Adela sama sekali tidak menyangka kalau Anthony nekat menemui Sam lebih dulu tanpa sepengetahuannya. Padahal dia sama sekali belum memberitahu Sam tentang keinginan lelaki itu. Kalau sudah seperti ini, Adela tidak memiliki pilihan lain dan tidak bisa mengulur waktu lagi untuk mempertemukan mereka dan membicarakan yang perlu dibicarakan.Jadi sejak setengah jam yang lalu, Adela seperti bingung sendiri ingin menghubungi Anthony karena sudah lama mereka tidak pernah saling tatap bahkan mengobrol. Adela tidak mau mengambil resiko kalau hal itu diketahui Anissa dan menyulitkan Anthony.Adela duduk di beranda rumahnya, merasakan semilir angin berhembus dan menerbangkan helaian rambutnya. Sam sedang mengikuti acara Darmawisata jadi sejak kemarin, dia hanya sendirian di rumah. Ponsel di tangan sejak tadi hanya dia genggam karena dia belum merasa siap menghubungi Anthony langsung.Adela berdecak, menekan sederet nomor yang memang dihapalnya dan dengan penuh tekad melakukan panggilan itu. Kalau
"Dia tidak apa-apa. Jangan khawatir."Alka menghembuskan napas lega saat mendengarnya, terduduk di kursi samping ranjang yang ditidurin Ratu yang masih belum sadarkan diri setelah pingsan tadi. Jery memang mengutus seorang dokter dalam acara Darmawisata itu hanya untuk memastikan Ratu langsung mendapatkan penanganan saat terjadi keadaan darurat. Jery tidak mau mengambil resiko dengan membiarkan begitu saja Ratu di luar tanpa pengawasan dokter karena kesehatannya akhir-akhir ini memburuk."Tapi dia harus istirahat dulu karena saya yakin kepalanya sedang berdenyut sekarang dan terpaksa harus saya kasih infus. Kita tunggu saja sampai dia sadar.""Iya dok, terimakasih banyak."Dokter Hery mengangguk, memastikan kalau infusnya mengalir lancar kemudian kembali ke mejanya di sudut ruangan meninggalkan Alka yang duduk diam memandangi Ratu lalu mengecup punggung tangannya."Aku selalu berharap untuk kesembuhanmu, Queen. Supaya kamu bisa ceria lagi dan mendapatkan semua pengalaman layaknya pere
Boram tahu kalau nasibnya di sekolah SMA Darmawangsa sudah berakhir. Terungkapnya hubungannya dengan Sam melalui foto-foto yang tersebar luas itu membuat hampir semua murid kelas 12 mengetahuinya dan yakin kalau hari senin nanti beritanya akan membuat seluruh sekolah gempar, sudah cukup menjadi alasan Ibu Kepala Sekolah untuk tidak memperpanjang kontraknya.Boram sudah pasrah karena memang tidak seharusnya seorang pengajar pendidik mengencani muridnya sendiri walaupun jauh dilubuk hatinya yang terdalam dia lega karena semua orang tahu kalau Samudra memilihnya.Entah sejak kapan pikirannya sepicik itu atau memang ini akibat dari euforia berlebihan ketika memiliki seseorang yang memperlihatkan perasaannya secara gamblang hingga membuatnya mabuk dengan ungkapan-ungkapan cinta yang terus diberikan Sam diikuti janji-janji manis yang terucap serius walaupun perjalanan mereka untuk sampai pada satu ikatan halal itu masih jauh.Salahkah kalau Boram bahagia memiliki Sam dan berharap suatu har
London, InggrisArbian turun dari mobilnya setelah pergulatan panjang dengan hati dan pikirannya karena bingung apa yang harus dikatakannya nanti setelah bertemu dengan Jenna. Sejujurnya dia belum yakin dengan perasaannya sendiri walaupun pada kenyataannya dia rela meninggalkan kesibukannya di Indonesia dan langsung terbang ke London setelah tahu kalau Jenna memilih mundur dan pergi.Arbian terdiam, berdiri memandangi rumah dua lantai yang ada di hadapannya. Arbian tidak tahu siapa yang tinggal di sana dan kenapa Jenna lari ke sini karena setahunya, Jenna tidak mempunyai saudara yang tinggal di London bahkan Anggita yang memberinya alamat ini juga tidak tahu apa-apa.Arbian memantapkan niat, apapun yang terjadi nanti akan dipikirkannya lagi tapi yang penting dia harus memastikan apakah Jenna ada di sana atau tidak. Baru saja melangkah, pintu rumah itu terbuka. Arbian membeku di tempatnya saat dilihatnya Jenna keluar sambil memeluk sebelah lengan seorang lelaki bule yang sedang menggan
