Reza baru saja mengantarkan berkas laporan keuangan pada Devan yang masih serius. Mata Reza menyipit seakan silau melihat antara rambut Devan atau tumpukan kertas yang makin hari makin meningkat.
"Kenapa?"
"Enggak ada. Semangat yaa bro" semangat Reza
"Oh iya van.. Bukannya kamu bilang Hana hanya memiliki satu anggota keluarga?"
Devan menegakkan punggungnya topik yang dibicarakan Reza selaku sekretarisnya memecah konsentrasi dan ia langsung tertarik menjawab.
"Iya benar. Kenapa?"
"Ibunya, tantenya atau kakaknya?"
"Aku tidak tahu. Anak itu tertutup"
"Makaya diketuk dong, supaya di bukaiin pintu"
"Ha! Lucu"
"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya?"
"Kemarin aku melihat Hana di RSKSP, aku ragu sih kalau itu ibunya tapi sekilas antara mirip sama enggak mirip. Masa iya ibunya?"
"Kamu yakin itu Hana?"
"Yakin banget, tapi aku lupa tanya sama Kanya"
"Yasudah kamu tanyaiin dong. Itu siapanya?"
"Iya bener juga ya. Oke bakal kutanya dan tidak akan kuberitahu ke kamu"
"Apa? Mau gajimu dipotong?" Ancam Devan serius
"makanya aku bilang minta nomor Hana. Kamu enggak pernah mau kasih!"
"Ke-lu-ar!"
"Bastard"
Reza tersenyum puas mengatai temannya sekaligus atasannya itu. Niatnya semula mengirim pesan pada adiknya yang bekerja sebagai perawat RSKSP terwujud dan butuh waktu 12 menit hingga balasan muncul.
"Ibunya menderita PTSD lebih dari 7 tahun dan pasien senior, yang kutahu kehilangan anaknya bernama Hana"
Reza tersenyum puas mendapati informasi lebih dari adiknya yang bekerja disana baru beberapa bulan ini. Informasi valid ini ia simpan rapat-rapat, tidak ingin berbagi dengan siapapun termasuk Devan.
Hana....
Perawat Yasmine yang mencuri perhatian Reza sejak awal, gadis cantik yang dengan telaten merawat orang tua bukankah idaman? Yup.. Tipe Reza sekali.
Sayangnya, Hana susah kugapai. Satu orang menghalangiku.
Dilirik ruangan di seberangnya 'Ruang Direktur Utama' sialan itu harus rela diputusi oleh mantan kekasihnya beberapa bulan lalu karena perubahan hati yang masih belum disadarinya.
Spontan Reza memikirkan seseorang lain lagi tapi nampaknya seperti deja vu di tengah hari dimana jam hampir menunjukkan waktu istirahat kedatangan orang. Panjang umur sekali.
Melisa Hwang
"Lisa?"
"Oh.. Hai bang Eza. Apa kabar?"
"Baik. Apa yang kamu lakukan disini?" Dilihatnya tampilan Lisa yang cukup berpakaian sopan, setidaknya bukan pakaian mini sexy yang mampu membuat mata para lelaki bergairah dengan tubuh idealnya.
"Ingin berkunjung saja, sudah lama sekali aku tidak bermain kemari. Ada Devan kan?" Tanya Lisa pada receptionist
"Ada mba, tapi-"
"Baguslah. Kalau begitu aku akan memberikan ini pada Devan, pasti dia akan istirahat dan makan kan?"
Reza mengangguk dan mempersilahkan Lisa melaju pada ruangan Devan. Ia memberikan senyuman tak masalahnya pada mba Una yang nampak keberatan, ingatkan Reza bahwa Una adalah pengamat garis keras Devan yang memiliki sumber informasi terakurat untuk bergosip ria dengan karyawati di showroom ini.
***
Ingin memaki pada seseorang yang baru saja masuk tanpa mengetuk pintu namun diurungkan lantaran jam kerjanya diganti dengan waktu istirahat, tapi seingatnya Reza tidak pernah masuk nyelonong.
Oh.. Si Lisa.
"Van.. Aku bawa makanan buat makan istirahat kamu"
"Terima kasih. Taruh saja di meja" lagi, mencoba kembali fokus pada analisis laporannya di meja.
