"Nyonya, sudah jam 7 lewat. Sudah saatnya makan malam" kali kelima Hana mengingatkan nyonya besar itu untuk turun dan makan malam.
Yasmine -Nyonya atau sebutan Nyonya besar lantaran wanita baya itu adalah yang tertua di keluarga Adiwijaya.
Wanita baya yang harus setia menghabiskan banyak waktu di kursi roda masih belum menggubris jadwal makan malamnya. Oh tidak... Suasananya sedang- entahlah buruk atau ada sesuatu yang mengganjal di penglihatan Hana. Gadis berusia 25 tahun yang menjadi pengasuh tetua di keluarga ini agak sulit membaca ekpresi Nyonya besar meskipun sudah 3 tahun berlalu.
"Nyonya.. Keluarga anda sedang menunggu dibawah-"
"Hana!"
"Ya nyonya?"
"Sudah berapa lama?"
Hana mengernyitkan dahinya bingung, berapa lama apanya? Pertanyaan yang masih kurang jelas itu ia tunggu.
"berapa lama cucu yang kucari selama ini disini?"
Menghembuskan nafas sembari menghitung sejak kedatangan cucu pertama perempuan di keluarga Adiwijaya yang hilang berpuluh tahun lamanya. Tapi.. Kenapa pertanyaan itu seolah memperhitungkan dan terdengar keberatan-
"Sudah 5 bulan 2 hari dari kedatangannya, nyonya"
Yasmine bergumam sembari menganggukkan kepalanya. Kedua matanya masih terpaku dengan pemandangan taman dari balkon kemudian menghembuskan nafas beratnya. Ya.. Beginilah para orang tua yang sudah banyak bertambah umur, meskipun kegiatannya tidak ada lelah sering kali menerpa badan rentanya.
Yasmine tersenyum melihat Hana, diraihnya jemari kanan gadis muda itu dan mengelusnya. Seperti ada kekuatan magis yang mampu membuat Yasmine tersenyum semakin lebar hanya dengan menyentuh jemari lentik Hana.
"Ya sudah. Ayo kita turun" dan kembalilah Yasmine seperti orang yang banyak tahu. Paruh baya yang selalu tersenyum dan rendah hati. Wanita tua yang sangat-sangat mencintai keluarganya terutama cucu-cucunya.
Selesai mendorong kursi roda menuju tempat makan dimana Yasmine berlangganan duduk paling ujung yang menjadi pusat, seperti biasa Hana menyiapkan kain yang biasa diletakkan dipangkuan Nyonya besarnya dan menyiapkan sendoknya.
Hanya satu tugas yang ia selesaikan yaitu tugas pertamanya. Sendok dan garpu yang harus diletakkan di sisi piring Yasmine dikerjakan oleh cucu keduanya membuat Hana sedikit kikuk.
"Terima kasih" Hana berujar dan menyiratkan mata untuk berpamitan pada keluarga lainnya.
"Hana!"
"Ya Nyonya? Apa ada yang dibutuhkan lagi?" Hana kembali ke sisi Yasmine setelah 5 langkahnya pergi. Yah.. Acara makan malam hanya untuk keluarga Adiwijaya, Hana tidak termasuk dan jelas ia tahu diri sekali.
"makanlah bersama kami" ceria Yasmine.
Hana tersenyum kikuk dan menyadari keluarga yang lain saling melirik.
"Hana boleh makan dengan kita kan?" Yasmine bertanya, tentu saja siapa yang akan menolak permintaan tetua di keluarga ini.
"Tentu saja. Hana sudah seperti anggota keluarga kami sendiri dan duduklah Hana" sambut Iva meminta Hana untuk duduk di samping Nazwa.
Menu makan malam ini sedikit pantangan bagi Yasmine ada menu daging rendang dimana kolestrolnya cukup tinggi tapi semuanya tahu takaran yang harus Yasmine icipi dan memakan sehat lainnya.
Nazwa yang duduk disebelah kiri Hana nampak kesusahan memotong daging hingga bunyi decitan memecah konsentrasi orang lain. Pun dengan Hana
"Sini piringnya, Ka Hana potongkan dagingnya" bisik Hana pada Nazwa.
"Nazwa, ucapkan apa sayang pada Ka Hana?"
"Terima kasih ka Hana" dengan gaya yang dibuat sok manis untuk menggoda perawat Yasmine membuat yang lain terkekeh.
"Kebiasaan yaa.. Sukanya makan ayam goreng. Eyang tahu kamu suka makan di mall saat pulang sekolah Naz"
Nazwa menyengir, sudah menjadi kebiasaannya dan kalian harus tahu pola makan yang 4 sehat 5 sempurna diterapkan dalam keluarga ini. Sesekali boleh dalam seminggu memakan junkfood tapi tetap harus menjaga keseimbangan makan.
