Ceklek!Pintu pun terbuka lebar, menampakkan Denis dan beberapa orang polisi berdiri di depan pintu kostan.Melihat adanya polisi, salah satu anak kost masuk ke satu kamar dan kamar yang lain. Ia memberitahu, perihal adanya polisi, yang datang ke kostan Cherly.Seketika suasana menjadi ramai setelah penghuni kost yang lain keluar dari kamar masing-masing."Cherly, kenapa bisa ada mayat di sini? Apakah terjadi sesuatu?" tanya Denis, ia begitu penasaran.Dengan susah payah, Cherly segera meminta mereka untuk masuk ke dalam."Sebaiknya kalian periksa saja di dalam dinding itu," jawab Cherly.Denis dan beberapa polisi tersebut segera masuk. Mereka tercengang, mendapati salah satu dinding yang telah berlubang."Aku tidak sengaja menemukan mayat di dalam dinding itu, setelah beberapa kali aku bermimpi buruk. Dan puncaknya, mimpi itu berakhir menunjukkan kenyataan bahwa ternyata selama aku tinggal disini, aku tinggal bersama seorang mayat," jelas Cherly, sambil menunjuk ke arah dinding berlu
"Jadi ... Sebenarnya Bapak tidak tahu tentang mayat di dalam dinding itu?" tanya polisi kepada pak Jarwo."Betul, Pak. Saya juga syok, mendengar ada mayat di kostan milik saya. Sepertinya itu ulah salah satu penghuni kost sebelumnya. Tapi saya juga tidak tahu, itu hanya dugaan saya saja," jawab pak Jarwo.Semua menyimak, dan menyimpulkan hal yang sama seperti pak Jarwo. Mungkin memang benar, mayat itu sengaja dikubur di dinding, oleh penghuni kost sebelumnya. Namun, ada motif apa di balik masalah ini? Semua masih menjadi teka-teki yang harus segera dipecahkan."Pak polisi, Pak Polisi! Pak, saya menemukan sesuatu di sana!" teriak pria yang baru saja menyelesaikan buang air kecil. Hal itu menjadikannya pusat perhatian orang-orang. Bahkan para tetangga pak Jarwo pun banyak yang keluar melihat adanya polisi di tempat itu."Ada apa? Kamu menemukan apa?" tanya polisi.Dengan nafas tersengal, susah payah pria itu mencoba untuk menjelaskan. Namun, rasa takut dan lelah menjadikannya sulit untu
"Apa? Jadi ... Pak Jarwo melakukan pesugihan penglaris kostan, dan saya target selanjutnya untuk dijadikan tumbal?" tanya Cherly, ia tak habis pikir dengan apa yang terjadi. Bisa-bisanya di zaman modern seperti ini, masih ada orang yang melakukan jalan pintas seperti itu."Benar, itulah pengakuan dari saudara Jarwo tadi. Bahkan mayat yang ada di dalam dinding kostan Mbak Cherly, adalah salah satu korbannya. Yang lebih nahasnya, wanita itu adalah istrinya sendiri. Selain itu, di kebun belakang rumahnya, ada beberapa jasad yang ditemukan oleh tim kami. Di antara mereka adalah anak kandungnya pak Jarwo dan beberapa penghuni kost yang dulu dinyatakan hilang, ternyata menjadi korban keserakahan saudara Jarwo," jelas polisi.Cherly menghembuskan nafas kasar. Namun, beruntung ia masih diberikan keselamatan. Jika ia tidak peka akan mimpi itu, entah akan seperti apa nasib Cherly selanjutnya. Yang lebih penting, ia percaya, Tuhan selalu melindunginya dari segala marabahaya, dan Cherly sangat be