Devan tahu wanita itu tidak akan langsung pergi begitu saja entah tujuan apa yang membawanya kemari.
"Apa ada sesuatu lagi?"
"Kau- kenapa tidak pernah datang ke apartemenmu lagi? Aku menunggumu"
"Sibuk dan aku fokus merawat eyang di rumah" dumb! Seharusnya aku ganti kodenya, kenapa hal sekecil ini terlupakan?!
Lisa mengigit bibir bawahnya gugup, jemarinya ia tautkan dan bermain disana banyak hal yang ia ingin sampaikan.
"Kalau kau tidak ada kepentingan lain-"
"Van. Ayo balikan!"
Pas sekali moment ini dengan kondisi diluar kaca jendela kantor Devan yang tengah berkilat mendung dan kemungkinan akan hujan deras. Kalimat Lisa sebenarnya tidak begitu mengejutkan karena usahanya dari 4 bulan ini selalu menghubungi Devan berkilah bisa menjalin pertemanan.
Ini bukan kali pertama Devan menghadapi situasi seperti ini mungkin 4 sampai 5 kali? Terhitung dari banyak mantannya. Reza adalah sangsi bahwa Lisa satu-satunya orang yang mampu memutuskan sesuatu dengan gamblang karena pikirannya seperti anak kecil, terlalu posesif dan banyak hal yang tidak ia suka dengan kegiatan Devan hingga memutuskan hubungan dengan tegas.
Devan? Jika sudah begitu tidak ada perlu lagi yang dijelaskan dan ia sadar memang sudah seharusnya pisah dari dulu. Kalian berpikir wajah badboy Devan mampu membuat banyak para wanita ingin memilikinya, menjalin hubungan dengannya atau berakhir ke pernikahan. Faktanya dari tampang Devan seperti itu dia cukup selektif memilih orang yang boleh masuk dalam kehidupannya, terpujilah mendiang eyang Danis dan Davian serta Eyang Yasmine yang selalu memberi kasih sayang pada Devan hingga kelakuannya tak ada korelasi dengan wajahnya yang dingin tersebut.
Ngomong-ngomong soal asmara seperti yang disebutkan wajah Devan membuat para wanita berani bertindak lebih jauh agar bisa mendekatinya dan selama ini merekalah yang menyatakan cinta pada lelaki itu, termasuk Lisa. Harus selektif tentunya, baru mencoba hubungan jika Devan merasa tidak nyaman -oh.. Bagian ini yang cukup mengerikan Devan akan marah kalau seseorang memaksanya.
"Jadi sebenarnya Devan itu sosok setia atau enggak sih pak Reza?"
"Emm... Gimana ya, selama aku berteman dengannya dia selalu fine-fine aja jalanin hubungan bahkan cukup lama. Bukan seperti ABG labil yang seminggu, sebulan putus. Mantannya ada 5 termasuk Lisa sekarang terhitung dari zaman dia kelas 10 SMK"
Mba Una sudah cengar cengir di tempatnya merasa tersipu mendengar cerita Reza tentang atasannya. Kalau sudah begini tidak ada cela untuk Devan dan akan menjadi kabar baik para karyawati yang ingin bertindak lebih jauh, keberanian memang diperlukan namanga juga soal perjuangan cinta. Menyebrangi laut pun dikerjakan -ini berlebihan.
"Aku- aku minta maaf atas perilakuku yang buruk van. Aku merenung beberapa bulan ini dan akhirnya aku sadar aku susah melupakanmu"
Devan mendecih untung Lisa bukan seperti kebanyakan wanita yang lebay 'aku tidak bisa hidup tanpamu' omong kosong, buktinya para mantannya masih bernafas hingga sekarang.
"Lisa, kau suka makan di rumah?" Lisa mengangguk memberi jawaban, wajahnya sedikir berbinar -mungkinkah mengajaknya....
"Kalau begitu makan dan pulanglah" mental breakdown, Lisa seketika murung dan ingin menangis.
"aku sedang sibuk sekarang"
Hening...
Devan masih mencoba fokus dan sebisa mungkin tidak terganggu dengan presensi Lisa yang murung di tempat duduknya.
"Aku minta maaf van"
"Kumaafkan"
"Devan-"
"Lisa!" Sekali lagi.. Devan bukan tipe orang yang punya banyak stock kesabaran terlebih ketika ia sedang sibuk-sibuknya. Menghentakkan bolpoinnya ke meja dan memandang kesal Lisa dari tempatnya.
