kepalanya setuju.Tanpa mereka sangka penyebab Gilang terlihat sangat sedih karena pria itu suda

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 89 Cerita Anita 23

    Bersamaan dengan keributan yang terjadi di rumah keluarga Radit, pagi itu Ibu Anita pergi mengendarai motor menuju rumah adiknya yang bernama Bu Surti yang merupakan Ibu Gilang. Hari ini Ibu dan Bapak Anita juga tidak mengambil barangan dagangan dari pasar, sehingga hanya ada sedikri pembeli hari ini. Pekerjaan rumah juga sudah di kerjakan oleh Anita. Jadi, Ibu Anita bisa langsung pergi ke rumah adik dan adik iparnya itu tepat setelah sarapan.Meskipun sudah memakai helm dan masker, sepanjang jalan banyak orang yang menyapa Ibu Anita dengan ramah seperti biasa lalu berbisik di belakang wanita paruh baya itu. Setelah motor yang di kendarai Ibu Anita sudah berlalu dengan hadapan mereka. Seperti yang di takutkan oleh Anita jika perceraiannya dengan Radit akan menjadi bahan gunjingan pada tetangga satu desa bahkan sampai desa sebelah. Tapi, untungnya orang-orang yang membicarakan mereka karena kasihan pada Anita telah di selingkuhi dengan tunangan adik sepupunya sendiri. Setelah menjadi t

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 88 Cerita Anita 22

    “Kenapa kamu bisa ketahuan sampai seperti ini Radit?” Teriak sang Bapak galak setelah menyerahkan hp milik Rina pada pemiliknya. Kening Bapak Radit suydah berkerut dalam tanda jika pria paruh baya itu marah besar. Kedua mata tuanya menatap sang putra dengan tatapan nyalang.“Sudahlah Pak. Mau bagaimana lagi. Yang penting untuk saat ini kita harus membujuk Anita agar tidak melaporkan Radit ke polisi.” Ibu Radit berusaha memberanikan diri untuk membela sang putra. Ini semua juga salahnya karena sudah mendukung hubungan terlarang Radit dengan Dina. Hanya karena hidup mereka masih bergantung pada gaji Anita.“Kan sudah Bapak bilang dulu. Kalau berhubungan dengan Dina yang lelbh kaya dari Anita, ceraikan dulu istrimu itu agar kalian bisa memulai hubungan di saat sudah sama-sama sendiri. Tidak perlu menuntut soal harta karena Anita sudah tidak punya apapun lagi. Waktu tahu Dina sudah punya tunangan, minta saja Dina putus dar tunangannya dengan embel-embel harta. Kenapa kalian nggak bisa mik

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 87 Cerita Anita 21

    Perkataan Pakde Herman itu tentu saja membuat Ibu Radit merasa sangat bingung. Apa yang sebenarnya terjadi hingga Anita memulangkan koper radit ke rumah ini? Belum lagi pria yang tidak mereka kenal dengan seenak hati bisa bicara dengan bebas tentang permasalahan rumah tangga di antara Anita dan Radit.“Apa maksud semua ini Dit?” Tiba-tiba saja Ibu Radit itu teringat pada Dina yang baru saja berkunjung ke rumah ini lalu pergi dengan Radit sambil berboncengan motor. Ia sama sekali tidak tahu alasan Radit pulang ke rumah karena apa. Selain itu, Ibu Radit juga sama sekali tidak curiga saat kemarin malam Radit pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki. Karena sang putra langsung masuk ke dalam kamar untuk tidur. Bukannya menonton TV bersama keluarga di ruang tengah.“Anita pulang bersamaan dengan Radit ke rumah saat sedang membonceng selingkuhannya itu. Belum sempat Anita bertanya siapa wanita itu dia sudah kabur. Ternyata wanita selingkuhan anakmu ini adalah Dina yang merupakan tunangannya

DMCA.com Protection Status