"Belum lama, Sayang. Kamu mau berangkat kuliah?" tanya Tiana balik.Gina mendekati Tiana dan juga Beri, kemudian menyalami mereka dan mencium punggung tangannya."Iya, Tan. Kalian apa kabar? Sudah lama kita nggak ketemu, ya!" seru Gina."Kabar kami baik, Sayang. Tante dan Om ke sini, karena dapat kabar tentang kejadian semalam di kostan Cherly. Di sosial media, ada ramai perbincangan tentang itu. Jadi, Tante dan Om langsung ke sini, khawatir juga dengan keadaan Cherly. Tapi, sayangnya kostan tempat tinggal Cherly sudah dipasang police line. Nomor Cherly juga susah dihubungi. Apa kamu tahu Cherly tinggal di mana sekarang?" tanya Tiana.Gina menganggukkan kepalanya, kemudian memberitahu tempat kost baru Cherly."Biar sekalian aku antar saja, aku tahu tempatnya di mana. Bu, Yah, boleh, kan aku ikut sama Tante dan Om?" tanya Gina, yang disambut oleh anggukan kepala Ratri dan Saga."Boleh, Sayang. Sekalian Ibu dan Ayah juga mau menemui Cherly. Ibu baru tahu kabar itu dari Ayah semalam. Ya
Gina menggelengkan kepala, kemudian keluar dari toilet dan kembali bergabung bersama keluarganya."Senang rasanya kita bisa seperti ini. Seandainya bisa sering-sering seperti ini, kemungkinan aku bakalan awet muda terus," ujar Beri."Kamu bisa saja! Iya aku juga maunya seperti ini. Tapi sayangnya jarak tempat tinggal kita jauh. Tapi setidaknya kita harus punya agenda buat acara-acara kita-kita seperti ini. Satu bulan sekali atau beberapa bulan sekali. Anggap saja mempererat tali kekeluargaan kita," sahut Saga.Suasana makan siang itu begitu hangat. Walau pun kenyataannya mereka bukan siapa-siapa. Namun, hubungan mereka terjalin cukup baik seperti sebuah keluarga.Setelah makan siang berlangsung, keluarga Beri pun memutuskan untuk kembali ke kostan Cherly. Sementara keluarga Saga memilih untuk pulang saja.****"Saya terima nikah dan kawinnya Lena Nastiti, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!""Bagaimana para saksi, sah?""Sah!""Sah!""Sah!"Di dalam mesjid yang tak jauh dari kedi
"Kenapa dia ada di sini?" tanya Denis, menatap tajam ke arah David."David? Dia juga mau ikut piknik. Kamu sendiri, mau ikut juga?" tanya Gina.Cherly mengangguk mewakili jawaban Denis, hanya saja, ia pun merasa kaget saat mengetahui David pun ikut serta dalam acara mereka."Memangnya kenapa kalau aku ikut? Gina sama Tessa saja tidak masalah. Lagi pula, aku dan Gina sudah baikan. Aku sudah menjadi teman Gina," timpal David.Denis menatap tajam ke arah David, kemudian ia menoleh ke arah Gina."Ini sebenarnya ada apa, sih? Apa kalian punya masalah?" tanya Gina, ia menatap David dan Denis secara bergantian."Tidak apa-apa!" Denis kemudian berjalan cepat menuju mobil yang hendak digunakan oleh mereka."Mana kuncinya, Tes. Biar aku yang bawa?" tanya Denis.Tessa kemudian memberikan kunci mobilnya.Sepanjang perjalanan, tak hentinya Denis melirik tajam ke arah David yang duduk di barisan belakang bersama Gina dan Tessa lewat kaca spion. Namun, David hanya menanggapinya dengan senyuman sinis
"Bagaimana ini? David sama Denis di mana?"Keadaan semakin genting, saat Gina tak terlihat lagi di permukaan danau."Gina! Ya Tuhan!" teriak Cherly.Tessa dan Cherly terlihat sangat panik dan khawatir. Namun, mereka tidak bisa berbuat banyak, mereka tidak pandai berenang. Apalagi danau itu begitu dalam.Tak berselang lama, David datang dan langsung menanyai apa yang terjadi."Ada apa? Kenapa kalian teriak-teriak minta tolong? Gina ke mana?" tanya David.Tessa menunjuk ke arah danau, ia sangat cemas di kala itu."Gina terpeleset dan tercebur saat kami berfoto. Tolong dia, dia tenggelam, dia tidak bisa berenang!" jawab Tessa.David menoleh ke arah danau, tanpa pikir panjang, ia segera membuka sepatunya dan menyimpan ponselnya. Kemudian loncat menyelami kedalaman danau tersebut."Bertahan, Gina, aku akan menolong kamu," batin David.Denis yang baru saja datang, ia pun sangat terkejut mendengar Gina tenggelam. Beberapa kali ia mengamati permukaan danau. Namun, ia tidak melihat Gina sama s
