Beranda / Fiksi Sejarah / NOISES : Treasure of North Britain / XLVI. New Chapter of Dame's Life

Share

XLVI. New Chapter of Dame's Life

Penulis: The Lone Seeker
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-16 23:00:17

Tiga hari berlalu semenjak Elly, Will dan Hana dinobatkan sebagai Sir dan Dame atas jasa mereka dalam penemuan Northern Union Loot di Pulau Man. Pasca penemuan itu, Kastil Peel sudah menjadi area supervisi bagi para Arkeolog CBA untuk meninjau lebih dalam terkait ruang rahasia bawah tanah di Pulau Man. Sementara patung-patung yang terbuat dari berbagai macam leburan logam sedang melalui proses ekstraksi, diangkut untuk diteliti CBA serta diklaim sebagai aset milik Kerajaan Britania Raya.

Sebagai imbalan atas jasa mereka, setelah mengkonversi nilai temuan yang menyentuh angka fantastis, Kerajaan memberikan 20% nilai Northern Union Loot dalam bentuk uang kepada Elly, selaku nahkoda utama dalam penemuan Northern Union Loot.

"Selamat atas penemuanmu, Dame Eleanor!"

"Kau butuh apa hari ini, Dame Eleanor? Lobak? Wortel? Katakan saja padaku, biar kuambilkan."

"Sudah cantik, pintar pula! Tak salah Ratu menobatkanmu, Dame Eleanor."

"Apa kau punya hubungan spesial dengan Sir Wilfred, Dame Ele
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • NOISES : Treasure of North Britain   XLVII. The Owl Generosity

    Terletak di lingkungan yang tenang nan asri, distrik Claremont, Blackpool. Rumah berlantai dua, lengkap dengan cerobong asap menjulan di atap, berdiri dalam fondasi batu-bata bercorak elegan, dikelilingi pagar jeruji hitam berhias pagar hidup tertata rapi di belakangnya, menjadi hal pertama yang diwujudkan Elly setelah menerima 20% imbalan penemuan Northern Union Loot. Letaknya yang jauh dari hiruk-pikuk kota membuat Elly, Hana dan Cassie harus lanjut berjalan usai diturunkan di stasiun bus terdekat. Menyusuri jalan setapak yang dikelilingi pepohonan rindang. Saking hening dan tenang lingkungan rumah Elly, desiran angin sepoi-sepoi terasa jelas, sahut-sahut siulan Burung Robin terdengar merdu layaknya melodi. Tongkat tunanetra di tangan kanan terus diketuk ke sekitaran, memandu langkah Elly lewat gema ketukan tongkat serta perabaannya. Tangan kiri Elly memegang kantung plastik berukuran sedang berisi belanjaan, tangan yang juga tengah dipeluk oleh Cassie, berjalan riang sembari men

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • NOISES : Treasure of North Britain   XLVIII. Beef and Porridge

    Banyaknya tamu yang berhadir di rumah Elly membuat meja makan persegi panjang bertaplak kaca tak mampu menampung seluruh jurnalis. Delapan bangku sudah terisi penuh, sementara sisa jurnalis terpaksa menunggu di empat sofa panjang ruang tamu, yang terletak sekitar empat langkah dari meja makan. Walau tamu yang hadir terbilang banyak, selama di dalam rumah para jurnalis tak ada yang berbincang, lantai satu rumah Elly terkesan begitu hening. Para jurnalis di meja makan dan ruang tamu dengan seksama memperhatikan Elly, Hana dan Cassie yang sudah mengenakan celemek di dapur, menyaksikan proses penyiapan hidangan lewat jendela saji yang menghubungkan dapur dengan ruang makan. Di meja dapur, Cassie mengambil kiwi dari mangkuk kaca besar, berusaha untuk mengupas kulit kiwi satu persatu lalu di letakkan ke dalam wadah kaca lain. Gadis kecil itu terlihat kesulitan, kulit buah yang berbulu halus itu masih terlalu keras untuk ia buka. Di samping Cassie, Hana terlihat tengah mengaduk wadah be

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • NOISES : Treasure of North Britain   XLIX. The Tip

