"Ah, begitu ceritanya," desah Samudra seraya memegangi kepalanya yang sedikit tertunduk di depan Boram di dalam salah satu rumahan sawah kecil yang beratap dedaunan kering yang ada di sekitar taman bunga khusus untuk duduk para pengunjung dengan pemandangan hamparan bunga mawar aneka warna yang sedang bermekaran. Sosok Boram terhalang sekat kayu sementara Sam duduk di jalan masuknya di tangga teratas sambil mengawasi sekitar.Boram tersenyum kecil, "Memangnya apa yang kamu pikirkan?""Astaga, aku ngira kamu ninggalin aku Mbak," ucapnya langsung dengan tatapan frustasi. "Aku kan jadi baper beberapa hari ini dan mendapat julukan labil dari Pak Rei.""Aku memang terpaksa pergi di saat keadaan kita seperti itu dan yah, ada hikmahnya juga karena kamu jadi nggak marah lagi," kekehnya kemudian."Iya itu salahku sih karena sok main pergi aja tanpa mendengar penjelasan," ucapnya sambil tertawa."Aku mengerti Sam," balas Boram seraya memandangi Sam. Hatinya tidak salah memilih bukan, meski Samu
Dengan sengaja, Samudra menyisir rambutnya ke belakang dengan jemari membuat para cewek jelas hebohnya makin maksimal apalagi saat Sam melepas kemejanya yang memang tidak di kancing itu hingga hanya menyisakan kaus tanpa lengan yang dipakainya di dalam dan mengaitkan kemejanya di pinggang. Semua cewek itu langsung memekik. Boram makin menutup telinganya dengan rapat. Bagi mereka, Samudra adalah sebentuk fatamorgana indah yang terlalu jauh untuk mereka gapai. Karena entah kenapa, cowok itu sama sekali tidak terlihat dekat dengan perempuan manapun selain Ratu padahal mereka tidak berpacaran dan setelah hampir tiga tahun kebersamaan mereka, Samudra akan tetap menjadi hayalan terindah mereka di masa-masa SMA. Sosok badboy seperti yang ada di cerita fiksi meski cowok itu sama sekali tidak kaya raya. Jadi malam ini, mereka benar-benar berharap bisa melihat kelebihan cowok itu dalam hal menyanyi karena mungkin setelah malam ini mereka tidak akan memiliki kesempatan lagi karena ujian kelulus
Besoknya semua siswa asyik dengan kegiatannya di area Agrowisata. Ada yang mencoba untuk berkebun tanaman rempah-rempah, ada yang menanam bunga mawar juga matahari dan ada yang sedang asyik bersentuhan dengan hewah-hewan jinak berupa ular, monyet dan burung yang memang dipelihara di sana.Boram dan Reihan mengawasi semua kegiatan mereka dengan senyuman sambil mengobrol ringan."Belajar di ruang terbuka seperti ini memang mengasyikan ya Pak," ucap Boram."Iya. Banyak yang bisa mereka dapatkan. Makanya aku ngotot kalau kegiatan tahunan seperti ini harus tetap diadakan. Ini bisa me-refresh pikiran mereka sebelum kembali berkutat dengan ujian akhir. Oh ya Bu—" Boram menoleh ke Rehan. "Saya dengar dari Bu Marwa kalau kontrakmu sudah habis ya?"Boram mengangguk dengan senyuman tipis. "Iya Pak. Kalau semua murid kelas 12 sudah ujian sisanya akan di urus sama guru matematika yang asli, Bu Risma. Kata Bu kepala sekolah sih, beliau akan memikirkannya dulu apakah mau diperpanjang atau tidak."Re
Adela sama sekali tidak menyangka kalau Anthony nekat menemui Sam lebih dulu tanpa sepengetahuannya. Padahal dia sama sekali belum memberitahu Sam tentang keinginan lelaki itu. Kalau sudah seperti ini, Adela tidak memiliki pilihan lain dan tidak bisa mengulur waktu lagi untuk mempertemukan mereka dan membicarakan yang perlu dibicarakan.Jadi sejak setengah jam yang lalu, Adela seperti bingung sendiri ingin menghubungi Anthony karena sudah lama mereka tidak pernah saling tatap bahkan mengobrol. Adela tidak mau mengambil resiko kalau hal itu diketahui Anissa dan menyulitkan Anthony.Adela duduk di beranda rumahnya, merasakan semilir angin berhembus dan menerbangkan helaian rambutnya. Sam sedang mengikuti acara Darmawisata jadi sejak kemarin, dia hanya sendirian di rumah. Ponsel di tangan sejak tadi hanya dia genggam karena dia belum merasa siap menghubungi Anthony langsung.Adela berdecak, menekan sederet nomor yang memang dihapalnya dan dengan penuh tekad melakukan panggilan itu. Kalau
