Sam menyeruak kerumunan. Berhenti berlari dengan peluh yang membasahi wajahnya. Ternganga dengan pandangan kalut saat dilihatnya Boram tergeletak pingsan di pohon besar yang menahan tubuhnya di sana.Pak Reihan dan juga Alka berusaha naik ke pagar tinggi yang menjadi pembatas bukit itu untuk bisa mencapai tempat di mana Boram berada tapi susah. Sam mengedarkan pandangannya ke atas dan melihat Ratu menangis dan terduduk di salah satu kursi kayu yang ada di sana.Tanpa berpikir lagi, Samudra langsung berbalik arah dan naik ke tempat di mana Ratu berada."Sam—" Ratu berdiri dari duduknya saat melihatnya mendekat."Aku akan meminta penjelasanmu setelah ini!" desisnya penuh amarah membuat Ratu terdiam di tempatnya.Sam berdiri di pinggir dan melihat ke bawah lalu berteriak untuk Pak Reihan."AKU YANG AKAN KE BAWAH, KALIAN TUNGGU DI SANA!!"Reihan dan Alka mengangkat pandangannya. "OKE. HATI-HATI SAM!!Sam menggenggam erat kayu pohon yang ada di sampingnya, menarik napas panjang dan kemudia
London, Inggris "Apa aku masih bisa memperbaiki semuanya?"Jenna berhenti melangkah ketika mendengar pertanyaan lirih itu dari balik punggungnya."Dulu aku memang pengecut dan menyesal selama beberapa tahun tapi setelahnya aku berusaha keras untuk merelakan—" Arbian mengepalkan tangan, menguatkan diri. "Lalu tiba-tiba kamu datang lagi di saat aku bersiap untuk mencoba kehidupan yang baru dan aku tidak tahu lagi dengan keadaan hatiku. Aku memang pengecut, kamu benar tapi aku pernah berharap seandainya saja dulu aku berusaha mempertahankanmu mungkin semuanya akan berbeda meskipun aku terlambat menyadarinya."Jenna perlahan berbalik, menatap ekspresi Arbian yang terlihat terluka lalu menutup mulutnya dengan tangan diiringi linangan air mata menunggu semua yang akan dikatakan laki-laki itu."Sekarang, aku bisa melihat semuanya. Aku sempat menginginkan Boram untuk aku jadikan pelarian dari rasa kesepianku tapi kehadiranmu ternyata masih saja aku harapkan hingga membawaku jauh sampai ke si
"Ada penumpang gelap di sini," sindir Reihan seraya melirik Sam dari kaca spion tengah yang cengengesan. Boram menggelengkan kepala melihat keduanya."Namanya juga nggak bisa jauh dari pacar," balas Sam. Reihan memutar bola matanya dan fokus menyetir mobilnya yang melaju di jalanan perbukitan beriringan dengan bus sekolah di depan sana dan mobil Alka di belakangnya."Sam—" panggil Boram yang duduk di samping Reihan di kursi depan menghadap ke belakang. "Setelah ini fokus dengan ujian kelulusanmu ya dan jangan main-main lagi. Ujianmu sudah menghitung hari."Sam memajukan duduknya hingga memunculkan kepalanya di antara Reihan dan Boram seraya tersenyum. "Iya, Mbak tenang aja. Aku akan pastikan lulus dengan nilai memuaskan supaya bisa tenang jadi pacar Mbak."Reihan yang tertawa mendengarnya, "Motivasi yang antimainstream ya. Memangnya kamu tidak memikirkan cita-citamu malah cinta monyetmu?"Sam menoleh kesal. "Itu penyemangat nomor satu. Aku sudah capek dibilangin anak kecil atau cowok
"Bu Boram."Boram yang sedang mengambil beberapa barang di mejanya di dalam ruang guru yang sepi sepulangnya dari darmawisata menoleh ke arah pintu dan menemukan Ratu berdiri di sana dengan keraguan yang terlihat jelas di matanya. Meskipun kaget dengan kedatangannya, Boram membalas dengan senyuman ramah, "Hai, ayo duduk dulu sini."Ratu diam di tempatnya, menolehkan kepalanya ke samping tempat di mana Alka berdiri di balik dinding ruang guru dengan senyuman menyemangati membuat Ratu menghilangkan keragu-raguannya. Perlahan dia masuk dan berdiri di depan meja Boram kemudian membungkukkan sedikit badannya."Saya minta maaf sudah mencelakakan Bu Boram. Saya benar-benar tidak sengaja."Boram tercengang. Tidak menyangka kalau Ratu akan datang dan meminta maaf langsung padanya. Mereka saling memandang dalam diam. Saat dilihatnya Ratu nampak gelisah, Boram menghela napas dan tersenyum tulus seraya mendekati Ratu dan memeluknya."Terima kasih sudah mau menemuiku seperti ini dan tentu saja ak