Ratu menangis, tangannya menggenggam erat ponsel miliknya setelah menghubungi seseorang, memilih duduk di kursi kayu menghadap ke perbukitan di kejauhan. Di bawahnya, terhampar bunga mawar aneka warna yang indah. Menangis karena Sam menuduhnya dengan pandangan penuh kebencian. Selama bertahun-tahun kebersamaan mereka, Sam tidak pernah memandangnya dengan cara seperti itu dan menuduhnya tanpa bukti hanya berdasarkan prasangka. Semua itu hanya karena Boram dan dia seperti tidak lagi mengenali superheronya itu.Apa memang Boram sudah begitu mempengaruhinya sedemikian rupa hingga dia lupa, siapa yang selama ini berada di sisinya menemani. Apa dia lupa dengan itu semua?"Samudra menyayangimu lebih dari apapun."Suara itu menyentaknya, menoleh cepat ke samping kirinya, tempat di mana Boram duduk dengan pandangan lurus ke depan. Ratu membuang muka dan menyerongkan tubuhnya ke arah lain. Dia benci, kalau bisa dia ingin melampiaskan semua kekesalannya ke wanita yang seenaknya merebut perhatian
Sam menyeruak kerumunan. Berhenti berlari dengan peluh yang membasahi wajahnya. Ternganga dengan pandangan kalut saat dilihatnya Boram tergeletak pingsan di pohon besar yang menahan tubuhnya di sana.Pak Reihan dan juga Alka berusaha naik ke pagar tinggi yang menjadi pembatas bukit itu untuk bisa mencapai tempat di mana Boram berada tapi susah. Sam mengedarkan pandangannya ke atas dan melihat Ratu menangis dan terduduk di salah satu kursi kayu yang ada di sana.Tanpa berpikir lagi, Samudra langsung berbalik arah dan naik ke tempat di mana Ratu berada."Sam—" Ratu berdiri dari duduknya saat melihatnya mendekat."Aku akan meminta penjelasanmu setelah ini!" desisnya penuh amarah membuat Ratu terdiam di tempatnya.Sam berdiri di pinggir dan melihat ke bawah lalu berteriak untuk Pak Reihan."AKU YANG AKAN KE BAWAH, KALIAN TUNGGU DI SANA!!"Reihan dan Alka mengangkat pandangannya. "OKE. HATI-HATI SAM!!Sam menggenggam erat kayu pohon yang ada di sampingnya, menarik napas panjang dan kemudia
London, Inggris "Apa aku masih bisa memperbaiki semuanya?"Jenna berhenti melangkah ketika mendengar pertanyaan lirih itu dari balik punggungnya."Dulu aku memang pengecut dan menyesal selama beberapa tahun tapi setelahnya aku berusaha keras untuk merelakan—" Arbian mengepalkan tangan, menguatkan diri. "Lalu tiba-tiba kamu datang lagi di saat aku bersiap untuk mencoba kehidupan yang baru dan aku tidak tahu lagi dengan keadaan hatiku. Aku memang pengecut, kamu benar tapi aku pernah berharap seandainya saja dulu aku berusaha mempertahankanmu mungkin semuanya akan berbeda meskipun aku terlambat menyadarinya."Jenna perlahan berbalik, menatap ekspresi Arbian yang terlihat terluka lalu menutup mulutnya dengan tangan diiringi linangan air mata menunggu semua yang akan dikatakan laki-laki itu."Sekarang, aku bisa melihat semuanya. Aku sempat menginginkan Boram untuk aku jadikan pelarian dari rasa kesepianku tapi kehadiranmu ternyata masih saja aku harapkan hingga membawaku jauh sampai ke si
"Ada penumpang gelap di sini," sindir Reihan seraya melirik Sam dari kaca spion tengah yang cengengesan. Boram menggelengkan kepala melihat keduanya."Namanya juga nggak bisa jauh dari pacar," balas Sam. Reihan memutar bola matanya dan fokus menyetir mobilnya yang melaju di jalanan perbukitan beriringan dengan bus sekolah di depan sana dan mobil Alka di belakangnya."Sam—" panggil Boram yang duduk di samping Reihan di kursi depan menghadap ke belakang. "Setelah ini fokus dengan ujian kelulusanmu ya dan jangan main-main lagi. Ujianmu sudah menghitung hari."Sam memajukan duduknya hingga memunculkan kepalanya di antara Reihan dan Boram seraya tersenyum. "Iya, Mbak tenang aja. Aku akan pastikan lulus dengan nilai memuaskan supaya bisa tenang jadi pacar Mbak."Reihan yang tertawa mendengarnya, "Motivasi yang antimainstream ya. Memangnya kamu tidak memikirkan cita-citamu malah cinta monyetmu?"Sam menoleh kesal. "Itu penyemangat nomor satu. Aku sudah capek dibilangin anak kecil atau cowok