Thorn Lotus Suites yang ternyata merupakan salah satu dari banyak aset milik Thorn Enterprise memudahkan rombongan Pascal dalam misi penyelamatan. Mereka berempat mendapatkan akses untuk menempati salah satu kamar mewah di lantai empat gedung hotel berbentuk huruf U itu. Disaat Dona–yang kini hanya mengenakan tanktop abu setelah melepas baju taktikalnya–duduk di atas satu dari empat ranjang dalam barisan sembari sibuk menekuri ponsel pintar, serta disaat Hana tengah membersihkan diri di kamar mandi dalam kamar hotel, Pascal masih setia menanamkan fokus pandangannya pada gedung yang akan mereka datangi malam nanti. Pascal masih setia duduk di atas bangku kecil yang ia letakkan di depan jendela. Sudah sekitar satu jam Pascal memantau gedung empat lantai yang menjulang lurus dari balik jendela. Dengan menggunakan teropong binokular jangkauan menengah, Pascal terus memperhatikan setiap pergerakan di sekitar gedung yang terletak sisi barat Sungai Foyle, mendapati beberapa personel penjag
Kapal Patroli Pesisir Kelas River Batch 1. Kapal dengan kode nama HMS Tracker, atau Her Majesty's Ship Tracker. Sebuah kapal patroli bercat hitam serta berukuran 20, 8 meter yang di utus oleh pangkalan Angkatan Laut untuk menjemput rombongan Pascal dan kini tengah berlayar menuju sisi barat Sungai Foyle. Angkatan Laut juga menugaskan empat orang tentara untuk menemani serta membantu misi penyergapan. Nahkoda kapal sengaja menurunkan kecepatan berlayar serta mematikan lampu sorot, sebagai langkah antisipasi jika keberadaan mereka diketahui para personel IRA ketika menyebrang. Selama kapal melaju pelan, di dek depan HMS Tracker, Pascal yang sudah menyandang SCAR-L serta satu orang tentara Angkatan laut tengah mengeker teropong binokular ke depan, mengawasi pergerakan IRA di pesisir barat Sungai Foyle. "Hanya terlihat Feri serta dua kapal patroli. Namun hanya terlihat tujuh orang personel yang berjaga di sekitar dermaga. Bagaimana, Letnan? Apa menurutmu kita bisa menepikan kapal ke p
Terletak pada lokasi yang tak teridentifikasi informasi sipil. Pasca rapat khusus diadakan bersama Menteri Pertahanan, kini ruang pusat komando MI6 mulai disibukkan oleh beragam tugas pencegahan. Malam itu, dua agen wanita dan dua agen pria tengah duduk sejajar sembari mengoperasikan masing-masing komputer di atas sebuah meja putih panjang, yang juga terhubung secara nirkabel pada monitor besar di seberang mereka. Mereka berempat merupakan anggota dari CMA, singkatan dari Crisis Management and Anticipation. CMA sendiri adalah satu dari sekian banyak bagan tugas yang tergabung dalam MI6. Tugas mereka adalah membangun perencanaan serta strategi antisipatif untuk menghadapi krisis yang terjadi dalam lingkup Britania Raya. Mereka juga memiliki akses menuju pengarsipan data-data rahasia dari lima negara yang tergabung, mulai dari catatan militer, perencanaan kebijakan internasional sampai program rahasia yang tak diketahui pemerintahan manapun. "Nyonya Isabel sudah dihubungi, Derek? Tem
Terletak di balik selubung-selubung rerimbunan pohon di sekitaran sisi barat Sungai Foyle, sebuah gedung berlantai tiga, begitu lusuh tampak luarnya, dengan cat putih mengelupas serta lumut-lumut menjalari dinding. Puluhan personel berpakaian taktikal hitam loreng lengkap dipersanjatai laras panjang berjenis AK-47, terlihat berlalu lalalng seraya merangkai fokus di sekitar pagar jaring yang membentengi gedung itu. Menjadi tantangan baru bagi Pascal dan rombongannya dalam menyusupi gedung kumuh berpenjagaan ketat yang diduga sebagai markas IRA. Dari balik semak yang terletak sejauh 2 meter dari gedung itu, sembari berjongkok untuk menyembunyikan keberadaan diri dan tiga orang di belakangnya, Pascal mengeker binokular untuk memperhatkan gerak-gerik personel IRA yang berjaga di pos depan gedung. Terlihat para personel begitu teliti memeriksa siapapun yang hendak melewati pos penjagaan, tak peduli apakah itu mobil mewah para konglomerat atau truk sesama personel IRA, tak ada satupun yang