"Tidak ada yang perlu kita bahas lagi. Kita sudah putus 6 bulan lalu dan berhentilah menghubungiku"
"Aku sudah tahu akhirnya jadi begini dan maaf.. Kita tidak bisa balikan. Aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri dan tidak ada waktu memperhatikan orang sepertimu, bukankah aku egois?"
Lisa menangis akhirnya namun buru-buru menghapus jejak air matanya, dirinya berdalih tak boleh lemah di hadapan Devan faktanya sekarang? Ia menyesal menyebut Devan adalah orang yang sangat egois.
"Aku benar-benar minta maaf van"
"Aku belum bilang pada mama papa kalau kita putus. Mereka selalu menanyakanmu, aku sangat menyesalkan hal ini"
Devan mendecak konsentrasinya buyar seketika. Lisa membawa kedua orang tuanya yang merupakan pembawa pengaruh atas pendiriaan perusahaannya, lagipula sudah impas dan komunikasi mereka juga sangat terbatas.
"Aku tidak mau mendengar apapun Lisa! Aku memaafkanmu dan itu jawabannya. Aku juga sadar aku memang egois dan jarang sekali fokus pada hubungan kita, makadari itu tidak ada yang perlu perbaiki lagi ketika kita memulainya seperti semula"
"Sudah, cukup! kedepannya semoga bisa lebih baik. Aku berharap kamu bisa menemukan pria yang lebih baik lagi"
Dan berakhirlah keduanya disini, Reza sibuk menyesap Frappuccino Green Tea Crème sembari bermain game di mejanya. Lalu orang diseberangnya sibuk meratapi hujan yang bertambah deras sebelum ia sampai di PI sembari meletakkan jemari tangan kanannya disisi gelas Hot Chocolate Signature yang ia pesan.Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing namun Reza seakan menyerah dengan kebungkaman Devan. Padahal ada cerita menarik yang ia ingin bahas disini, sebut saja si melati dan beberapa teman lainnya kedapatan melirik kearah meja mereka namun tak sadar bahwa zipper rok spannya dibelakang seakan sesak membungkus bagian pinggulnya dan..."Ahaha..." sukses membuat Devan menatap Reza aneh."Kesambet apaan lo?"Reza memegang perutnya sembari meredakan tawanya yang juga mampu menarik perhatian barista.Robek.. Meskipun sedikit namun mampu membawa sensasi humor Reza. Si melati tad
Pukul jam 5 sore tepatnya Hana sudah siap dengan peralatan mandi dan air hangat dengan suhu tertentu yang dianjurkan dokter untuk membersihkan tubuh Nyonya Yasmine.Sekiranya setengah jam untuk waktu yang lama mengurus Nyonya Yasmin mandi 2x dalam sehari. Hana dulu diberitahu oleh Caregiver sebelumnya bahwa hampir makan waktu satu jam karena sangat rentan merawat lansia, terlebih dengan kondisi penyakit Yasmine."Nyonya tidak boleh memaksa untuk berdiri atau berjalan lagi. Benjolannya akan bertambah""Cuma yang kemarin sayang. Si tua ini sudah takut dimarahi olehmu" kekeh Yasmine."Ah.. Segarnya Hana""Nyonya mau makan cemilan?""Bagaimana kalau di taman depan? Sekalian nunggu Devan""Ayo" riang Hana mendorong kursi roda. Beruntung rumah mewah ini dibikin khusus lift menyambung kamar Yasmine dan menuju ruang tengah, dimana tidak begitu memakan waktu ke ruang makan dan kelu
