Sesampainya di basement apartemen dan Kahfi sudah memarkirkan kendaraan di sana dengan sempurna, Kahfi pun berniat untuk turun dari mobil.Menoleh ke arah Sitta di sisinya yang masih tertidur, Kahfi langsung membangunkan sang istri."Ta, udah sampe, Ta. Bangun," ucap Kahfi sambil mengguncang pelan bahu Sitta.Tubuh Sitta bergeser sedikit tanpa membuka mata, bibir gadis itu bergerak, seperti bergumam, dibarengi dengan kedua tangannya yang seketika memeluk tubuhnya erat, "dingin..."Reflek, Kahfi pun menyentuh kening Sitta dengan punggung tangan dan menjadi terkejut saat mendapati suhu tubuh Sitta yang sangat panas.Sitta demam?"Lo sakit? Mau berobat? Gue anter ke klinik ya?" ucap Kahfi spontan.Kepala Sitta menggeleng lemah. "Gue mau tidur..." ucapnya dengan suara super pelan.Melihat keadaan Sitta yang seperti ini, Kahfi jelas khawatir. Itulah sebabnya, Kahfi pun langsung menghubungi dokter klinik kenalannya, agar lekas mendatanginya ke apartemen."Ta, Ta," Kahfi kembali mengguncang
"Jangan ngambek lagi dong, gue minta maaf, ya? Lo mau, kan maafin gue?" Ucap Kahfi yang untuk pertama kalinya bersikap manis pada Sitta. Mengingat usia Sitta yang memang masih terbilang sangat muda, delapan belas tahun, hampir berbeda sepuluh tahun dengannya, Kahfi lah yang seharusnya lebih banyak mengalah dan bersabar. Terlebih, dalam keadaan Sitta yang sedang sakit seperti ini."Yaudah kalau lo masih nggak mau maafin gue, nggak apa-apa. Gue ke bawah dulu ya beli sarapan?" ucap Kahfi pada akhirnya setelah dia menunggu jawaban Sitta, namun gadis itu tetap saja bertahan dalam diam.Kahfi hendak melepas genggaman tangannya di jemari Sitta diiringi dengan gerakan tubuhnya yang ikut bangkit dari kursi, ketika jemari Sitta menahan jemarinya.Kepala gadis itu menoleh cepat dan berkata, "gue beneran nggak ngadu apa-apa ke nyokap gue kemarin, Fi. Lo bisa tanya langsung sama nyokap gue kalau masih nggak percaya."Kahfi tersenyum dan kembali menempelkan bokongnya di kursi.Membalas genggaman ta
Seorang laki-laki paruh baya terlihat dikawal keluar oleh seorang petugas kepolisian dari sel tahanannya.Mereka berjalan menuju ruangan besuk tahanan.Mata sayu laki-laki itu terlihat berbinar cerah ketika didapatinya seorang wanita berhijab cantik yang duduk tenang menunggu kedatangannya di ruang besuk.Ini seperti mimpi baginya, ketika hampir sepuluh tahun berlalu sejak kejadian naas yang membuatnya harus mendekam dibalik jeruji besi, membuat dia dan sang buah hati tercintanya itu hidup terpisah.Masih lekat dalam ingatan Azzam, ketika Bulan sang anak mengatakan tak akan pernah memaafkan dirinya yang telah menghilangkan nyawa Zarina.*"Bulan benci Papa! Papa jahat! Bulan nggak mau ketemu Papa lagi! Bulan benci Papa..."*Itulah kenapa, selama dirinya mendekam di dalam penjara, belum pernah sekali pun, Bulan menjenguk dirinya.Dan Azzam cukup memaklumi hal itu.Kini, bisa melihat kehadiran Bulan di ruang besuk tahanan, membuat Azzam begitu terharu, bahagia sekaligus sedih.Kedua bo
