Seorang laki-laki paruh baya terlihat dikawal keluar oleh seorang petugas kepolisian dari sel tahanannya.Mereka berjalan menuju ruangan besuk tahanan.Mata sayu laki-laki itu terlihat berbinar cerah ketika didapatinya seorang wanita berhijab cantik yang duduk tenang menunggu kedatangannya di ruang besuk.Ini seperti mimpi baginya, ketika hampir sepuluh tahun berlalu sejak kejadian naas yang membuatnya harus mendekam dibalik jeruji besi, membuat dia dan sang buah hati tercintanya itu hidup terpisah.Masih lekat dalam ingatan Azzam, ketika Bulan sang anak mengatakan tak akan pernah memaafkan dirinya yang telah menghilangkan nyawa Zarina.*"Bulan benci Papa! Papa jahat! Bulan nggak mau ketemu Papa lagi! Bulan benci Papa..."*Itulah kenapa, selama dirinya mendekam di dalam penjara, belum pernah sekali pun, Bulan menjenguk dirinya.Dan Azzam cukup memaklumi hal itu.Kini, bisa melihat kehadiran Bulan di ruang besuk tahanan, membuat Azzam begitu terharu, bahagia sekaligus sedih.Kedua bo
Suara lantunan ayat Suci Al-Quran yang terdengar merdu di pagi hari, memecah keheningan suasana di dalam kamar apartemen Kahfi.Kahfi yang tertidur di sofa ruang TV jadi terbangun mendengarnya.Karena arah suara orang mengaji itu berasal dari dalam kamar apartemennya yang kini dihuni oleh Sitta, Kahfi yang penasaran pun bangkit dari sofa untuk menengoknya.Kening lelaki itu berkerut samar saat melihat Sitta tengah duduk manis di atas sajadah dengan tubuh terbalut mukena putih. Gadis itu mengaji dengan pelafalan bacaan yang indah dan fasih."Shadaqallahul-'adzim."Sitta menyudahi rutinitas mengajinya saat kumandang Adzan Subuh terdengar di kejauhan. Gadis itu pun bangkit dari duduk dan langsung melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.Sitta kerasukan jin di mana ya? Kok tiba-tiba jadi rajin shalat dia?Gumam Kahfi membatin, merasa heran.Kahfi masih terpaku di ambang pintu kamar, menatap penuh takjub sosok Sitta di dalam sana. Bahkan sampai Sitta selesai shalat pun, Kahfi teta
Setelah mengetahui semua fakta yang sebenar-benarnya terjadi selama ini, Bulan sadar kesalahan yang telah dia lakukan pada Sitta dan Ranti sejauh ini sangat-sangat lah fatal.Pada akhirnya, Bulan mengerti, alasan mengapa Ranti teramat sangat membencinya.Tentu semua itu tak lepas dari kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka selama ini, akibat perbuatan busuk Tia.Itulah sebabnya, Bulan harus menyusun strategi baru untuk membalas semua perbuatan Tia sejauh ini terhadapnya dan almarhumah sang Ibunda.Bukankah, kasus hilangnya Aidil belum terkuak sampai detik ini?Dan Bulan, akan menjadikan hal tersebut untuk balik menghancurkan Tia."Sudah jelaskan semuanya?" ucap Bulan pada salah seorang detektif swasta yang kini bekerja untuknya.Bulan saat itu baru saja mengatakan rencana barunya pada sang detektif untuk menghancurkan Tia."Baik, Bos. Saya paham.""Bagus kalau begitu. Segera lakukan perintahku. Aku ingin kasus Aidil terbongkar secepatnya.""Baik, Bos."*****"Ta, nanti kalau Kah
"Ta, udah sore, ayo balik ke hotel," ajak Kahfi to the point begitu dirinya kini sudah berdiri di hadapan Sitta dan Arka.Kepala Sitta menggeleng cepat, "ogah ahk, lo aja duluan sana. Gue masih mau di sini sama Arka, iya kan Beibz?" ujar Sitta dengan tatapan manja ke arah Arka.Arka di sana hanya tersenyum tipis. Ekspresi Kahfi yang sepertinya tak suka padanya, membuat Arka justru malah merasa tak enak hati pada lelaki itu."Hm, nanti malam kan, kita mau dinner, Ta di Ubud. Jadi mending kamu balik dulu deh ke Hotel sekarang, aku ke tempat temanku dulu pinjam motor, gimana?" ucap Arka memberikan saran. Meski dalam hati, Arka sendiri tidak rela jika harus berpisah kembali dengan Sitta walau hanya sebentar saja."Emang kalau aku ikut ke tempat temen kamu nggak boleh?" tanya Sitta balik."Bukannya nggak boleh, tapi masa kamu mau dinner nggak mandi dulu, Ta?" Arka jadi geleng-geleng kepala.Sitta di sana terkekeh pelan, "iya juga ya? Hehehe. Yaudah, aku balik ke hotel dulu ya beibz. Kamu h