Semua orang yang ada di kantin terkejut, saat tiba-tiba Aldo menggebrak meja dengan begitu kasarnya, tak terkecuali Gina."Diam, Kamu! Tidak usah sok bijak! Sebaiknya kamu urus diri kamu sendiri!" sentak Aldo, kemudian melangkah pergi meninggalkan Gina di kantin itu.Gina menjadi pusat perhatian orang-orang. Namun, Gina tidak menghiraukan sama sekali. Lantas ia pergi dari kantin itu. Memang, ia telah salah bertanya kepada Aldo. Dari awal pun, Aldo memang terlihat tidak menyukainya.Hingga siang hari tiba, tidak biasanya, David tidak menampakkan batang hidungnya. Bahkan nomornya pun tidak aktif."Apakah dia sedang sakit?" batin Gina, seketika ia merasa khawatir dan bersalah terhadap David. Jika memang David sakit, sudah pasti itu karena ia menolong Gina kemarin."Aku tidak punya alamat rumahnya, lagi. Duh ... David, kamu kenapa, sih?" gumam Gina.Sampai tiba waktunya pulang. Gina sama sekali tidak bertemu dengan David. Gina pun akhirnya memutuskan untuk pulang saja.Sampai rumah, terny
Selain meninggalkan ponsel baru untuk Gina. Lena pun meninggalkan nomornya, supaya Gina menghubunginya.Gina kemudian menghubungi Lena untuk mengucapkan terima kasih. Lena begitu perhatian. Bersyukur ia memiliki ibu sambung sepertinya. Selain itu, Gina juga menanyakan kabar tentang orang tuanya. Belum begitu lama tinggal di kampung, Gina merasa sangat merindukan mereka. Entah sedang apa mereka, apakah mereka masih sibuk mencari Gina?Telepon pun tersambung, Lena segera mengangkatnya."Halo, Bunda. Bunda di mana sekarang? Maaf, tadi kata Nenek saat Bunda berkunjung, akunya nggak ada di rumah. Aku sedang ada urusan di luar. Oh iya, terima kasih banyak ya, Bun ponsel dan uangnya. Kebetulan sekali aku sangat membutuhkan ponsel ini," ucap Gina."Halo, Sayang. Iya tidak apa-apa. Bunda ada di jalan, sebentar lagi sampai di rumah," sahut Lena."Em ... Bunda, bagaimana kabar ayah? Terus ibu dan ayah Saga? Bunda juga apa kabar? Kangen aku sama kalian," imbuh Gina."Kabar ibu dan ayah Saga baik-
Beberapa saat kemudian, Farrel dan tim kepolisian kembali dengan tangan kosong. Rumiah telah lolos dari kejaran mereka. Sehingga membuat Rumiah ditetapkan menjadi DPO."Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tapi, kami akan berusaha semaksimal mungkin, untuk mencari keberadaan saudari Rumiah." Polisi pun pamit dari rumah Farrel."Bagaimana ini? Keadaan ini belum aman jika Rumiah masih bebas berkeliaran. Bisa saja sewaktu-waktu, dia kembali mencari Ayah dan memaksa lagi untuk memberikan semua milik Ayah. Bahkan tak segan membuat Ayah menderita lagi." Farrel merasa khawatir.Mereka terdiam untuk beberapa saat. Namun, beberapa saat kemudian Gina mengutarakan pendapatnya."Em ... Bagaimana kalau Om Romi ikut kita ke kampung saja, Rel. Sekalian kita jelaskan kepada ibu kamu," imbuh Gina.Farrel menoleh ke arah ayahnya. Pak Reno pun ikut menimpali, "Ide yang bagus. Memang sebaiknya untuk sementara waktu, Ayah kamu harus kamu bawa dari rumah ini. Bahaya jika dibiarkan tinggal sendirian, seme