Hening begitu lekat terasa setiap kali langkah ditapaki pada beludru hitam lantai tiga markas IRA. Pascal dan Dona yang memimpin jalan di depat tetap memegangi laras panjang tersandang, bergaga-jaga jika melihat atau mendengar pergerakan yang datang dari puluhan pintu kamar di sisi kiri dan kanan lorong satu arah. Will yang berjalan di belakang juga memegang erat gagang pistol dengan kedua tangan, seraya mengedar tatapan fokus dan menjaga kesiagaan. Lain halnya dengan Hana, yang berjalan tanpa bersiaga sama sekali, hanya bisa mengandalkan Will dan dua orang terlatih di depannya, mengingat pistolnya sudah tak menyisakan sebutir peluru serta masih ada sekelibat sesal akan kejadian di elevator beberapa menit yang lalu. "Hei, Letnan. Kenapa kita tidak memeriksa satu-persatu kamar ini? Mungkin mereka menyembunyikan Elly di salah satu kamar di lorong ini," tanya Hana. Pascal dan Dona tak berniat menghentikan langkah walau mendengar usulan Hana. "Negatif. Lorong ini sangat sunyi. Jika Dame
Sorak-sorai tepuk tangan para konglomerat yang menghadiri pelelangan begitu meriah, mereka berdecak kagum melihat Tania baru saja menghujam belati ke kening Ferdinand. Wajah para konglomerat meraut senyum sumringah, tak ada satupun yang merasa ngeri, ataupun jijik melihat darah terus mengalir keluar dari hujaman belati. Semua yang terjadi di ruang teater markas IRA, sekaligus membuktikan bahwa para konglomerat memiliki paham yang sejalan dengan IRA, hingga tidak ragu menggelontorkan dana sebanyak apapun untuk mendukung organisasi kontra Kerajaan itu, yakni memisahkan Irlandia Utara dari Britania sekaligus menegaskan kedaulatan Kepulauan Irlandia. Padahal belum genap 20 menit memasuki ruang teater, namun Pascal dan Dona sudah mendapatkan begitu banyak informasi mengenai IRA, serta merasa geram melihat betapa bengis tindakan-tindakan di balik organisasi itu. Portet yang baru saja mengetuk palu semakin terkesima melihat tingginya antusiasme para konglomerat, ia sampai ikut bertepuk tan
Kedua mata menatap nanar, gemeretak gigi tersembunyi di balik selubung masker hitam. Kobar api amarah seakan melejit tajam, hingga nafas Will bergetar menahan geram. Hati seakan terbakar, saat melihat tongkat kemahsyuran sang ayah tengah dipegang oleh Porter, di pampang dengan bangga pada para konglomerat, seakan memamerkan tragedi kelam yang telah merenggut nyawa Sir Edric. Luapan amarah menuntun tangan kanan Will untuk mengambil pistol yang terselip di saku kiri jasnya. Namun sesaat sebelum Will mengeluarkan pistol dan hendak bangkit dari bangkunya, Dona lekas menahan dengan memegang erat bahu Will. "Sir! Kendalikan dirimu! Masih ada banyak sekali personel IRA di sini!" cegah Dona dengan berbisik pelan. Kalau bukan karena di cegah Dona, mungkin Will sudah melepas tembakan ke panggung, hingga mencipta kisruh di ruang teater. Alhasil, Will akhirnya memejam mata seraya menarik nafas dalam-dalam, berusaha meredakan amarah agar rencana Pascal tak berantakan. "Kuharap Pascal sudah pun
Walau sempat menjalani baku tembak dengan beberapa personel IRA di luar markas, juga dikarenakan jumlah bala bantuan yang tak terlalu banyak–hanya berkisar 40 orang personel, serta atas arahan Pascal yang meminta para tentara Angkatan laut mengendurkan serangan agar dapat mengantar bantuan medis ke lantai 3, para konglomerat beserta jajaran personel IRA berhasil mengosongkan markas, berlabuh menggunakan lima unit truk yang sudah siap di parkiran. Alhasil, karena gagal mengamankan barang satu saja personel IRA ataupun konglomerat di markas Londonderry, bala bantuan Angkatan Laut bergegas memasuki markas, untuk segera mengirimkan bantuan medis kepada Will. Tentara Angkatan Laut juga sempat menyisir seisi markas, mencari keberadaan Elly, namun sayang mereka tak menemukannya. Kini dua orang petugas medis dari Angkatan Laut dikerahkan untuk memberikan Will pertolongan pertama, naik ke atas panggung yang lantainya sudah berceceran banyak darah, membawa dua buah tas berisi peralatan medis,