Bulan melepas seluruh pakaian syar'inya begitu dia sampai di dalam kamar di kediamannya di Bandung.Melangkah masuk ke dalam kamar mandi dan langsung merendam tubuhnya di dalam bathtub yang dia isi air hangat, Bulan memejamkan mata.Ucapan demi ucapan Ranti terus mengusik ketenangannya di sepanjang perjalanannya menuju Bandung tadi.Setelah sekian tahun berlalu dirinya hidup bersama Ranti dan harus bersabar menerima segala sikap buruk dan tak adil Ranti terhadapnya, Bulan memang tak pernah sekali pun membalas perkataan Ranti yang sering kali menyakiti hati dan perasaannya.Bukan tanpa alasan mengapa selama ini Bulan selalu mengalah dan terlihat lemah di hadapan Ranti.Sejatinya dia tidak lemah.Dan Bulan paling benci dianggap lemah.Namun, demi tercapainya tujuan utama yang selama ini dia rancang sedemikian rupa, yakni membalaskan dendam atas penderitaan yang dialami sang Ibunda dahulu akibat perbuatan Ranti, dengan menghancurkan Ranti, melalui Sitta, Bulan pun rela menjadi orang lain
"Oh, ya ampun, sayang? Kamu nggak kenapa-kenapa, sayang? Aku syok banget tadi pas sampe di sini, aku pikir kamu yang meninggal, sayang," ucap Kahfi dengan sandiwaranya di hadapan polisi.Dengan wajah panik penuh intrik, Kahfi lantas memeluk Sitta dan menciumi wajah sang istri berkali-kali.Sitta yang terkejut awalnya hanya bisa melongo mendapat perlakuan seperti itu secara tiba-tiba, hingga akhirnya, dia pun sadar dan langsung berusaha melepaskan rangkulan Kahfi di pundaknya."Sayang, aku minta maaf ya? Aku bener-bener minta maaf dan janji nggak akan mengulangi kesalahan itu lagi," ucap Kahfi lagi seolah tak memberi kesempatan apa pun pada Sitta.Tatapan lelaki itu kini beralih pada pihak kepolisian di hadapan mereka, yang tampak menatap bingung."Hm, maaf Pak Polisi, saya ini suami Sitta. Tadi siang kami bertengkar, lalu istri saya pergi dari rumah, dan seharian ini saya terus mencarinya. Alhamdulillah akhirnya ketemu juga," ucap Kahfi disertai kekehan kecil. Tangannya semakin merang
Sesampainya di basement apartemen dan Kahfi sudah memarkirkan kendaraan di sana dengan sempurna, Kahfi pun berniat untuk turun dari mobil.Menoleh ke arah Sitta di sisinya yang masih tertidur, Kahfi langsung membangunkan sang istri."Ta, udah sampe, Ta. Bangun," ucap Kahfi sambil mengguncang pelan bahu Sitta.Tubuh Sitta bergeser sedikit tanpa membuka mata, bibir gadis itu bergerak, seperti bergumam, dibarengi dengan kedua tangannya yang seketika memeluk tubuhnya erat, "dingin..."Reflek, Kahfi pun menyentuh kening Sitta dengan punggung tangan dan menjadi terkejut saat mendapati suhu tubuh Sitta yang sangat panas.Sitta demam?"Lo sakit? Mau berobat? Gue anter ke klinik ya?" ucap Kahfi spontan.Kepala Sitta menggeleng lemah. "Gue mau tidur..." ucapnya dengan suara super pelan.Melihat keadaan Sitta yang seperti ini, Kahfi jelas khawatir. Itulah sebabnya, Kahfi pun langsung menghubungi dokter klinik kenalannya, agar lekas mendatanginya ke apartemen."Ta, Ta," Kahfi kembali mengguncang
"Jangan ngambek lagi dong, gue minta maaf, ya? Lo mau, kan maafin gue?" Ucap Kahfi yang untuk pertama kalinya bersikap manis pada Sitta. Mengingat usia Sitta yang memang masih terbilang sangat muda, delapan belas tahun, hampir berbeda sepuluh tahun dengannya, Kahfi lah yang seharusnya lebih banyak mengalah dan bersabar. Terlebih, dalam keadaan Sitta yang sedang sakit seperti ini."Yaudah kalau lo masih nggak mau maafin gue, nggak apa-apa. Gue ke bawah dulu ya beli sarapan?" ucap Kahfi pada akhirnya setelah dia menunggu jawaban Sitta, namun gadis itu tetap saja bertahan dalam diam.Kahfi hendak melepas genggaman tangannya di jemari Sitta diiringi dengan gerakan tubuhnya yang ikut bangkit dari kursi, ketika jemari Sitta menahan jemarinya.Kepala gadis itu menoleh cepat dan berkata, "gue beneran nggak ngadu apa-apa ke nyokap gue kemarin, Fi. Lo bisa tanya langsung sama nyokap gue kalau masih nggak percaya."Kahfi tersenyum dan kembali menempelkan bokongnya di kursi.Membalas genggaman ta
