Tak ada banyak hal yang bisa kami lakukan kini, selain menunggu Doktor Archie dan Doktor Sabrina kembali dari penyelaman. Edgar tak henti-henti memperhatikan Anemometer yang baling-balingnya terus berputar. Johan terus menggenggam erat tiang pembatas di pinggir dek kapal, pandangannya tak lepas dari lautan, terus berharap Doktor Archie dan Doktor Sabrina kembali dengan aman. Meski belum sama sekali mendapatkan data-data berarti dalam survei hari ini, aku tetap mencatat setiap detil kemajuan yang kami dapatkan dalam jurnal penelitian. Mulai dari para peneliti SAMS yang menjemput kami di pesisir pantai Blackwaterfoot hingga kami sampai di wilayah laut tepat di pertengahan Pulau Arran dan Semenanjung Kintyre. Tak banyak yang kuketahui terkait rekam jejak historikal Firth of Clyde, selain apa yang telah disampaikan oleh Johan pada rapat. Karena sejatinya wilayah ini tak terlalu populer bagi sebagian besar rakyat Britania, terkecuali mereka yang merupakan warga negara Skotlandia. Meski be
Satu minggu telah berlalu semenjak survei pertama penelitian Northern Union Loot berubah menjadi tragedi mengenaskan. Selama satu minggu tim SAR dikerahkan untuk mencari keberadaan Johan dan Edgar. Namun tak membuahkan hasil sama sekali. Firth of Clyde terlalu luas, serta laut yang pasang turut menyulitkan pencarian. Laut yang pasang, gelombang laut yang mengamuk serta rendahnya suhu lautan di musim dingin. Kemungkinan selamat begitu kecil. Aku begitu berat menerima fakta ini. Namun apa daya, tak ada yang bisa kusangkal lagi. Satu minggu berlalu semenjak Johan dan Edgar dinyatakan tewas dalam survei penelitian. Selama itu pula Natal berlangsung. Disaat semua orang tengah merayakan Natal dengan bahagianya, tak sama halnya dengan para jajaran CBA, yang telah kehilangan dua orang Arkeolog kebanggaannya. Kepulan awan hitam menutupi pancaran mentari siang ini. Berlangsung lama, namun tak ada tanda-tanda hujan akan datang, hanya sekelibat gemuruh guntur dan kilat yang mengiringi. Langit s
Semua sudah terungkap, alasan mengapa Sir Edric memberi tugas kepada Elly untuk mengungkap keberadaan Northern Union Loot, serta tragedi kelam yang terjadi dibalik pencarian itu. Nafas Elly berubah sesak, begitu berat dia mendengarkan semua yang telah diungkapkan oleh Bernard. Bahkan tangannya tak berhenti gemetar, perlahan air mata mulai mengalir. "Jadi, yang kubaca selama ini adalah hasil penelitian ayahku. Sir Edric sudah tahu siapa aku hingga mencetak ulang hasil penelitian ini dengan huruf braile. Kenapa Sir Edric tidak memberitahukan ini dari awal? Kenapa ayah tidak merujuk catatan historis kerajaan? Kenapa? KENAPA!? KENAPA DIA BISA SECEROBOH ITU," maki Elly.Elly tak bisa lagi berpikir jernih. Pilu berkecamuk dalam hati dan pikirannya. Hanya bisa memaki. Seakan niatnya sedari awal mulai diguncang hebat. Dia mulai menunduk, mencengkram kuat kepalanya, berteriak karena tak mampu mengatasi kebingungan yang begitu pekat menutupi jalan pikirannya. Reaksi Elly membuat Albert dan Wi
Langit malam kota Blackpool terkesan sendu, bulan dan bintang terpandang samar tertutup awan mendung. Sunyi terpancar di jalan utama kota Blackpool, mobil-mobil yang melintas bisa dihitung jari. Sebuah mobil Limousin menyusuri jalan kota yang sepi itu, didampingi dua mobil Mercedes Benz yang melintas sejajar di depannya. Di dalam mobil Limousin, Sir Edric terus memandang keluar jendela dengan raut lara dan mata sembab menghiasi wajahnya."Kau belum tidur dua hari ini, Sir. Istirahatlah sejenak, perjalanan kita ke Scarborough masih panjang," imbau pengawal Sir Edric yang duduk berhadapan dengannya.Sir Edric dapat mendengar jelas imbauan pengawalnya, namun pandangannya tak kuasa beralih dari jendela. "Sudah tiga hari semenjak pertemuanku dengan Eleanor. Selama itu pula aku tidak bisa semenitpun tenang. Pergerakan mereka semakin lama semakin mengkhawatirkan. CBA dan SAMS sudah menerima imbasnya. Entah siapa lagi yang akan meregang nyawa," ucap Sir Edric yang masih memandang keluar jende