Suara lantunan ayat Suci Al-Quran yang terdengar merdu di pagi hari, memecah keheningan suasana di dalam kamar apartemen Kahfi.Kahfi yang tertidur di sofa ruang TV jadi terbangun mendengarnya.Karena arah suara orang mengaji itu berasal dari dalam kamar apartemennya yang kini dihuni oleh Sitta, Kahfi yang penasaran pun bangkit dari sofa untuk menengoknya.Kening lelaki itu berkerut samar saat melihat Sitta tengah duduk manis di atas sajadah dengan tubuh terbalut mukena putih. Gadis itu mengaji dengan pelafalan bacaan yang indah dan fasih."Shadaqallahul-'adzim."Sitta menyudahi rutinitas mengajinya saat kumandang Adzan Subuh terdengar di kejauhan. Gadis itu pun bangkit dari duduk dan langsung melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.Sitta kerasukan jin di mana ya? Kok tiba-tiba jadi rajin shalat dia?Gumam Kahfi membatin, merasa heran.Kahfi masih terpaku di ambang pintu kamar, menatap penuh takjub sosok Sitta di dalam sana. Bahkan sampai Sitta selesai shalat pun, Kahfi teta
Setelah mengetahui semua fakta yang sebenar-benarnya terjadi selama ini, Bulan sadar kesalahan yang telah dia lakukan pada Sitta dan Ranti sejauh ini sangat-sangat lah fatal.Pada akhirnya, Bulan mengerti, alasan mengapa Ranti teramat sangat membencinya.Tentu semua itu tak lepas dari kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka selama ini, akibat perbuatan busuk Tia.Itulah sebabnya, Bulan harus menyusun strategi baru untuk membalas semua perbuatan Tia sejauh ini terhadapnya dan almarhumah sang Ibunda.Bukankah, kasus hilangnya Aidil belum terkuak sampai detik ini?Dan Bulan, akan menjadikan hal tersebut untuk balik menghancurkan Tia."Sudah jelaskan semuanya?" ucap Bulan pada salah seorang detektif swasta yang kini bekerja untuknya.Bulan saat itu baru saja mengatakan rencana barunya pada sang detektif untuk menghancurkan Tia."Baik, Bos. Saya paham.""Bagus kalau begitu. Segera lakukan perintahku. Aku ingin kasus Aidil terbongkar secepatnya.""Baik, Bos."*****"Ta, nanti kalau Kah
"Ta, udah sore, ayo balik ke hotel," ajak Kahfi to the point begitu dirinya kini sudah berdiri di hadapan Sitta dan Arka.Kepala Sitta menggeleng cepat, "ogah ahk, lo aja duluan sana. Gue masih mau di sini sama Arka, iya kan Beibz?" ujar Sitta dengan tatapan manja ke arah Arka.Arka di sana hanya tersenyum tipis. Ekspresi Kahfi yang sepertinya tak suka padanya, membuat Arka justru malah merasa tak enak hati pada lelaki itu."Hm, nanti malam kan, kita mau dinner, Ta di Ubud. Jadi mending kamu balik dulu deh ke Hotel sekarang, aku ke tempat temanku dulu pinjam motor, gimana?" ucap Arka memberikan saran. Meski dalam hati, Arka sendiri tidak rela jika harus berpisah kembali dengan Sitta walau hanya sebentar saja."Emang kalau aku ikut ke tempat temen kamu nggak boleh?" tanya Sitta balik."Bukannya nggak boleh, tapi masa kamu mau dinner nggak mandi dulu, Ta?" Arka jadi geleng-geleng kepala.Sitta di sana terkekeh pelan, "iya juga ya? Hehehe. Yaudah, aku balik ke hotel dulu ya beibz. Kamu h
"Sebelumnya, aku ingin meminta maaf karena kehadiranku sudah membuatmu berharap lebih banyak, Kahfi.""Mulai detik ini, aku tidak akan mengganggu hubungan pernikahanmu dengan Sitta lagi. Aku akan pergi. Pergi sejauh-jauhnya dari kehidupan kalian. Jangan berharap apa pun lagi dariku, karena aku yang memang tak pernah mencintaimu.""Hatiku sejak awal sudah tertambat pada Reygan dan akan seterusnya untuk Reygan sampai kapan pun. Aku sudah mencoba, awalnya, membuka hati untuk lelaki lain, namun selalu saja gagal. Sosok Reygan tak bisa benar-benar ku hapus dalam ingatanku.""Reygan tidak bersalah Kahfi. Dia lelaki baik-baik yang tak pernah mau menyentuhku bahkan di saat aku rela menyerahkan diriku padanya. Dia sangat menghormati hubungan persahabatan kalian. Aku saja yang sudah jahat dan tega menghancurkannya karena keegoisanku.""Hari itu, aku memang mengalami tindakan pelecehen, pemerkosaan dan penganiayaan, hanya saja, bukan Reygan pelakunya. Tapi orang lain. Dan alasan aku mengatakan b