"Nyonya, sudah jam 7 lewat. Sudah saatnya makan malam" kali kelima Hana mengingatkan nyonya besar itu untuk turun dan makan malam.Yasmine -Nyonya atau sebutan Nyonya besar lantaran wanita baya itu adalah yang tertua di keluarga Adiwijaya.Wanita baya yang harus setia menghabiskan banyak waktu di kursi roda masih belum menggubris jadwal makan malamnya. Oh tidak... Suasananya sedang- entahlah buruk atau ada sesuatu yang mengganjal di penglihatan Hana. Gadis berusia 25 tahun yang menjadi pengasuh tetua di keluarga ini agak sulit membaca ekpresi Nyonya besar meskipun sudah 3 tahun berlalu."Nyonya.. Keluarga anda sedang menunggu dibawah-""Hana!""Ya nyonya?""Sudah berapa lama?"Hana mengernyitkan dahinya bingung, berapa lama apanya? Pertanyaan yang masih kurang jelas itu ia tunggu."berapa lama cucu yang kucari s
Keluarga Adiwijaya merupakan keluarga terpandang di bidang pendidikan, bukan didominasi terkenal. Adiwijaya adalah keluarga terkaya yang dikategorikan sebagai jajaran peringkat keluarga dengan penghasilan atas usaha mereka.Mereka terpadang karena kecintaan keluarga ini terhadap buku-buku dan penerus generasi bangsa. Yasmine merupakan alumni Dosen UI di Program Studi Pendidikan Sejarah, ya.. Kecintaannya terhadap sejarah Indonesia sangat tidak diragukan lagi.Almarhum suaminya merupakan mantan Rektor Universitas Teratai dimana awalnya adalah pembentukan Yayasan Peduli Teratai yang membangun sekolah-sekolah di daerah terpencil di Jawa dan diketuai oleh kembaran almarhum suami Yasmin.Kesuksesan tidak memandang umur, Yayasan yang hanya didanai oleh uang pribadi pada awalnya menjadi sumbangsih para donatur-donatur yang memiliki jabatan tinggi bahkan hingga artis ternama.Tepatnya semenjak 15 tahun menjalankan yay
Taburan bunga terakhir yang tersisa di keranjang khas menaruh bunga itu dihamburkan ke gundukan tanah milik Danis Lukman Adiwijaya bin Putera Loekman Adiwijaya.Audi menangis sedikit sesenggukan sembari mengecup nisan yang dipahat dengan indah disana."Eyang. Ini Audi, apa eyang baik-baik saja disana? Eyang lega kan Audi telah kembali?""Audi senang bertemu dengan Eyang dan maaf-... Ayah- ayah tak berada disini""Ayah selalu menceritakan eyang dan betapa sayangnya ayah sama eyang. Beliau juga menyesal telah bersembunyi selama ini eyang. Audi berharap eyang dan ayah bisa bertemu di surga sana dan akur kembali"Yasmine tak kuat untuk tidak menitikkan air matanya, kenangan-kenangan betapa harmonisnya keluarga mereka spontan berjalan. Suaminya dan kembarannya tak bisa dipisahkan satu sama lain dan lihatlah keterikatan saudara kembar ini."Audi, sekarang sapa eyang Davian di sebelah maka
Pintu baru saja terbuka sosok Devan yang awalnya terkejut kemudian dengan cepat memeluk Yasmine. Lelaki itu tak kalah terkejut mendapati eyangnya yang bisa berdiri dan berjalan meskipun tertatih dalam tumpuan tongkatnya."Apa?"Mata Devan adalah mata khas dan sangat menarik untuk diulas, terlebih ketika terkejut. Matanya yang bulat akan membesar dan penghias kantung matanya membuatnya nampak imut, kalian justru tidak percaya pria ini berusia 27 tahun. Terlihat menggemaskan."Sudah~ percaya saja sama Hana. Eyang tahu Hana bisa bawa mobil-""Bukan masalah itu eyang. Tapi eyang mau kemana? Biar Devan antarin yaa?""Tidak perlu. Eyang ada urusan dengan Hana" Devan melirik Hana yang menggeleng tidak tahu apa yang dimaksud Yasmine tahu akan meminta tuntutan informasi dari tatapan lelaki itu."Tapi-""Jam kerjamu 3 jam lagi akan sele