Satu tahun setelah Tragedi Firth of Clyde. Sebuah pesta megah nan mewah terselenggara di Grantley Hall, Yorkshire Utara, pesta yang diadakan dalam rangka merayakan 35 tahun berdirinya Thorn Enterprises. Ratusan tamu pesta yang didominasi orang - orang kalangan atas turut memeriahkan balai riung dengan terbalut busana anggun dan berkelas. Prasmanan dipenuhi hidangan buatan juru masak restoran bintang lima serta menara sampanye berdiri rapi diatas prasmanan, menambah ciri khas kemewahan pesta itu. Alunan musik klasik yang dimainkan orkestra menjadi melodi pendamping para tamu yang asik berbincang sembari menyantap hidangan - hidangan berkelas. Namun ditengah hiruk-pikuk pesta megah itu, meski sudah memilih setelan jas serba putih dengan dasi hitam sebagai pakaian untuk menghadiri pesta, sang pemilik perusahaan lebih memilih untuk menyendiri di balkon hotel, menyantap sepiring daging kalkun dan segelas sampanye diatas meja yang dikhususkan hanya untuknya yang asik menikmati pemandangan m
Setelah berhasil kabur dari kejadian mengancam nyawa di rumah Bernard, Elly yang baru saja menerima tembakan di perut kanannya kini terlelap diatas kasur rumah sakit, dilengkapi selang infus yang tersambung dilengan kanannya. Cassie yang tidak berhenti khawatir terus menemani Elly disamping kasurnya, duduk menunggu Elly kembali sadar hingga ia terlelap sembari menggenggam tangannya.Will yang sama khawatirnya juga hanya bisa menunggu Elly sadar di bangku koridor rumah sakit. Ia hanya bisa duduk bertumpu tangan termenung dengan pikiran yang dipenuhi kekhawatiran akan nasib Elly, Albert dan ayahnya yang hingga saat ini belum diperingati akan penyusupan di kediaman Arathorn.Ingin rasanya Will memejamkan mata sejenak untuk melepas penat akan kejadian tak terbayangkan yang dialaminya bersama Elly. Namun kenyataanya, hampir dua jam ia tidak kuasa bahkan hanya sekedar duduk bersandar di bangkunya."DIMANA ELLY! APA YANG KAU LAKUKAN PADANYA!"Seakan tidak diberikan ruang untuk bernafas, lamu
Pukul 00.00. Awal pergantian hari. Waktu dimana semua hiruk-pikuk sirna sementara. Jalanan lintas kota begitu lengang di malam gulita tengah berselimut hening. Deru mesin mobil yang melintas seakan buram oleh gulita tengah malam. Namun, disaat semua kendaraan menjaga batas kecepatan, sebuah mobil dengan jendela retak penuh bekas tembakan melaju dengan cepatnya. Menerabas hening, memenuhi seisi jalanan dengan deru mesin yang nyaring. Mobil yang tengah dikendarai oleh Will. Tatapan Will yang terarah ke jalan meraut amarah begitu mendalam. Kedua tanganya dengan erat mencengkram roda kemudi. Suasana tengah malam membuatnya tak perlu memikirkan peraturan keselamatan berkendara. Kemelut pikiran yang membuncah membuat Will terus menaikkan kecepatan mobilnya. Mobil Will melaju begitu cepat, sesekali menyentak mobil-mobil lain yang melintas. Sedikit saja Will salah berbelok, mungkin akan terjadi kecelakaan parah. Tetap saja, itu tak membuat Will sadar akan betapa bahaya cara berkendaranya. Y
Silvie kesal karena gagal menghentikan kaburnya Will dan Elly, namun tujuan utamanya ke rumah Bernard adalah mengambil semua temuan dibawah rubanah. Saat ini Silvie tengah mengelus-elus nyeri rahang lebamnya, tengah menduduki tanah dan bersandar di samping mobil Van-nya, sembari menghisap sebatang rokok, menunggu anak buahnya yang lain datang dan menjemput semua temuan di rubanah setelah sempat menghubungi mereka.Setelah menghabiskan setengah bungkus rokok selama tiga jam menunggu anak buahnya datang, dua mobil Van hitam lain datang dan berhenti dibelakang mobil tempat Silvie bersandar. Sebanyak empat orang turun dari mobil dan dengan cepat mendatangi Silvie."Madame Silvie! Kau tidak apa?" tanyanya khawatir."Menunggu kalian sembari mengotori bokongku dengan tanah, di depan rumah yang berisi lima mayat. Apa menurutmu itu hal bagus?" sindir Silvie."Ti-tidak, Madame," balasnya gugup."Berarti aku tidak baik - baik saja, Otak Udang!" hina Silvie yang kemudian bangkit dari duduknya.Se