"Arka putusin gue, Fi," beritahu Sitta saat Kahfi kini sudah duduk bersamanya.Mereka duduk di tepi pantai kuta, menikmati suasana pantai kuta yang ramai di malam hari.Menyodorkan sapu tangan miliknya, karena air mata Sitta yang terlihat mengalir deras seperti air bah. Gadis itu semakin terisak usai Kahfi datang menghampirinya beberapa menit tadi. Padahal sebelumnya, tangisan Sitta biasa saja."Kenapa Arka tiba-tiba putusin lo? Pasti ada alasannya, kan?" tanya Kahfi dengan perasaan senang luar biasa. Melihat Sitta menangis seperti ini, dia memang iba, namun dibalik rasa iba itu, sesungguhnya Kahfi tersenyum bahagia setelah mengetahui alasan mengapa Sitta sampai menangis malam ini.Sitta menundukkan kepala, terlihat ragu untuk bercerita, meski akhirnya, dia bicara juga."Kayaknya, gara-gara tadi, pas dia mau cium bibir gue, terus gue nggak mau," aku Sitta dengan polosnya.Jika tadi Kahfi hanya menahan senyum bahagianya, kali ini, susah payah, lelaki itu harus menahan diri untuk tidak
"Ada laporan penting apa saja hari ini, Lex?" tanya Reygan pada sang asisten saat dirinya baru saja selesai menghadiri rapat pemegang saham pagi ini."Investasi tambang batu bara di kalimantan untuk dana properti apartemen Red Cherry, disetujui oleh bagian pembukuan, Rey," lapor Alex pada sang atasan.Reygan mengangguk paham. Menoleh ke atas meja kerjanya, Reygan tampak membuka sebuah berkas di sana."Bagaimana dengan pelelangan karya seni AGB Grup di pusat kota?" Tanya Reygan kemudian."Soal itu, barangnya berpindah tangan dan dialihkan ke Galeri lain yang memungkinkan terjadinya pelelangan dengan cakupan yang lebih besar, jadi, pelelangan di pusat kota resmi dibatalkan lusa kemarin," jawab Alex lagi."Oke, bagus. Dengan begitu keuntungan yang dihasilkan bisa lebih besar tentunya," sahut Reygan dengan tatapannya yang masih berpusat di lembar berkas di atas meja. "Ini, berkas pengunduran diri Resti?" kening Reygan tampak berkerut."Ya benar. Resti mengundurkan diri perakhir bulan ini,
Flash back on...Setelah mengetahui kebenaran tentang Tia dari anak buahnya yang berhasil menemukan buku diary milik sang asisten, Bulan pun berhasil menemukan cara jitu untuk mengecoh Tia agar wanita itu mau mengakui bahwa dialah yang sudah meracuni otak Zarina untuk membunuh Aidil."Mba, Mba Tia tahu kan kalau sebentar lagi Ayah akan bebas?" ucap Bulan di hadapan Tia sewaktu dirinya mendatangi Tia di dalam gudang tua, di mana mayat Aidil dikuburkan."Ya, Tuan Azzam akan bebas sebentar lagi. Lalu, apa maksud Nona melakukan ini pada saya?" tanya Tia dengan posisi kedua tangan dan kakinya yang terikat dan didudukkan di atas kursi besi."Mba Tia tau kan, kalau saya sangat membenci Ayah selama ini?" Tatapan Bulan tertuju lurus pada sosok Tia di hadapannya. Sinis, dingin, dan tajam.Tia tidak menjawab."Jadi, saya tidak rela jika Ayah bebas dengan mudah. Itulah sebabnya, saya ingin membuat cerita rekayasa baru untuk memutar balikkan fakta mengenai kasus kematian Om Aidil, agar hukuman Aya