"Sebelumnya, aku ingin meminta maaf karena kehadiranku sudah membuatmu berharap lebih banyak, Kahfi.""Mulai detik ini, aku tidak akan mengganggu hubungan pernikahanmu dengan Sitta lagi. Aku akan pergi. Pergi sejauh-jauhnya dari kehidupan kalian. Jangan berharap apa pun lagi dariku, karena aku yang memang tak pernah mencintaimu.""Hatiku sejak awal sudah tertambat pada Reygan dan akan seterusnya untuk Reygan sampai kapan pun. Aku sudah mencoba, awalnya, membuka hati untuk lelaki lain, namun selalu saja gagal. Sosok Reygan tak bisa benar-benar ku hapus dalam ingatanku.""Reygan tidak bersalah Kahfi. Dia lelaki baik-baik yang tak pernah mau menyentuhku bahkan di saat aku rela menyerahkan diriku padanya. Dia sangat menghormati hubungan persahabatan kalian. Aku saja yang sudah jahat dan tega menghancurkannya karena keegoisanku.""Hari itu, aku memang mengalami tindakan pelecehen, pemerkosaan dan penganiayaan, hanya saja, bukan Reygan pelakunya. Tapi orang lain. Dan alasan aku mengatakan b
"Arka putusin gue, Fi," beritahu Sitta saat Kahfi kini sudah duduk bersamanya.Mereka duduk di tepi pantai kuta, menikmati suasana pantai kuta yang ramai di malam hari.Menyodorkan sapu tangan miliknya, karena air mata Sitta yang terlihat mengalir deras seperti air bah. Gadis itu semakin terisak usai Kahfi datang menghampirinya beberapa menit tadi. Padahal sebelumnya, tangisan Sitta biasa saja."Kenapa Arka tiba-tiba putusin lo? Pasti ada alasannya, kan?" tanya Kahfi dengan perasaan senang luar biasa. Melihat Sitta menangis seperti ini, dia memang iba, namun dibalik rasa iba itu, sesungguhnya Kahfi tersenyum bahagia setelah mengetahui alasan mengapa Sitta sampai menangis malam ini.Sitta menundukkan kepala, terlihat ragu untuk bercerita, meski akhirnya, dia bicara juga."Kayaknya, gara-gara tadi, pas dia mau cium bibir gue, terus gue nggak mau," aku Sitta dengan polosnya.Jika tadi Kahfi hanya menahan senyum bahagianya, kali ini, susah payah, lelaki itu harus menahan diri untuk tidak
"Lo mau nggak jadi istri gue beneran, Ta?" tanya Kahfi setelah akhirnya dia memantapkan hati untuk bicara.Meski pun ragu sempat singgah dan membuatnya takut, Kahfi tetap yakin bahwa apa yang dia lakukan saat ini benar.Kahfi hanya berusaha memperbaiki jalan yang sudah seharusnya dia tempuh bersama Sitta dalam hubungan pernikahan mereka yang abnormal.Kahfi hanya ingin memperbaiki diri. Menjadi seorang lelaki yang bisa bertanggung jawab atas ucapan ikrar janji sucinya di hadapan keluarga dan Sang Maha Pencipta.Bukan menjadi pecundang yang bisanya hanya berlindung dibalik topeng sebuah kemunafikkan.Kahfi lelah berada di jalan yang salah dan dia butuh Sitta sebagai pendampingnya kelak menuju jalan yang lurus.Meraih jemari Sitta ke dalam genggamannya, Kahfi menatap lekat kedua bola mata sendu Sitta yang masih berair."Pernikahan bohongan yang kita jalani sekarang memang gue yang memulai. Gue yang mencetuskan ide ini lebih dulu lalu ngeracunin lo dengan hal-hal konyol yang tanpa pernah
"Ta, Sitta, bangun, Ta."Menggeliat pelan, Sitta merasakan tubuhnya diguncang sesuatu.Membuka selimut yang menutupi tubuhnya hingga ke perut, bersamaan dengan kedua bola matanya yang terbuka, Sitta merentangkan kedua tangannya ke samping, sekadar merelaksasi otot-otot tubuhnya yang terasa pegal.Apa yang habis dia lakukan semalam? Kenapa Sitta merasa sangat lelah?Kahfi yang sudah rapi dengan peci dan kain sarungnya reflek berdiri membelakangi Sitta saat itu."Bangun, Ta, sana mandi, kita Shalat Shubuh berjamaah," ucap Kahfi yang jadi salah tingkah."Emang jam berapa sih? Kok gue ngantuk banget, ya?" keluh Sitta masih tidak sadar dengan keadaannya saat itu.Hingga Kahfi pun menyalakan lampu utama kamar hotelnya, sehingga cahaya di kamar tersebut menjadi terang benderang agar Sitta bisa melihat sendiri jam di dinding kamar.Bersamaan dengan itu, kedua bola mata Sitta terbelalak hebat begitu mendapati dirinya yang tak memakai pakaian atas, hingga tangannya dengan cepat menarik kembali