Yasmine beralih pada mangkok buburnya setelah bercanda giginya tak mampu banyak mengunyah makanan kesukaannya lagi.
***
"Astaga!" Memekik pelan lalu menutup mulutnya sendiri, Hana terperanjat saat keluar dari kamar Yasmine dimana Nyonya sudah tidur lelap didalam.
Cucu kedua Yasmine berdiri dekat pintu dan bersidekap dengan matanya yang tajam.
"Ada yang ingin kubicarakan"
Dan tibalah keduanya di halaman depan, Hana memilih berdiri menunggu Devan berbicara.
"3 hari lagi. Aku memintamu untuk datang seperti biasa dan pulang lebih awal, jam 6 sore"
Hana melihat Devan cukup terkejut dengan perubahan jadwal kerjanya yang mendadak. Gadis itu masih bingung, disisi lain ia masih belum bisa lega dan antisipasi.
"Jam 6 sore aku sudah pulang kerja, aku yang akan menjaga eyang"
"Nyonya sudah tahu?"
"Aku pernah memberitahunya tapi belum pasti kapan. Besok aku akan beri tahu dan sekarang kau boleh pulang" Devan sudah beranjak dari bangkunya.
"Oh ya aku lupa, gajimu tetap sama dan tidak akan dikurangi"
"Terima kasih. Kalau begitu saya pamit pulang" Hana membalikkan badannya namun langkahnya terhenti ketika diinterupsi oleh Devan.
"Mang Ujang sudah di depan"
"Ya?" Sebenarnya Hana adalah orang yang sangat tanggap hanya saja responnya barusan adalah bentuk spontanitasnya. Ia tahu dan sebenarnya tidak menyangka kenapa ia harus diantar pulang.
"Eoh.. Tidak perlu. Saya tahu ini sudah jam istirahatnya Mang Ujang, saya bisa pulang sendiri" cengir Hana dan sungguh ia tidak tahu harus berekspresi seperti apa saat mendapat tatapan tajam dari Devan
"Nanti saya beritahu Mang Ujang-"
"Aku yang minta, jadi kau menolaknya?"
"Uh.. Itu aku sudah terbiasa pulang sendiri-"
"Jika aku memintamu menjadi kekasihku apa kamu juga menolakku?!" Pertanyaan absurd namun tegas dibalik kalimat yang terlontar dari bibir Devan tapi sukses membuat Hana membatu.
Bukan.. Hana bukan tipe kepedean, besar kepala atau senang sekali meskipun itu kesan bercanda, ia jelas hanya tidak menyangka kenapa dengan penolakan harus dianalogikan dengan kekasih? Dan Hana? Tentu saja, ia harus sadar diri dengan kedudukannya.
"Lupakan"
"Pulang dengan Mang Ujang!"
Keluarga Adiwijaya merupakan keluarga terpandang di bidang pendidikan, bukan didominasi terkenal. Adiwijaya adalah keluarga terkaya yang dikategorikan sebagai jajaran peringkat keluarga dengan penghasilan atas usaha mereka.Mereka terpadang karena kecintaan keluarga ini terhadap buku-buku dan penerus generasi bangsa. Yasmine merupakan alumni Dosen UI di Program Studi Pendidikan Sejarah, ya.. Kecintaannya terhadap sejarah Indonesia sangat tidak diragukan lagi.Almarhum suaminya merupakan mantan Rektor Universitas Teratai dimana awalnya adalah pembentukan Yayasan Peduli Teratai yang membangun sekolah-sekolah di daerah terpencil di Jawa dan diketuai oleh kembaran almarhum suami Yasmin.Kesuksesan tidak memandang umur, Yayasan yang hanya didanai oleh uang pribadi pada awalnya menjadi sumbangsih para donatur-donatur yang memiliki jabatan tinggi bahkan hingga artis ternama.Tepatnya semenjak 15 tahun menjalankan yay