    Petang berganti malam, walau tak mendapat kesempatan untuk wawancara ataupun mendapatkan bahan pemberitaan, para jurnalis pulang setelah mendapat sambutan hangat dan menikmati hidangan nikmat. Melewati daun pintu kayu berwarna putih, keluar dengan berbaris teratur, perbincangan hangat mengiringi langkah mereka, keluar dengan senyum bahagia, tanpa ada sedikitpun rasa sesal walau tak diizinkan menyalakan kamera. Cassie berdiri tepat di samping daun pintu, memandangi setiap mereka yang keluar dari rumah Elly. Beberapa jurnalis sesekali memberi sapaan hangat padanya saat berpamitan. Satu-persatu jurnalis keluar, hingga menyisakan Dona di barisan paling belakang. Sebelum keluar, ia menyempatkan diri untuk menghampiri Cassie, seraya membungkuk dan mengelusi pipi gadis kecil itu. "Smoothie buatanmu enak sekali, Cassie. Kau tak keberatan jika aku mampir lagi, kan?" puji Dona seraya tersenyum hangat. "Terima kasih, Kak Dona. Aku sama sekali tak keberatan kalau kau datang lagi. Tapi, aku tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • NOISES : Treasure of North Britain   L. Taken Away

    Senyap, sunyi dan tak bisa diprediksi. Picu pistol sudah tertarik, siap melesatkan peluru kapanpun Porter ingin menarik pelatuk. Elly benar-benar merasakan puncak ketegangan. Tubuhnya gemetaran, peluh dari dahi mulai bercucuran. Laptop yang sedari tadi ia pangku terjatuh ke atas kasur akibat tubuh yang terus bergetar.Dengan santai, Tania mengambil salah satu buku dari susunan dalam rak yang ia sandari. Hanya sesaat ia membalik beberapa halaman, sebelum kemudian ia mencampakkan buku yang barusan diambil. "Yah. Sebenarnya jauh lebih mudah jika kita langsung membunuh target yang diberikan pada kita. Namun setelah dipikir-pikir lagi, sayang sekali kalau perempuan buta yang berhasil membuat Silvie mati kutu terlalu cepat dilenyapkan. Kau orang yang menarik, Eleanor Aetherelt," puji Tania.Walau air mata ketakutan mulai berlinang, Elly berusaha membuka mulut bergetarnya. "A-Apa yang kalian inginkan? A-Aku sudah tak punya urusan dengan Northern Union Loot! Se-Semuanya sudah jadi aset Keraja

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • NOISES : Treasure of North Britain   LI. Determination Of The Sole Heir 

    Pasca penobatannya, Will yang sudah mewarisi sepenuhnya perusahaan Thorn Enterprise kini disambut berbagai macam kompleksitas. Walau harus berkabung lama sejak kematian Sir Edric Arathorn, Will perlahan sadar akan betapa besar tanggung jawab sang ayah selaku CEO perusahaan, jabatan yang kini sudah didudukinya. Semenjak memangku jabatan barunya, Will lebih sering menyendiri di dalam kantor pribadi Sir Edric, tengah berupaya keras untuk memahami program kerja seorang CEO sekaligus mempelajari beragam kemelut ekonomi yang tengah berlangsung di Thorn Enterprise. Kantor yang kini ditempati oleh Will begitu menunjukkan betapa tersohornya sosok Sir Edric Arathorn. Di salah satu dinding tergantung berbagai sertifikat prestasi, penghargaan, dan foto-foto bersama tokoh-tokoh penting dalam dunia bisnis serta potret bersama anggota Keluarga Kerajaan Britania Raya. Terdapat juga sebuah peta dunia yang diletakkan di belakang meja kerja, menandakan betapa luas jangkauan bisnis Thorn Enterprise. Di

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-25
  • NOISES : Treasure of North Britain   LII. Escape From The Cemetery

    Alasan mengapa Will selalu menyempatkan waktunya di pukul 05.00 sore, hingga rela mengabaikan banyaknya jadwal pertemuan yang sudah masuk dalam rekapitulasi sekretarisnya, tak lain karena taman pemakaman Carleton tak ramai didatangi pelayat pada waktu-waktu itu. Will ingin menghabiskan sisa sorenya dengan mengunjungi makam sang Ayah secara rutin. Pohon Maple yang tumbuh di samping makam Sir Edric menjadi saksi bisu, dahan dan ranting menjadi payung alami yang menjaga nisan pualam tetap teduh, serta menghiasi dengan pancar bayang-bayangnya. Will bersandar di batang pohonnya, lipatan jas diletakkan di samping kiri ia duduk, duduk sambil menekuk kaki kanan. Kepalanya menengadah, memandang sendu langit senja. Will tak datang dengan tangan kosong. Di samping kanannya sudah ada sebotol Wiski dengan isi bersisa setengah. Kini ia tengah memegang shot glass berisi Wiski di tangan kanan, menimpa lengan kanan di atas lutut untuk mengambil jeda sejenak, sebelum melanjutkan tegukan. "Satu p