Hana membuka paket kotaknya dimana 3 temannya dari prancis menitipkan sesuatu padanya dan satu orang lagi yang berjasa bagi kehidupanan Hana hingga ia bisa kembali ke negaranya dengan tenang.Ada beberapa cemilan bungkusan, aksesoris dan peralatan dapur sederhana lalu barang dari pengirim utamanya adalah baju batik cantik bewarna pink yang didesign model kimono dengan akses tali pita dibagian pinggangnya.Cantik sekali..Hana tersenyum saat tahu baju yang ia pegang dengan keterangan limited edition.Tidakkah Vania berlebihan?"Owh.. Bounjur tanth""comment vas-tu?" (apa kabar)".....""la robe est très jolie" (gaunnya sangat cantik) ****Minggu pagi yang cerah menyambut. Hari ini Hana libur, Devan baru s
Pukul jam 5 sore tepatnya Hana sudah siap dengan peralatan mandi dan air hangat dengan suhu tertentu yang dianjurkan dokter untuk membersihkan tubuh Nyonya Yasmine.Sekiranya setengah jam untuk waktu yang lama mengurus Nyonya Yasmin mandi 2x dalam sehari. Hana dulu diberitahu oleh Caregiver sebelumnya bahwa hampir makan waktu satu jam karena sangat rentan merawat lansia, terlebih dengan kondisi penyakit Yasmine."Nyonya tidak boleh memaksa untuk berdiri atau berjalan lagi. Benjolannya akan bertambah""Cuma yang kemarin sayang. Si tua ini sudah takut dimarahi olehmu" kekeh Yasmine."Ah.. Segarnya Hana""Nyonya mau makan cemilan?""Bagaimana kalau di taman depan? Sekalian nunggu Devan""Ayo" riang Hana mendorong kursi roda. Beruntung rumah mewah ini dibikin khusus lift menyambung kamar Yasmine dan menuju ruang tengah, dimana tidak begitu memakan waktu ke ruang makan dan kelu
Dan berakhirlah keduanya disini, Reza sibuk menyesap Frappuccino Green Tea Crème sembari bermain game di mejanya. Lalu orang diseberangnya sibuk meratapi hujan yang bertambah deras sebelum ia sampai di PI sembari meletakkan jemari tangan kanannya disisi gelas Hot Chocolate Signature yang ia pesan.Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing namun Reza seakan menyerah dengan kebungkaman Devan. Padahal ada cerita menarik yang ia ingin bahas disini, sebut saja si melati dan beberapa teman lainnya kedapatan melirik kearah meja mereka namun tak sadar bahwa zipper rok spannya dibelakang seakan sesak membungkus bagian pinggulnya dan..."Ahaha..." sukses membuat Devan menatap Reza aneh."Kesambet apaan lo?"Reza memegang perutnya sembari meredakan tawanya yang juga mampu menarik perhatian barista.Robek.. Meskipun sedikit namun mampu membawa sensasi humor Reza. Si melati tad
Reza baru saja mengantarkan berkas laporan keuangan pada Devan yang masih serius. Mata Reza menyipit seakan silau melihat antara rambut Devan atau tumpukan kertas yang makin hari makin meningkat."Kenapa?""Enggak ada. Semangat yaa bro" semangat Reza"Oh iya van.. Bukannya kamu bilang Hana hanya memiliki satu anggota keluarga?"Devan menegakkan punggungnya topik yang dibicarakan Reza selaku sekretarisnya memecah konsentrasi dan ia langsung tertarik menjawab."Iya benar. Kenapa?""Ibunya, tantenya atau kakaknya?""Aku tidak tahu. Anak itu tertutup""Makaya diketuk dong, supaya di bukaiin pintu""Ha! Lucu""Kenapa kamu tiba-tiba bertanya?""Kemarin aku melihat Hana di RSKSP, aku ragu sih kalau itu ibunya tapi sekilas antara mirip sama enggak mirip. Masa iya ibunya?""Kamu yakin itu Hana?"