Taburan bunga terakhir yang tersisa di keranjang khas menaruh bunga itu dihamburkan ke gundukan tanah milik Danis Lukman Adiwijaya bin Putera Loekman Adiwijaya.Audi menangis sedikit sesenggukan sembari mengecup nisan yang dipahat dengan indah disana."Eyang. Ini Audi, apa eyang baik-baik saja disana? Eyang lega kan Audi telah kembali?""Audi senang bertemu dengan Eyang dan maaf-... Ayah- ayah tak berada disini""Ayah selalu menceritakan eyang dan betapa sayangnya ayah sama eyang. Beliau juga menyesal telah bersembunyi selama ini eyang. Audi berharap eyang dan ayah bisa bertemu di surga sana dan akur kembali"Yasmine tak kuat untuk tidak menitikkan air matanya, kenangan-kenangan betapa harmonisnya keluarga mereka spontan berjalan. Suaminya dan kembarannya tak bisa dipisahkan satu sama lain dan lihatlah keterikatan saudara kembar ini."Audi, sekarang sapa eyang Davian di sebelah maka
Pintu baru saja terbuka sosok Devan yang awalnya terkejut kemudian dengan cepat memeluk Yasmine. Lelaki itu tak kalah terkejut mendapati eyangnya yang bisa berdiri dan berjalan meskipun tertatih dalam tumpuan tongkatnya."Apa?"Mata Devan adalah mata khas dan sangat menarik untuk diulas, terlebih ketika terkejut. Matanya yang bulat akan membesar dan penghias kantung matanya membuatnya nampak imut, kalian justru tidak percaya pria ini berusia 27 tahun. Terlihat menggemaskan."Sudah~ percaya saja sama Hana. Eyang tahu Hana bisa bawa mobil-""Bukan masalah itu eyang. Tapi eyang mau kemana? Biar Devan antarin yaa?""Tidak perlu. Eyang ada urusan dengan Hana" Devan melirik Hana yang menggeleng tidak tahu apa yang dimaksud Yasmine tahu akan meminta tuntutan informasi dari tatapan lelaki itu."Tapi-""Jam kerjamu 3 jam lagi akan sele
Hana membuka paket kotaknya dimana 3 temannya dari prancis menitipkan sesuatu padanya dan satu orang lagi yang berjasa bagi kehidupanan Hana hingga ia bisa kembali ke negaranya dengan tenang.Ada beberapa cemilan bungkusan, aksesoris dan peralatan dapur sederhana lalu barang dari pengirim utamanya adalah baju batik cantik bewarna pink yang didesign model kimono dengan akses tali pita dibagian pinggangnya.Cantik sekali..Hana tersenyum saat tahu baju yang ia pegang dengan keterangan limited edition.Tidakkah Vania berlebihan?"Owh.. Bounjur tanth""comment vas-tu?" (apa kabar)".....""la robe est très jolie" (gaunnya sangat cantik) ****Minggu pagi yang cerah menyambut. Hari ini Hana libur, Devan baru s
Reza baru saja mengantarkan berkas laporan keuangan pada Devan yang masih serius. Mata Reza menyipit seakan silau melihat antara rambut Devan atau tumpukan kertas yang makin hari makin meningkat."Kenapa?""Enggak ada. Semangat yaa bro" semangat Reza"Oh iya van.. Bukannya kamu bilang Hana hanya memiliki satu anggota keluarga?"Devan menegakkan punggungnya topik yang dibicarakan Reza selaku sekretarisnya memecah konsentrasi dan ia langsung tertarik menjawab."Iya benar. Kenapa?""Ibunya, tantenya atau kakaknya?""Aku tidak tahu. Anak itu tertutup""Makaya diketuk dong, supaya di bukaiin pintu""Ha! Lucu""Kenapa kamu tiba-tiba bertanya?""Kemarin aku melihat Hana di RSKSP, aku ragu sih kalau itu ibunya tapi sekilas antara mirip sama enggak mirip. Masa iya ibunya?""Kamu yakin itu Hana?"