Semuanya seperti mimpi bagi Sitta.Di saat dirinya mulai menemukan kebahagiaan dalam hubungan rumah tangganya dengan Kahfi saat ini, kenyataan pahit harus kembali menghantam Sitta dengan hebatnya atas fakta, bahwa sang ayah ternyata sudah meninggal.Sesampainya dia di rumah, disambut oleh senyum tipis Ranti, dan Laras yang memang selalu mengunjungi Ranti setiap hari.Mereka duduk saling berhadapan dengan Ranti yang duduk di sisi Sitta untuk mulai menceritakan semuanya pada Sitta.Tentang semua kisah masa lalu yang terjadi di antara dirinya, Aidil, Azzam, Zarina dan juga Tia.Hingga akhirnya, mereka pun berakhir di sisi makam Aidil saat ini."Maafkan Bunda Sitta, semua memang salah Bunda," ujar Ranti usai dirinya dan Sitta membacakan doa untuk sang Almarhum. "Mungkin, jika dulu Ibu mempercayai ayahmu, dan mau memaafkan dia, maka ayahmu tidak akan pergi menemui Zarina dan dia tidak akan mati ..." Ranti kembali menangis. Penyesalan di dalam hatinya setelah mengetahui bahwasanya Aidil mem
Suasana berkabung masih nampak nyata di ruko milik Ranti.Toko Laundry itu hari ini tutup setelah kasus menghilangnya Aidil akhirnya terungkap.Berkat kesaksian Tia yang berhasil melarikan diri dari tawanan anak buah Bulan, kini Ranti pun bisa mendapatkan titik terang mengenai di mana sebenarnya sang suami berada saat ini.Meski, pada akhirnya harapan Ranti harus pupus tatkala mengetahui bahwasanya, sang suami telah meninggal dunia sejak belasan tahun yang lalu.Kerangka mayat Aidil ditemukan terkubur di belakang kediaman lama Zarina dan Azzam yang kini sudah dibangun gudang penyimpanan barang-barang tak terpakai.Setelah proses autopsi selesai oleh tim forensik, yang akhirnya menyatakan bahwa Aidil tewas setelah mendapat luka tusukan berkali-kali di bagian perut dan dada serta leher korban, tersangka Zarina lantas menguburkan Aidil di lahan kosong belakang rumahnya.Itulah kiranya cerita yang Tia sampaikan di hadapan pihak kepolisian hari itu.Tia mendatangi kantor polisi dan mengaku
"Maksudnya, lo maen bareng sama Reygan dan cewek itu? Salome?"Kahfi menepuk jidat frustasi karena lagi-lagi Sitta memotong ucapannya sebelum dia sempat menyelesaikan ceritanya."Nggak Ta, Reygan pesen dua cewek waktu itu dan kita juga mainnya di kamar terpisah. Rumah Reygan di Bandung udah kayak lapangan golf, Ta. Kamu kalau jalan sendirian di sana pasti kesasar.""Jadi, lo pertama gituan sama pela*cur?""Nggak," jawab Kahfi dibarengi gelengan kepala."Ya terus sama siapa dong?""Waktu itu, aku belum berani main sampe ke tahap itu, Ta. Karena aku emang sama sekali nggak punya pengalaman. Alhasil, aku cuma main-main aja sama tuh cewek, main luar. Make out," beritahu Kahfi lebih lanjut.Kali ini, Sitta diam dan memilih menunggu Kahfi melanjutkan ceritanya ketimbang bertanya terus menerus."Dan karena Jessica lah, awalnya hubungan persahabatan aku sama Reygan mulai renggang," ucap Kahfi dengan tatapan yang mengawang jauh. Seakan bernostalgia ke masa-masa SMA nya dahulu."Dulu, aku emang
"Masih sakit? Nggak, kan?" tanya Kahfi saat dirinya dan Sitta baru saja selesai menunaikan aktifitas panas mereka pagi ini.Hawa sejuk sepoi-sepoi angin pantai yang berhembus dari arah balkon, dengan awan mendung yang membuat cuaca terlihat syahdu di luar sana, menjadikan kegiatan pagi ini terasa lebih romantis.Sitta dan Kahfi masih asik merebahkan diri di tempat tidur dalam keadaan mereka yang tak berbusana. Menutupi rapat-rapat tubuh mereka dengan selimut, mereka tidur dengan posisi Sitta yang menyandarkan kepalanya di bahu Kahfi."Hm, sedikit sih, agak aneh kalau dibawa jalan," aku Sitta dengan polosnya.Kahfi mencuil ujung hidung Sitta yang lancip, "makanya, sering-sering aja, nanti juga lama-lama terbiasa."Sitta langsung mengerucutkan bibir dengan tangan yang reflek memukul dada sang suami."Huh, itu sih mau nya lo.""Kamu, Ta, jangan lo-gue lagi," protes Kahfi kemudian."Emang kenapa?""Ya nggak enak aja di dengernya. Nggak romantis tau nggak?""Tapi gue kan nggak terbiasa ngo