"Dia tidak apa-apa. Jangan khawatir."Alka menghembuskan napas lega saat mendengarnya, terduduk di kursi samping ranjang yang ditidurin Ratu yang masih belum sadarkan diri setelah pingsan tadi. Jery memang mengutus seorang dokter dalam acara Darmawisata itu hanya untuk memastikan Ratu langsung mendapatkan penanganan saat terjadi keadaan darurat. Jery tidak mau mengambil resiko dengan membiarkan begitu saja Ratu di luar tanpa pengawasan dokter karena kesehatannya akhir-akhir ini memburuk."Tapi dia harus istirahat dulu karena saya yakin kepalanya sedang berdenyut sekarang dan terpaksa harus saya kasih infus. Kita tunggu saja sampai dia sadar.""Iya dok, terimakasih banyak."Dokter Hery mengangguk, memastikan kalau infusnya mengalir lancar kemudian kembali ke mejanya di sudut ruangan meninggalkan Alka yang duduk diam memandangi Ratu lalu mengecup punggung tangannya."Aku selalu berharap untuk kesembuhanmu, Queen. Supaya kamu bisa ceria lagi dan mendapatkan semua pengalaman layaknya pere
Boram tahu kalau nasibnya di sekolah SMA Darmawangsa sudah berakhir. Terungkapnya hubungannya dengan Sam melalui foto-foto yang tersebar luas itu membuat hampir semua murid kelas 12 mengetahuinya dan yakin kalau hari senin nanti beritanya akan membuat seluruh sekolah gempar, sudah cukup menjadi alasan Ibu Kepala Sekolah untuk tidak memperpanjang kontraknya.Boram sudah pasrah karena memang tidak seharusnya seorang pengajar pendidik mengencani muridnya sendiri walaupun jauh dilubuk hatinya yang terdalam dia lega karena semua orang tahu kalau Samudra memilihnya.Entah sejak kapan pikirannya sepicik itu atau memang ini akibat dari euforia berlebihan ketika memiliki seseorang yang memperlihatkan perasaannya secara gamblang hingga membuatnya mabuk dengan ungkapan-ungkapan cinta yang terus diberikan Sam diikuti janji-janji manis yang terucap serius walaupun perjalanan mereka untuk sampai pada satu ikatan halal itu masih jauh.Salahkah kalau Boram bahagia memiliki Sam dan berharap suatu har
London, InggrisArbian turun dari mobilnya setelah pergulatan panjang dengan hati dan pikirannya karena bingung apa yang harus dikatakannya nanti setelah bertemu dengan Jenna. Sejujurnya dia belum yakin dengan perasaannya sendiri walaupun pada kenyataannya dia rela meninggalkan kesibukannya di Indonesia dan langsung terbang ke London setelah tahu kalau Jenna memilih mundur dan pergi.Arbian terdiam, berdiri memandangi rumah dua lantai yang ada di hadapannya. Arbian tidak tahu siapa yang tinggal di sana dan kenapa Jenna lari ke sini karena setahunya, Jenna tidak mempunyai saudara yang tinggal di London bahkan Anggita yang memberinya alamat ini juga tidak tahu apa-apa.Arbian memantapkan niat, apapun yang terjadi nanti akan dipikirkannya lagi tapi yang penting dia harus memastikan apakah Jenna ada di sana atau tidak. Baru saja melangkah, pintu rumah itu terbuka. Arbian membeku di tempatnya saat dilihatnya Jenna keluar sambil memeluk sebelah lengan seorang lelaki bule yang sedang menggan
Ratu menangis, tangannya menggenggam erat ponsel miliknya setelah menghubungi seseorang, memilih duduk di kursi kayu menghadap ke perbukitan di kejauhan. Di bawahnya, terhampar bunga mawar aneka warna yang indah. Menangis karena Sam menuduhnya dengan pandangan penuh kebencian. Selama bertahun-tahun kebersamaan mereka, Sam tidak pernah memandangnya dengan cara seperti itu dan menuduhnya tanpa bukti hanya berdasarkan prasangka. Semua itu hanya karena Boram dan dia seperti tidak lagi mengenali superheronya itu.Apa memang Boram sudah begitu mempengaruhinya sedemikian rupa hingga dia lupa, siapa yang selama ini berada di sisinya menemani. Apa dia lupa dengan itu semua?"Samudra menyayangimu lebih dari apapun."Suara itu menyentaknya, menoleh cepat ke samping kirinya, tempat di mana Boram duduk dengan pandangan lurus ke depan. Ratu membuang muka dan menyerongkan tubuhnya ke arah lain. Dia benci, kalau bisa dia ingin melampiaskan semua kekesalannya ke wanita yang seenaknya merebut perhatian