Dan berakhirlah keduanya disini, Reza sibuk menyesap Frappuccino Green Tea Crème sembari bermain game di mejanya. Lalu orang diseberangnya sibuk meratapi hujan yang bertambah deras sebelum ia sampai di PI sembari meletakkan jemari tangan kanannya disisi gelas Hot Chocolate Signature yang ia pesan.Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing namun Reza seakan menyerah dengan kebungkaman Devan. Padahal ada cerita menarik yang ia ingin bahas disini, sebut saja si melati dan beberapa teman lainnya kedapatan melirik kearah meja mereka namun tak sadar bahwa zipper rok spannya dibelakang seakan sesak membungkus bagian pinggulnya dan..."Ahaha..." sukses membuat Devan menatap Reza aneh."Kesambet apaan lo?"Reza memegang perutnya sembari meredakan tawanya yang juga mampu menarik perhatian barista.Robek.. Meskipun sedikit namun mampu membawa sensasi humor Reza. Si melati tad
Pukul jam 5 sore tepatnya Hana sudah siap dengan peralatan mandi dan air hangat dengan suhu tertentu yang dianjurkan dokter untuk membersihkan tubuh Nyonya Yasmine.Sekiranya setengah jam untuk waktu yang lama mengurus Nyonya Yasmin mandi 2x dalam sehari. Hana dulu diberitahu oleh Caregiver sebelumnya bahwa hampir makan waktu satu jam karena sangat rentan merawat lansia, terlebih dengan kondisi penyakit Yasmine."Nyonya tidak boleh memaksa untuk berdiri atau berjalan lagi. Benjolannya akan bertambah""Cuma yang kemarin sayang. Si tua ini sudah takut dimarahi olehmu" kekeh Yasmine."Ah.. Segarnya Hana""Nyonya mau makan cemilan?""Bagaimana kalau di taman depan? Sekalian nunggu Devan""Ayo" riang Hana mendorong kursi roda. Beruntung rumah mewah ini dibikin khusus lift menyambung kamar Yasmine dan menuju ruang tengah, dimana tidak begitu memakan waktu ke ruang makan dan kelu
Pukul jam 5 sore tepatnya Hana sudah siap dengan peralatan mandi dan air hangat dengan suhu tertentu yang dianjurkan dokter untuk membersihkan tubuh Nyonya Yasmine.Sekiranya setengah jam untuk waktu yang lama mengurus Nyonya Yasmin mandi 2x dalam sehari. Hana dulu diberitahu oleh Caregiver sebelumnya bahwa hampir makan waktu satu jam karena sangat rentan merawat lansia, terlebih dengan kondisi penyakit Yasmine."Nyonya tidak boleh memaksa untuk berdiri atau berjalan lagi. Benjolannya akan bertambah""Cuma yang kemarin sayang. Si tua ini sudah takut dimarahi olehmu" kekeh Yasmine."Ah.. Segarnya Hana""Nyonya mau makan cemilan?""Bagaimana kalau di taman depan? Sekalian nunggu Devan""Ayo" riang Hana mendorong kursi roda. Beruntung rumah mewah ini dibikin khusus lift menyambung kamar Yasmine dan menuju ruang tengah, dimana tidak begitu memakan waktu ke ruang makan dan kelu
Dan berakhirlah keduanya disini, Reza sibuk menyesap Frappuccino Green Tea Crème sembari bermain game di mejanya. Lalu orang diseberangnya sibuk meratapi hujan yang bertambah deras sebelum ia sampai di PI sembari meletakkan jemari tangan kanannya disisi gelas Hot Chocolate Signature yang ia pesan.Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing namun Reza seakan menyerah dengan kebungkaman Devan. Padahal ada cerita menarik yang ia ingin bahas disini, sebut saja si melati dan beberapa teman lainnya kedapatan melirik kearah meja mereka namun tak sadar bahwa zipper rok spannya dibelakang seakan sesak membungkus bagian pinggulnya dan..."Ahaha..." sukses membuat Devan menatap Reza aneh."Kesambet apaan lo?"Reza memegang perutnya sembari meredakan tawanya yang juga mampu menarik perhatian barista.Robek.. Meskipun sedikit namun mampu membawa sensasi humor Reza. Si melati tad
Reza baru saja mengantarkan berkas laporan keuangan pada Devan yang masih serius. Mata Reza menyipit seakan silau melihat antara rambut Devan atau tumpukan kertas yang makin hari makin meningkat."Kenapa?""Enggak ada. Semangat yaa bro" semangat Reza"Oh iya van.. Bukannya kamu bilang Hana hanya memiliki satu anggota keluarga?"Devan menegakkan punggungnya topik yang dibicarakan Reza selaku sekretarisnya memecah konsentrasi dan ia langsung tertarik menjawab."Iya benar. Kenapa?""Ibunya, tantenya atau kakaknya?""Aku tidak tahu. Anak itu tertutup""Makaya diketuk dong, supaya di bukaiin pintu""Ha! Lucu""Kenapa kamu tiba-tiba bertanya?""Kemarin aku melihat Hana di RSKSP, aku ragu sih kalau itu ibunya tapi sekilas antara mirip sama enggak mirip. Masa iya ibunya?""Kamu yakin itu Hana?"