Adela berlari keluar dari mobil Jery setelah parkir di area rumah sakit dan menyusuri koridor yang tidak terlalu ramai dengan perasaan kebas dan tangan gemetaran. Dia tidak tahu apa yang terjadi dengan Samudra karena tadi siang dia masih menelepon Sam dan keadaannya baik-baik saja.Adela menghentikan langkah kakinya saat melihat sosok Boram yang berdiri di depan ruangan ICU dan merasakan amarah menguasainya. Dia yakin kalau apa yang dialami Sam pasti ada hubungannya dengan Boram jadi dia berjalan dengan agak tergesa dan Boram yang melihatnya langsung tersenyum lemah.Plak!Tamparan itu reflek Adela berikan untuk Boram yang terpaku di tempatnya dengan tangan yang kembali mulai bergetar karena merasa pipinya kembali tersengat rasa sakit setelah tadi salah satu preman itu menamparnya di tempat yang sama.Reihan yang datang dari kantin membelikan Boram minum langsung kaget melihatnya dan bergegas mendatanginya."Kamu pasti yang menyebabkan Sam harus masuk ICU kan?" bibir Adela bergetar se
"Mas—"Arbian berdiri, "Aku tahu kalau kamu pasti akan lewat sini,Neng." Arbian mendekat dan menggelengkan kepala saat melihatnya lalu mengusap air matanya. "Orang yang baik akan selalu mendapat kebaikan walaupun butuh waktu untuk merasakannya karena biasanya kebahagiaan itu akan bertahan lama. Kamu itu wanita yang kuat, Boram. Aku yakin kalau ke depannya kamu akan baik-baik saja."Boram tersenyum. "Aku tidak apa-apa Mas. Aku tidak memikirkan diriku tapi aku memikirkan Samudra. Hidupnya masih panjang dan kenapa Tuhan belum membawanya kembali ke sini supaya dia bisa mengejar cita-citanya lagi."Arbian melipat lengannya. "Dia akan bangun kalau memang sudah waktunya tapi apa kamu yakin memang akan pergi dari sini tanpa menunggunya?"Boram tersenyum sendu. "Tante Adela sama sekali tidak suka melihatku dan melarangku untuk datang. Bersyukur aku bisa mendapatkan kabarnya dari Reihan, Alka, Akmal dan juga Ratu. Aku akan menunggunya dengan doa karena yang kupikirkan sekarang hanya tentang kes
Dulu, Boram datang ke tempat yang baru dengan harapan kalau dia bisa menjalani hidup yang lebih baik. Tidak ada yang akan memandang dirinya sebelah mata hanya karena dia seorang janda yang bisa disalahkan karena membuat suami orang tergoda. Tidak menduga kalau dia hanya bertahan beberapa bulan dan harus pergi lagi membangun hidupnya dari awal.Namun, hatinya masih tetap tertinggal untuk seseorang yang berhasil membuatnya hidup lagi dengan merasakan getaran cinta seperti yang dirasakannya dulu untuk almarhum Mas Kelana.Pada sosok berondong tampan tukang modus bernama Samudra Arkana, hatinya dicuri begitu saja tanpa persiapan. Mungkin sejak pertemuan pertama mereka hari itu diiringi insiden tawuran anak sekolahan."Lari menyongsong masa depan kita berdua.""Iyalah Mbak. Memangnya Mbak kira mau di bawa langsung ke KUA. Sabar ya Mbak. Mungkin nanti."Boram masih ingat kalimat konyol Sam hari itu saat dibawa berlari menghindar dari kejaran murid-murid sekolah lain yang mengincarnya. Kony
Ayu langung melihat ke depan dan memekik riang melihat Ayahnya yang memang sudah waktunya datang menjemput dan melupakan pertanyaannya tadi. "AYAAAAHHHHHH!!!" Pekik Ayu sembari turun dari ayunan dan berlari dengan bersemangat mendekati sang Ayah yang tersenyum menyambut putrinya itu. Boram menggelengkan kepala, mencium kedua pipi Aryan dan menggendongnya lalu turun dari ayunan mendekat ke arah Ayu yang sudah berada di gendongan sang Ayah.Mas Panji, duda dua anak, bekerja sebagai PNS dan memiliki pekerjaan sambilan sebagai montir disalah satu bengkel besar dan bekerja saat weekend hingga menitipkan Ayu dan juga Aryan padanya sedangkan dihari biasa keduanya dijaga oleh mertuanya. Almarhum Istrinya meninggal setelah melahirkan Aryan ke dunia. Sejak setengah tahun yang lalu, Mas Panji beberapa kali berniat melamar Boram tapi dia belum sekalipun memberikan jawaban iya. Hatinya belum siap dan masih berharap kalau seseorang itu akan datang."Halo jagoannya Ayah," Panji tersenyum seraya men