Share

15. cita-cita dan harapan Erna

Nasi Berkat 15

"Erna!" teriak Hesti panik.

Dari kejauhan Hesti sudah bisa melihat Erna. Kaget melihat kondisi sahabatnya itu, Hesti berlari agar segera sampai. Tak dipedulikan kakinya yang tersandung batu dan berdarah.

Erna duduk ditanah dan menangis meraung-raung. Tangan menggenggam rumput di kanan kiri tubuhnya dengan sangat kuat. Wajah dan rambutnya berantakan. Air mata seolah enggan untuk berhenti. Matanya sampai bengkak karena terlalu lama menangis.

Hesti mendekap sahabatnya itu dari belakang. Ia ikut menangis, prihatin melihat kondisi Erna.

"Nyebut, Na. Kamu gak boleh kayak gini! Cerita sama aku, ada apa sebenarnya? Kenapa jadi kayak gini, Na?" cecar Hesti.

Perlahan Erna mulai sedikit tenang, sudah tak menangis meraung-raung lagi. Namun sedu sedannya masih kentara sekali.

"Istigfar, Na. Kalau kamu kayak gini malah bikin orang khawatir," ucap Hesti lalu melepas dekapannya. Duduk di samping Erna. Sahabatnya itu masih diam membisu. Hesti tau, tak ada gunanya memaksa Erna berbicara.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status