"Ta, Sitta, bangun, Ta."Menggeliat pelan, Sitta merasakan tubuhnya diguncang sesuatu.Membuka selimut yang menutupi tubuhnya hingga ke perut, bersamaan dengan kedua bola matanya yang terbuka, Sitta merentangkan kedua tangannya ke samping, sekadar merelaksasi otot-otot tubuhnya yang terasa pegal.Apa yang habis dia lakukan semalam? Kenapa Sitta merasa sangat lelah?Kahfi yang sudah rapi dengan peci dan kain sarungnya reflek berdiri membelakangi Sitta saat itu."Bangun, Ta, sana mandi, kita Shalat Shubuh berjamaah," ucap Kahfi yang jadi salah tingkah."Emang jam berapa sih? Kok gue ngantuk banget, ya?" keluh Sitta masih tidak sadar dengan keadaannya saat itu.Hingga Kahfi pun menyalakan lampu utama kamar hotelnya, sehingga cahaya di kamar tersebut menjadi terang benderang agar Sitta bisa melihat sendiri jam di dinding kamar.Bersamaan dengan itu, kedua bola mata Sitta terbelalak hebat begitu mendapati dirinya yang tak memakai pakaian atas, hingga tangannya dengan cepat menarik kembali
"Lo mau nggak jadi istri gue beneran, Ta?" tanya Kahfi setelah akhirnya dia memantapkan hati untuk bicara.Meski pun ragu sempat singgah dan membuatnya takut, Kahfi tetap yakin bahwa apa yang dia lakukan saat ini benar.Kahfi hanya berusaha memperbaiki jalan yang sudah seharusnya dia tempuh bersama Sitta dalam hubungan pernikahan mereka yang abnormal.Kahfi hanya ingin memperbaiki diri. Menjadi seorang lelaki yang bisa bertanggung jawab atas ucapan ikrar janji sucinya di hadapan keluarga dan Sang Maha Pencipta.Bukan menjadi pecundang yang bisanya hanya berlindung dibalik topeng sebuah kemunafikkan.Kahfi lelah berada di jalan yang salah dan dia butuh Sitta sebagai pendampingnya kelak menuju jalan yang lurus.Meraih jemari Sitta ke dalam genggamannya, Kahfi menatap lekat kedua bola mata sendu Sitta yang masih berair."Pernikahan bohongan yang kita jalani sekarang memang gue yang memulai. Gue yang mencetuskan ide ini lebih dulu lalu ngeracunin lo dengan hal-hal konyol yang tanpa pernah
"Arka putusin gue, Fi," beritahu Sitta saat Kahfi kini sudah duduk bersamanya.Mereka duduk di tepi pantai kuta, menikmati suasana pantai kuta yang ramai di malam hari.Menyodorkan sapu tangan miliknya, karena air mata Sitta yang terlihat mengalir deras seperti air bah. Gadis itu semakin terisak usai Kahfi datang menghampirinya beberapa menit tadi. Padahal sebelumnya, tangisan Sitta biasa saja."Kenapa Arka tiba-tiba putusin lo? Pasti ada alasannya, kan?" tanya Kahfi dengan perasaan senang luar biasa. Melihat Sitta menangis seperti ini, dia memang iba, namun dibalik rasa iba itu, sesungguhnya Kahfi tersenyum bahagia setelah mengetahui alasan mengapa Sitta sampai menangis malam ini.Sitta menundukkan kepala, terlihat ragu untuk bercerita, meski akhirnya, dia bicara juga."Kayaknya, gara-gara tadi, pas dia mau cium bibir gue, terus gue nggak mau," aku Sitta dengan polosnya.Jika tadi Kahfi hanya menahan senyum bahagianya, kali ini, susah payah, lelaki itu harus menahan diri untuk tidak