Share

7. Kelakuan Yu Jum

Nasi Berkat 7

Pukul tujuh pagi, acara panen sayuran selesai. Mak Siti sengaja membawa semua hasil panen ke amben depan rumah, dengan harapan ada tetangga yang mampir dan sudi membeli sayurannya.

Mak Siti duduk selonjoran, sambil mengikat sayuran dengan bambu muda yang dibelah tipis-tipis. Lentur, dan cukup kuat untuk mengikat sayuran.

Tak berapa lama, Yu Jum istrinya Pak Rusdi lewat depan rumah, lalu berhenti untuk menyapa Mak Siti.

"Pagi-pagi udah panen sayur, Mak," ujar Yu Jum. Namanya Bu Jumiah, tapi Mak Siti biasa memanggilnya Yu Jum.

Mak Siti mendongak untuk melihat siapa yang mengajaknya bicara.

"Ehh, Yu Jum, dari mana Mbak Yu?"

"Biasa, jalan pagi, nyari udara segar. Sekalian olahraga," jawab Yu Jum lalu terkekeh.

"Sayurnya seger-seger banget, baru metik ya, Mak?" 

Mak Siti menjawab sambil menyunggingkan senyum. "Iya, Mbak Yu, udah waktunya dipetikin. Sayang kalau dibiarin, nanti mubazir."

Sejenak terbersit dihatinya, berharap Yu Jum ingat tentang upah suaminya yang belum dibayarkan oleh Pak Rusdi. Walau uangnya tak seberapa bagi orang lain, tapi bagi keluarganya itu sangat berharga. Mak Siti segera menepis pikiran yang sempat terlintas, mengingat watak keluarga itu, rasanya mustahil.

"Astagfirullah, mikir apa aku ini," ucap mak Siti dalam hati. Lantas mengusap dadanya dan menggeleng pelan.

"Duduk sini Mbak Yu, sekalian istirahat," Mak Siti menepuk amben kosong di sampingnya, mempersilahkan Yu Jum duduk.

"Iya," jawab Yu Jum.

 Lalu duduk di samping Mak Siti, dibatasi sayuran yang sudah selesai diikat.

"Enak ya, Mak, panen sayur sendiri, jadi gak perlu blanja lagi!" Yu Jum berkata sambil tangannya sibuk memilih sayuran.

Mak Siti melirik sekilas, hanya bisa pasrah sayuran yang telah rapi disusun jadi berantakan lagi.

"Iya, alhamdulillah Mbak Yu, rezeki dari Allah buat keluargaku," jawab Mak Siti dengan senyum yang terkesan dipaksakan.

"Ini mau dijual kepasar, atau ditaruh warungnya Bude Marni?"

"Nanti ditaruh warung aja Mbak Yu, Bapaknya Erna lagi kurang sehat. Gak tega tak tinggal ke pasar, Mbak Yu mau beli? Monggo pilih aja, mumpung masih seger!" Mak Siti menjawab pertanyaan Yu Jum, sekalian menawari dagangannya. Ya, siapa tau rezekinya datang dari tangan Yu Jum.

"Oww gitu to. Seiket berapa Mak?"

"Semua sama, dua ribuan Mbak Yu."

"Gak bisa kurang to, kan panen sendiri, biasanya kalau langsung dari petaninya kan lebih murah."

Deg

Mak Siti yang sedang mengikat sawi tersentak kaget mendengar ucapan Yu Jum. Dirinya tersadar ketika tangan Yu Jum menepuk pundaknya.

"Kok malah ngelamun Mak, pagi-pagi entar kesambet lho."

"Ehh, anu itu mmm ... gapapa kok, Yu," Mak Siti menjawab sekenanya sambil mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gimana, boleh kurang gak? Seribu lima ratus seiket. Kalo boleh saya ambil tiga iket, mumpung saya bawa duit lima ribu ini." Yu Jum berkata sambil mengeluarkan uang dari saku celana trainingnya.

"Gimana, ya Yu, ini udah murah banget. Di warung kan tiga ribu, yang udah agak layu dua setengah. Lagian iketan sayur aku lebih besar dari yang lain," Mak Siti menjelaskan hati-hati takut menyinggung.

"Alah, nanem ga pake pupuk, ngerawatnya juga cuma seadanya aja jualnya mahal banget. Kebanyakan ambil untung. Biasanya di pasar juga harga segitu."

Mak Siti memejamkan mata, mendengar Yu Jum merepet dan cukup nylekit. Menghidup udara sebanyak-banyaknya, lalu menghembuskan pelan.

Karna gak mau ribut pagi-pagi, akhirnya Mak Siti mengalah. Sudah paham betul dengan watak Yu Jum yang tak mau kalah dan semaunya. 

Mencoba berpikir positif, mungkin rezekinya memang segitu. Dari pada tak dibayar sama sekali.

"Yaudah, ga apa Mbak Yu. Ambil aja tiga iket."

Yu Jum memilih sawi, bayem, dan terong. Tak lupa memilih yang paling besar ikatannya.

"Ini uangnya Mak, lima ribu. Kembaliaanya buat Mak aja, itung-itung aku sedekah." Yu Jum menyodorkan uang lima ribunya.

"Assalamualaikum."

Setelah mengucap salam,  Yu Jum pergi begitu saja sambil menenteng tiga ikat sayur murah. Tak lupa tangan kanannya menyomot cabai di tampah tanpa rasa bersalah.

Mak Siti hanya melongo melihat kelakuan Yu Jum.

"Walaikumsallam," jawab Mak Siti lirih sambil menggelengkan kepala.

Mengusap-usap dadanya sambil terus beristigfar dalam hati.

"Alhamdulillah ya Allah, semoga berkah dan tambah banyak rezekiku," ucap Mak Siti dalam hati.

Bergegas menyelesaikan pekerjaanya yang sempat tertunda,agar tak kesiangan ke warung Bude Marni.

😄😄ternyata suami istri 11 12 yaa,, key jangan benci pak rusdi dan yu jum yaaaa mak emakkk, kesiann 🙈,

Part 8 usaha mak siti menjual sayurannya, rencana yg sudah tersusun cantik ambyar. Jangan-jangan gegara yu jum nih jadi ambyar 🙊 duh malah jadi nyalahin yu jum, kuyyy nantikan cerita lengkapnya biar ga suuzon ma yu jum yakkk 😁😁

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status