"Ya Tuhan, Gina!" teriak Rumiah, ketika Gina terbatuk dan menyemburkan air di dalam mulutnya pada berkas itu."Aduh, maaf-maaf. Aku tidak sengaja, biar aku bersihkan berkasnya," ucap Gina.Gina kemudian merebut berkas itu, lalu berusaha mengeringkannya menggunakan ujung kerudung yang dipakainya."Ya ... Sobek," ujar Gina.Rumiah melotot tajam, melihat apa yang dilakukan oleh Gina. Namun, pak Reno dan juga Farrel menahan tawa atas apa yang terjadi."Kamu, ya! Kamu apakan berkas ini? Kurang ajar kamu, Gina!"Rumiah melayangkan tamparan ke arah Gina. Namun, secepatnya Farrel menahan tangan Rumiah."Berani menampar dia, maka rekaman itu akan aku berikan ke polisi dan aku sebar luaskan." Farrel memberi ancaman.Rumiah menepis tangan Farrel, ia berbalik badan menghadap Farrel."Rekaman apa yang kamu maksud? Bukankah rekaman itu sudah aku hapus? Jangan main-main denganku, Farrel. Aku tidak bisa kamu kelabuhi. Aku bukan wanita bodoh seperti yang kamu pikirkan," cetus Rumiah.Farrel tertawa be
Rumiah membeliak, saat melihat kak Reno memperlihatkan rekaman kejahatannya barusan. Farrel, Gina dan pak Reno tersenyum puas atas bukti yang telah mereka dapatkan."Sialan kalian semua, ternyata kalian menjebakku. Aku tidak akan tinggal diam. Aku hanya menuntut hakku sebagai istri Romi. Tapi kalian, berani-beraninya merekamku tanpa sepengetahuanku," ujar Rumiah.Romi bangkit lalu berdiri, ia menimpali ucapan Rumiah, "Apa? Hak? Jelas-jelas aku sudah menjatuhkan talak terhadap kamu. Lagi pula, kita hanya menikah secara siri. Jadi, tidak ada hak untuk kamu menguasai apa yang aku punya.""Jelas aku punya hak, kamu hanya memberikan sebagian kecil uang dan perhiasan. Kamu jangan hanya mau enaknya saja, Romi!" sarkas Rumiah."Kamu tidak bisa bersyukur, Rumiah. Aku sudah menolongmu dari garis kemiskinan. Aku menikahi kamu, karena aku kira kamu baik. Tapi ternyata, kamu tidak lebih dari seekor ular. Beruntung aku hanya menikahi kamu secara siri. Kamu tidak ada bedanya dengan seorang penipu. K
Dua hari kemudian, Farrel bergegas membawa kembali ayahnya untuk pulang. Terpaksa ia dan Gina tidak pulang ke kampung, karena urusan bersama ayahnya sangat penting, demi menyelesaikan misinya.Sesampainya di rumah, Romi kembali dipakaikan baju yang terakhir kali ia pakai di rumah itu. Walau pun sudah tidak nyaman. Namun, demi mengelabuhi Rumiah, Romi harus memakainya lagi.Tidak hanya itu, Farrel juga sengaja menyimpan sedikit makanan mentah di atas lantai. Seolah-olah Romi telah memakan makanan itu demi bertahan hidup.Tepat pada siang hari, Farrel, Gina dan pak Reno kembali bersembunyi saat terdengar suara mobil masuk ke dalam halaman rumah. Namun, sebelumnya pak Reno telah menyimpan sebuah kamera tersembunyi di kamar itu, untuk merekam aksi kejahatan yang akan dilakukan Rumiah."Semoga rencana ini berhasil, ya Tuhan. Aku ingin melihat Ayah dan Ibu kembali bersama lagi seperti dulu, bahagia tanpa ada wanita jahat itu. Tuhan, tolong permudah jalan kami untuk mengungkap semuanya di ha