Seorang laki-laki paruh baya terlihat dikawal keluar oleh seorang petugas kepolisian dari sel tahanannya.Mereka berjalan menuju ruangan besuk tahanan.Mata sayu laki-laki itu terlihat berbinar cerah ketika didapatinya seorang wanita berhijab cantik yang duduk tenang menunggu kedatangannya di ruang besuk.Ini seperti mimpi baginya, ketika hampir sepuluh tahun berlalu sejak kejadian naas yang membuatnya harus mendekam dibalik jeruji besi, membuat dia dan sang buah hati tercintanya itu hidup terpisah.Masih lekat dalam ingatan Azzam, ketika Bulan sang anak mengatakan tak akan pernah memaafkan dirinya yang telah menghilangkan nyawa Zarina.*"Bulan benci Papa! Papa jahat! Bulan nggak mau ketemu Papa lagi! Bulan benci Papa..."*Itulah kenapa, selama dirinya mendekam di dalam penjara, belum pernah sekali pun, Bulan menjenguk dirinya.Dan Azzam cukup memaklumi hal itu.Kini, bisa melihat kehadiran Bulan di ruang besuk tahanan, membuat Azzam begitu terharu, bahagia sekaligus sedih.Kedua bo
Suara lantunan ayat Suci Al-Quran yang terdengar merdu di pagi hari, memecah keheningan suasana di dalam kamar apartemen Kahfi.Kahfi yang tertidur di sofa ruang TV jadi terbangun mendengarnya.Karena arah suara orang mengaji itu berasal dari dalam kamar apartemennya yang kini dihuni oleh Sitta, Kahfi yang penasaran pun bangkit dari sofa untuk menengoknya.Kening lelaki itu berkerut samar saat melihat Sitta tengah duduk manis di atas sajadah dengan tubuh terbalut mukena putih. Gadis itu mengaji dengan pelafalan bacaan yang indah dan fasih."Shadaqallahul-'adzim."Sitta menyudahi rutinitas mengajinya saat kumandang Adzan Subuh terdengar di kejauhan. Gadis itu pun bangkit dari duduk dan langsung melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.Sitta kerasukan jin di mana ya? Kok tiba-tiba jadi rajin shalat dia?Gumam Kahfi membatin, merasa heran.Kahfi masih terpaku di ambang pintu kamar, menatap penuh takjub sosok Sitta di dalam sana. Bahkan sampai Sitta selesai shalat pun, Kahfi teta
Setelah mengetahui semua fakta yang sebenar-benarnya terjadi selama ini, Bulan sadar kesalahan yang telah dia lakukan pada Sitta dan Ranti sejauh ini sangat-sangat lah fatal.Pada akhirnya, Bulan mengerti, alasan mengapa Ranti teramat sangat membencinya.Tentu semua itu tak lepas dari kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka selama ini, akibat perbuatan busuk Tia.Itulah sebabnya, Bulan harus menyusun strategi baru untuk membalas semua perbuatan Tia sejauh ini terhadapnya dan almarhumah sang Ibunda.Bukankah, kasus hilangnya Aidil belum terkuak sampai detik ini?Dan Bulan, akan menjadikan hal tersebut untuk balik menghancurkan Tia."Sudah jelaskan semuanya?" ucap Bulan pada salah seorang detektif swasta yang kini bekerja untuknya.Bulan saat itu baru saja mengatakan rencana barunya pada sang detektif untuk menghancurkan Tia."Baik, Bos. Saya paham.""Bagus kalau begitu. Segera lakukan perintahku. Aku ingin kasus Aidil terbongkar secepatnya.""Baik, Bos."*****"Ta, nanti kalau Kah
"Ta, udah sore, ayo balik ke hotel," ajak Kahfi to the point begitu dirinya kini sudah berdiri di hadapan Sitta dan Arka.Kepala Sitta menggeleng cepat, "ogah ahk, lo aja duluan sana. Gue masih mau di sini sama Arka, iya kan Beibz?" ujar Sitta dengan tatapan manja ke arah Arka.Arka di sana hanya tersenyum tipis. Ekspresi Kahfi yang sepertinya tak suka padanya, membuat Arka justru malah merasa tak enak hati pada lelaki itu."Hm, nanti malam kan, kita mau dinner, Ta di Ubud. Jadi mending kamu balik dulu deh ke Hotel sekarang, aku ke tempat temanku dulu pinjam motor, gimana?" ucap Arka memberikan saran. Meski dalam hati, Arka sendiri tidak rela jika harus berpisah kembali dengan Sitta walau hanya sebentar saja."Emang kalau aku ikut ke tempat temen kamu nggak boleh?" tanya Sitta balik."Bukannya nggak boleh, tapi masa kamu mau dinner nggak mandi dulu, Ta?" Arka jadi geleng-geleng kepala.Sitta di sana terkekeh pelan, "iya juga ya? Hehehe. Yaudah, aku balik ke hotel dulu ya beibz. Kamu h