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • NOISES : Treasure of North Britain   LIII. Unsolved Complexity

    Petang berganti malam. Sekitar dua jam berselang selama Pascal memacu motor cruiser miliknya, melaju kencang bersama Will, mencari tempat aman setelah berhasil kabur dari para penembak di makam. Selama dirinya berkendara menyusuri jalanan Pascal sesekali menoleh ke spion motor, melihat Will yang tak berhenti memegangi hidungnya. Sambil terus menarik gagang gas di kanan agar motor tetap melaju, Pascal merogoh saku jaket dengan tangan kiri, mengambil sapu tangan lalu memberikannya pada Will. "Ini. Sumpal hidungmu sampai darahnya berhenti," ujar Pascal. Tidaknya menerima pemberian Pascal, Will membuka tangan di wajah, menunjukkan bentukan hidung pada Pascal, terlihat dari spion batang hidung serta tulang rawan yang sudah bergeser posisinya, akibat dari sikutan kuat Pascal saat Will mabuk di makam. "Apakah sapu tanganmu juga bisa memperbaiki hidungku?" sungut Will kesal. "Mau bagaimana lagi? Kalau tak kuhantam kau takkan sadar, kan?" balas Pascal. Setelah lama berkendara, Pascal mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06
  • NOISES : Treasure of North Britain   LIV. How To Shoot

    Usai menghabiskan makan malam bersama Will di sebuah restoran cepat saji kecil, Pascal dan Will melanjutkan perjalanan di tengah malam yang semakin larut. Memacu motor menuju arah barat daya, melewati jalanan perkotaan yang mengarah pada wilayah perbatasan kota. "Sepertinya kita baru saja keluar dari Blackpool. Boleh aku tahu ke mana lagi kau akan membawaku, Pascal?" tanya Will yang duduk di boncengan, seraya memicing mata akibat desir angin seiring kecepatan motor, bicara dengan nada tinggi agar suaranya tak tersamar deru mesin. "Bolton! Ingat Agen MI6 yang juga ikut ke dalam misi? Dia baru saja mengirimkan koordinat ke ponselku. Mungkin kau bisa segera menemui Dame Hanneli sesampainya di sana!" balas Pascal juga dengan nada tinggi, agar suaranya dapat terdengar oleh Will, walau suaranya sedikit terbekap oleh kedap helm fullface. Will merasa menghela nafas, sedikit lega setelah mendengar jawaban Pascal, walau kini risau masih bersisa mengingat bahwa Elly telah diculik oleh IRA. "

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-11

Bab terbaru

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXXI. Buried Unity [END]

    Sejatinya, perjalanan dari Roma menuju Sirakusa terbilang sangat jauh jika mengambil jalur darat. Ada empat kota yang harus dilewati sebelum mencapai Sirakusa, yakni Napoli, Benevento dan Catania. Membuat waktu perjalanan dapat diperkirakan menjadi 10 jam lamanya. Namun, berkat helikopter MI5, rombongan Pascal hanya perlu menempuh waktu 1 jam perjalanan, hanya butuh terbang dengan memotong jalur melewati garis Laut Tirenia. Katakomba San Giovanni. Sebuah kapel bersejarah yang terbangun diantara susunan batu alam. Kesan kuno serta dilengkapi ukiran-ukiran fresko yang semakin memudar, merupakan pelengkap setiap dinding-dinding dan pilar-pilar fondasi area pemakaman. Tampak luarnya tak beda dengan arsitektur kapel dan gereja pada umumnya, hanya kesan kuno serta sarat sejarah yang membedakannya. Setidaknya, itulah tampak sekilas dari atas tanah. Terkesan tak begitu mencolok sebagai salah satu situs bersejarah, bahkan disekitaran area kapel masih dapat dijumpai bengunan-bangunan pemukiman

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXX. The Chronicles of Magna Graecia

    Vilfredo membawa rombongan Pascal ke ruang kerja pribadinya, yang terletak di lantai dua Museum Capitolini. Tak seperti ruang kerja pribadi pada umumnya, terdapat bentang tiga rak melengkun setinggi dua meter di belakang meja kerja Vilfredo. Tak hanya itu beberapa sisi ruangan juga dipenuhi beragam pajangan artefak-artefak bersejarah. Seperti lukisan langka milik Caravaggio, Titian serta pahatan patung dari Praksiteles dan Skopas. Seluruh rombongan Pascal menyusuri ruang kerja seluas 30 meter persegi itu. Dona mengambil salah satu buku dari rak lengkung dan memperhatikan sampul beserta isinya, membaca buku berjudul 'The Romans: From Village to Empire' karya Mary T. Boatwright. Pascal tengah memperhatikan salah satu lukisan yang terpanjang di dinding, lamat-lamat memandangi karya berjudul Assumption of the Virgin oleh Carvaggio, lukisan yang menggambarkan Kenaikan Perawan Maria ke Surga, dengan komposisi yang dramatis dan penggunaan warna yang luar biasa. Sementara Hana bergedik jiji