Hana membuka paket kotaknya dimana 3 temannya dari prancis menitipkan sesuatu padanya dan satu orang lagi yang berjasa bagi kehidupanan Hana hingga ia bisa kembali ke negaranya dengan tenang.Ada beberapa cemilan bungkusan, aksesoris dan peralatan dapur sederhana lalu barang dari pengirim utamanya adalah baju batik cantik bewarna pink yang didesign model kimono dengan akses tali pita dibagian pinggangnya.Cantik sekali..Hana tersenyum saat tahu baju yang ia pegang dengan keterangan limited edition.Tidakkah Vania berlebihan?"Owh.. Bounjur tanth""comment vas-tu?" (apa kabar)".....""la robe est très jolie" (gaunnya sangat cantik) ****Minggu pagi yang cerah menyambut. Hari ini Hana libur, Devan baru s
Pintu baru saja terbuka sosok Devan yang awalnya terkejut kemudian dengan cepat memeluk Yasmine. Lelaki itu tak kalah terkejut mendapati eyangnya yang bisa berdiri dan berjalan meskipun tertatih dalam tumpuan tongkatnya."Apa?"Mata Devan adalah mata khas dan sangat menarik untuk diulas, terlebih ketika terkejut. Matanya yang bulat akan membesar dan penghias kantung matanya membuatnya nampak imut, kalian justru tidak percaya pria ini berusia 27 tahun. Terlihat menggemaskan."Sudah~ percaya saja sama Hana. Eyang tahu Hana bisa bawa mobil-""Bukan masalah itu eyang. Tapi eyang mau kemana? Biar Devan antarin yaa?""Tidak perlu. Eyang ada urusan dengan Hana" Devan melirik Hana yang menggeleng tidak tahu apa yang dimaksud Yasmine tahu akan meminta tuntutan informasi dari tatapan lelaki itu."Tapi-""Jam kerjamu 3 jam lagi akan sele
Taburan bunga terakhir yang tersisa di keranjang khas menaruh bunga itu dihamburkan ke gundukan tanah milik Danis Lukman Adiwijaya bin Putera Loekman Adiwijaya.Audi menangis sedikit sesenggukan sembari mengecup nisan yang dipahat dengan indah disana."Eyang. Ini Audi, apa eyang baik-baik saja disana? Eyang lega kan Audi telah kembali?""Audi senang bertemu dengan Eyang dan maaf-... Ayah- ayah tak berada disini""Ayah selalu menceritakan eyang dan betapa sayangnya ayah sama eyang. Beliau juga menyesal telah bersembunyi selama ini eyang. Audi berharap eyang dan ayah bisa bertemu di surga sana dan akur kembali"Yasmine tak kuat untuk tidak menitikkan air matanya, kenangan-kenangan betapa harmonisnya keluarga mereka spontan berjalan. Suaminya dan kembarannya tak bisa dipisahkan satu sama lain dan lihatlah keterikatan saudara kembar ini."Audi, sekarang sapa eyang Davian di sebelah maka
Keluarga Adiwijaya merupakan keluarga terpandang di bidang pendidikan, bukan didominasi terkenal. Adiwijaya adalah keluarga terkaya yang dikategorikan sebagai jajaran peringkat keluarga dengan penghasilan atas usaha mereka.Mereka terpadang karena kecintaan keluarga ini terhadap buku-buku dan penerus generasi bangsa. Yasmine merupakan alumni Dosen UI di Program Studi Pendidikan Sejarah, ya.. Kecintaannya terhadap sejarah Indonesia sangat tidak diragukan lagi.Almarhum suaminya merupakan mantan Rektor Universitas Teratai dimana awalnya adalah pembentukan Yayasan Peduli Teratai yang membangun sekolah-sekolah di daerah terpencil di Jawa dan diketuai oleh kembaran almarhum suami Yasmin.Kesuksesan tidak memandang umur, Yayasan yang hanya didanai oleh uang pribadi pada awalnya menjadi sumbangsih para donatur-donatur yang memiliki jabatan tinggi bahkan hingga artis ternama.Tepatnya semenjak 15 tahun menjalankan yay
"Nyonya, sudah jam 7 lewat. Sudah saatnya makan malam" kali kelima Hana mengingatkan nyonya besar itu untuk turun dan makan malam.Yasmine -Nyonya atau sebutan Nyonya besar lantaran wanita baya itu adalah yang tertua di keluarga Adiwijaya.Wanita baya yang harus setia menghabiskan banyak waktu di kursi roda masih belum menggubris jadwal makan malamnya. Oh tidak... Suasananya sedang- entahlah buruk atau ada sesuatu yang mengganjal di penglihatan Hana. Gadis berusia 25 tahun yang menjadi pengasuh tetua di keluarga ini agak sulit membaca ekpresi Nyonya besar meskipun sudah 3 tahun berlalu."Nyonya.. Keluarga anda sedang menunggu dibawah-""Hana!""Ya nyonya?""Sudah berapa lama?"Hana mengernyitkan dahinya bingung, berapa lama apanya? Pertanyaan yang masih kurang jelas itu ia tunggu."berapa lama cucu yang kucari s