Hana membuka paket kotaknya dimana 3 temannya dari prancis menitipkan sesuatu padanya dan satu orang lagi yang berjasa bagi kehidupanan Hana hingga ia bisa kembali ke negaranya dengan tenang.Ada beberapa cemilan bungkusan, aksesoris dan peralatan dapur sederhana lalu barang dari pengirim utamanya adalah baju batik cantik bewarna pink yang didesign model kimono dengan akses tali pita dibagian pinggangnya.Cantik sekali..Hana tersenyum saat tahu baju yang ia pegang dengan keterangan limited edition.Tidakkah Vania berlebihan?"Owh.. Bounjur tanth""comment vas-tu?" (apa kabar)".....""la robe est très jolie" (gaunnya sangat cantik) ****Minggu pagi yang cerah menyambut. Hari ini Hana libur, Devan baru s
Pintu baru saja terbuka sosok Devan yang awalnya terkejut kemudian dengan cepat memeluk Yasmine. Lelaki itu tak kalah terkejut mendapati eyangnya yang bisa berdiri dan berjalan meskipun tertatih dalam tumpuan tongkatnya."Apa?"Mata Devan adalah mata khas dan sangat menarik untuk diulas, terlebih ketika terkejut. Matanya yang bulat akan membesar dan penghias kantung matanya membuatnya nampak imut, kalian justru tidak percaya pria ini berusia 27 tahun. Terlihat menggemaskan."Sudah~ percaya saja sama Hana. Eyang tahu Hana bisa bawa mobil-""Bukan masalah itu eyang. Tapi eyang mau kemana? Biar Devan antarin yaa?""Tidak perlu. Eyang ada urusan dengan Hana" Devan melirik Hana yang menggeleng tidak tahu apa yang dimaksud Yasmine tahu akan meminta tuntutan informasi dari tatapan lelaki itu."Tapi-""Jam kerjamu 3 jam lagi akan sele
Taburan bunga terakhir yang tersisa di keranjang khas menaruh bunga itu dihamburkan ke gundukan tanah milik Danis Lukman Adiwijaya bin Putera Loekman Adiwijaya.Audi menangis sedikit sesenggukan sembari mengecup nisan yang dipahat dengan indah disana."Eyang. Ini Audi, apa eyang baik-baik saja disana? Eyang lega kan Audi telah kembali?""Audi senang bertemu dengan Eyang dan maaf-... Ayah- ayah tak berada disini""Ayah selalu menceritakan eyang dan betapa sayangnya ayah sama eyang. Beliau juga menyesal telah bersembunyi selama ini eyang. Audi berharap eyang dan ayah bisa bertemu di surga sana dan akur kembali"Yasmine tak kuat untuk tidak menitikkan air matanya, kenangan-kenangan betapa harmonisnya keluarga mereka spontan berjalan. Suaminya dan kembarannya tak bisa dipisahkan satu sama lain dan lihatlah keterikatan saudara kembar ini."Audi, sekarang sapa eyang Davian di sebelah maka
Keluarga Adiwijaya merupakan keluarga terpandang di bidang pendidikan, bukan didominasi terkenal. Adiwijaya adalah keluarga terkaya yang dikategorikan sebagai jajaran peringkat keluarga dengan penghasilan atas usaha mereka.Mereka terpadang karena kecintaan keluarga ini terhadap buku-buku dan penerus generasi bangsa. Yasmine merupakan alumni Dosen UI di Program Studi Pendidikan Sejarah, ya.. Kecintaannya terhadap sejarah Indonesia sangat tidak diragukan lagi.Almarhum suaminya merupakan mantan Rektor Universitas Teratai dimana awalnya adalah pembentukan Yayasan Peduli Teratai yang membangun sekolah-sekolah di daerah terpencil di Jawa dan diketuai oleh kembaran almarhum suami Yasmin.Kesuksesan tidak memandang umur, Yayasan yang hanya didanai oleh uang pribadi pada awalnya menjadi sumbangsih para donatur-donatur yang memiliki jabatan tinggi bahkan hingga artis ternama.Tepatnya semenjak 15 tahun menjalankan yay
"Nyonya, sudah jam 7 lewat. Sudah saatnya makan malam" kali kelima Hana mengingatkan nyonya besar itu untuk turun dan makan malam.Yasmine -Nyonya atau sebutan Nyonya besar lantaran wanita baya itu adalah yang tertua di keluarga Adiwijaya.Wanita baya yang harus setia menghabiskan banyak waktu di kursi roda masih belum menggubris jadwal makan malamnya. Oh tidak... Suasananya sedang- entahlah buruk atau ada sesuatu yang mengganjal di penglihatan Hana. Gadis berusia 25 tahun yang menjadi pengasuh tetua di keluarga ini agak sulit membaca ekpresi Nyonya besar meskipun sudah 3 tahun berlalu."Nyonya.. Keluarga anda sedang menunggu dibawah-""Hana!""Ya nyonya?""Sudah berapa lama?"Hana mengernyitkan dahinya bingung, berapa lama apanya? Pertanyaan yang masih kurang jelas itu ia tunggu."berapa lama cucu yang kucari s