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXIX. The Eternal City

    Karena memutuskan untuk menuruti permintaan Elly, penerbangan yang seharusnya hanya memakan waktu 1 jam saja menuju london kini berlangsung lebih lama. Deru mesin helikopter yang begitu bising berangsur memudar seiring berjalannya waktu penerbangan, terkesan lebih menenangkan. Elly bahkan sampai tertidur, duduk di bangku panjang helikopter namun kepalanya bersandar di atas brankar, tepatnya menyandari perut Will yang juga sudah terlelap di atas tempat tidurnya. Will tertidur nyenyak, dengan posisi tangan kanan yang menapak di atas kepala Elly. Begitu juga dengan Hana, hanyut terbawa kantuk setelah penerbangan hampir berlangsung selama dua jam. Terlelap begitu nyenyak dengan berbaring di atas bangku panjang helikopter. Berbeda halnya dengan Pascal dan Dona yang masih terjaga, di bangku panjang seberang Hana, keduanya tengah fokus memperhatikan tampilan satelit peta digital di layar tablet pintar. Seraya berdiskusi untuk mempersiapkan lokasi pendaratan. "Hmmm.. Susunan komplek museum

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXVIII. To Get One Step Ahead

    Sayang, momen-momen meramu asmara dalam cumbuan terpaksa berhenti, tatkala ko-pilot helikopter menjulurkan radio genggam ke belakang. "Sir Wilfred, Dame Eleanor. Letnan Pascal ingin bicara dengan kalian," potongnya. Sontak, Will dan Elly yang tadinya hanyut dalam pagutan secara bersamaan menjauhkan badan, melepas dekapan setelah mendengar panggilan ko-pilot. Elly begitu tersipu setelah menghabiskan menit-menit singkat untuk mencumbu Will, kepalanya tertunduk, hendak menyembunyikan wajah memerah dari Will. Sementara Will merangkak di atas brankar, meraih radio genggam dari tangan ko-pilot lalu mendekatkannya ke mulut. "Ya, Pascal? Ada apa?" tanya Will. "Ah! Wilfred. Kau sudah bangun ternyata. Baru saja aku ingin menanyakan keadanmu pada Dame Eleanor. Kau sudah merasa lebih baik sekarang?""Begitulah. Dada dan perutku masih terasa berdenyut, sesekali aku juga kesulitan bernafas. Tapi selebihnya, tubuhku sudah mulai bisa digerakkan seperti sedia kala," ujar Will, seraya meregangkan ba

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXVII. For The Greater Good

    "Nyonya R. Nyonya R. Bangunlah. Aku butuh bantuanmu."Greta yang tadinya terlelap kini berubah tak tenang, ia yang mendudukkan badan di atas matras putih, kini sedang mengguncang pelan tubuh Revna, yang terlelap bersama Greta di matras yang sama, tidur dengan posisi membelakangi gadis kecil itu. Setelah beberapa kali tubuhnya diguncang oleh tangan mungil Greta, Revna yang semula tertidur nyenyak kini memicing mata, guncangan pelan Greta seketika menarik kembali kesadarannya. Revna meregangkan badan seraya mengusap mata sayup setelah terbangun, sebelum kemudian ia mendudukkan badan perlahan, lalu berbalik menghadap Greta, yang terlihat memasang wajah murung. Sadar Greta telah terbangun, Revna lekas menangkup pipi kiri Greta seraya mengusap lembut dengan jemari. "Ada apa, Greta? Mengapa kau terlihat gelisah sekali?" tanya Revna lemas. "Anu. Apa perbanku sudah boleh dibuka, Nyonya R? Ini terasa sangat gatal. Aku tidak tahan," pinta Greta lirih, seraya memangku kepal kedua tangan, yang

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXVI. Who Deserve The Most

    Malam semakin larut, para pengungsi lanjut beristirahat setelah menikmati kari daging sederhana, kemah pengungsian sudah tak se-riuh sebelumnya, para pengungsi termasuk Greta telah kembali ke tenda masing-masing, menyudahi hari untuk menyambut hari berikutnya, sambil terus berharap agar situasi berat ini segera usai.Di saat semua pengungsi beristirahat, lain halnya di tenda utama. Diaz dan Andrew berjongkok di samping kiri dan kanan Clansman PRC-320, memperhatikan seorang lansia yang tengah fokus memutar tuas bundar frekuensi, pria tua berpakaian kemeja putih lengan panjang terbalut mantel wol abu, serta memiliki rambut pendek serba putih, yang tak lain adalah Pak Tua Sam. "Padahal sudah dari tadi sore kau kusuruh memanggil Pak Tua Sam, kenapa kau baru membawanya setelah makan malam, Diaz!?" sungun Andrew kesal. "Si Tua ini tidur di tendanya! Kau tahu sendiri jika dia sudah tidur akan sesulit apa dibangunkan! Dia hanya akan bangun jika mendengar suara baku tembak!" timpal Diaz. "L

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXV. Similar, But Different

    Lembayung senja berganti menjadi rembang petang, langit berangsur temaram, menandakan hari hampir menyambut malam. Rembang petang menjadi pertanda datangnya waktu makan malam bagi para pengungsi Armargh, dimana kini puluhan pengungsi berbondong-bondong mendatangi pelataran tenda hijau. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, bahkan juga lansia, membawa masing-masing piring, berkerumun mengelilingi kuali besar yang dipanaskan oleh kayu bakar, menunggu Kari matang. Petinggi Maze seperti Lloyd, Andrew dan Peter bertugas mengatur kerumunan pengungsi, agar tak berada terlalu dekat dengan kuali selama Revna, Elly serta beberapa pengungsi wanita yang tengah menyiapkan makan malam.Sebuah meja panjang kayu berdiri di samping kuali, tempat Revna, Elly serta dua orang pengungsi wanita tengah sibuk meracik bahan-bahan Kari. Revna dan satu pengungsi wanita terlihat tengah memarinasi daging di dalam sebuah loyang besar, mengaduk dan memijat lembut potongan-potongan daging agar bumbu seperti gara

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXIV. The Involvement of Another Nation

    "Kalian boleh buka lagi catatanku dan jurnal Ayah. Aku ingat sekali sempat beberapa kali menulis kata Magna Graecia saat tengah menyalin," pinta Elly. Mendengar Elly, Revna kembali membuka dua jurnal milik Johan, meletaknya secara bersamping-sampingan seraya membalikkan halaman dengan seksama, mencari kata Magna Graecia di dalam jurnal untuk memastikan prakiraan putrinya. Sama halnya dengan Andrew, ia kembali membuka catatan Elly, juga mencari kata Magna Graecia. Setelah beberapa saat membalik susun halaman serta memindai catatan, baik Revna dan Andrew berhasil menemukan kata Magna Graecia di jurnal Johan dan catatan Elly, tersemat diantara beberapa baris paragraf. "Tahun Tujuh Ratus Lima Puluh Delapan. Kapal besar yang membawa rombongan Misionaris Magna Graecia tiba di Pulau Iona. Kedatangan mereka tak disambut baik karena ajaran yang dibawa berlawanan dengan paham Gereja Iona," Andrew membacakan salah satu paragraf di catatan Elly, seraya mengernyit heran karena penjelasan paragr

  • NOISES : Treasure of North Britain   LXXIII. New Hint From The Begining

    Diaz bergegas keluar dari tenda, berniat memanggil Pak Tua Sam untuk membantu pencarian sinya komunikasi tepat terhadap militer Britania. Namun sesaat setelah ia melewati pintu tirai, Diaz mendapati Lloyd di pelataran tenda, yang tengah duduk merebah diatas sebuah kursi malas, memandang murung semburat kemerahan mentari sembari meneguk sebotol bir.Menyadari kedatangan Diaz, Lloyd mengambil satu botor bir yang terletak di samping kursi malas, lalu menyodorkannya pada Diaz, namun tatapannya masih terarah pada angkasa. "Kalau aku jadi kau, takkan kupenuhi permintaan gadis muda itu untuk menghubungi MI5 dan MI6. We've through a lot in here. Mayoritas pengungsi adalah warga Irlandia. Kau tak ingin mengubah kemah pengungsian yang tenang ini menjadi ricuh saat para cecunguk Kerajaan itu datang, bukan?" himbau Lloyd. Tidaknya menerima tawaran bir dari Lloyd, Diaz malah melipat tangan, mengabaikan sodoran bir. Ia sadar bahwa Lloyd sedari tadi mendengar perbincangan di dalam tenda. "What's wr

DMCA.com Protection Status