Romi menelan sedikit demi sedikit air kelapa itu. Walau pun sekujur tubuhnya tak bisa digerakkan. Namun, ia masih bisa menelan cairan yang diberikan oleh pak Reno.Romi telah menghabiskan air kelapa itu satu botol. Pak Reno membiarkan Romi setelah meminum air itu, menunggu reaksi air kelapa yang baru saja masuk ke dalam tubuhnya.Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Romi sedikit demi sedikit mulai bisa menggerakkan tangannya. Hal itu membuat Farrel senang."Ayah coba gerakkan kakinya," ujar Farrel.Walau pun belum pulih sepenuhnya, sedikit demi sedikit kaki Romi pun mulai bisa di gerakkan. Romi pun kembali bisa berbicara walau pun belum lancar sepenuhnya."Aku akan panggilkan dokter, Romi. Kamu butuh dokter untuk memeriksa keadaan kamu," ujar pak Reno."Em ... Pak, apa nggak sebaiknya kita bawa saja Ayah ke rumah sakit? Lagi pula, wanita itu sudah pergi," sahut Farrel memberi usul."Ya, kamu benar, Farrel. Ayok, kita bawa Ayah kamu ke rumah sakit. Saya akan siapkan mobil saya dulu
Semua tampak bingung atas permintaan Romi. Farrel, Gina dan pak Reno saling melempar pandang."Maksud Ayah?" tanya Farrel."Jangan pergi ke mana-mana, cukup kalian di sini dan tunggu sebentar lagi. Kalian pasti akan mengetahui semuanya," jawab Romi.Mereka semakin tidak mengerti dengan segala ucapan yang terlontar dari mulut Romi. Terutama Farrel, wajahnya menunjukkan seakan menuntut penjelasan dari sang ayah."Sebentar lagi kalian akan paham maksud Ayah. Kalian sebaiknya bersembunyi, jangan sampai menampakkan batang hidung kalian saat dia datang. Ayah akan jelaskan semuanya setelah dia pergi. Tapi, Ayah minta salah satu dari kalian, bawakan Ayah air kelapa sebanyak-banyaknya," pinta Romi.Setiap perkataan Romi, begitu banyak menyimpan teka-teki yang sulit untuk dipecahkan. Namun, mereka akan menuruti perkataan Romi, mereka akan menunggu dan bersembunyi."Biar saya saja yang akan memesan air kelapa. Saya akan menyuruh ART saya," imbuh pak Reno, yang kemudian menghubungi ART-nya.Dari
"Loh iya, ya!" sahut Gina, mereka mulai menyusuri arah bau bangkai yang mereka cium.Farrel mengajak Gina untuk pergi ke dapur. Sesampainya di sana, mereka melihat banyaknya makanan berceceran di lantai. Isi kulkas yang menyimpan bahan makanan mentah, semua sudah berada di lantai. Dan ternyata bau bangkai yang tercium berasal dari daging mentah yang telah dikerubuti lalat hijau dan belatung.Sontak membuat mereka berdua membekap hidungnya, tak tahan dengan bau yang sangat tidak enak dan menyengat itu."Farrel, aku mau muntah!" Gina berlari ke arah kamar mandi ART di dekat dapur.Gina menumpahkan semua isi perutnya. Isi perutnya yang terasa diaduk, hingga akhirnya semua sarapan yang ia santap tadi, terkuras habis."Farrel, jangan berlama-lama di sini. Aku takut muntah lagi," ujar Gina, sehingga matanya mengeluarkan banyak air.Farrel mengangguk, mereka menjauh dari dapur. Farrel kemudian mengajak Gina untuk menuju lantai atas, kamar ayahnya.Mereka mulai menaiki anak tangga. Rumah itu
"Loh iya, ya. Kenapa bisa pecah, ya? Mungkin ada orang iseng melempar batu kali, ya!" sahut Farrel, ia pun mengamati jendela itu."Rel, apakah kita langsung masuk saja? Tapi ... Apakah tante Rumiah ada di dalam? Sebaiknya kita harus berhati-hati. Dia sangat jahat, bahkan tidak segan untuk menyakiti orang lain," ujar Gina."Tapi di sana tidak ada mobil sama sekali di garasi, semuanya tidak ada. Apa ayahku dan juga Rumiah lagi keluar, ya? Tapi kok satpam juga tidak kelihatan. Kondisi halaman juga tidak sebersih seperti biasanya," sahut Farrel.Lama mereka berdua berdiam diri sambil mengamati rumah itu. Farrel pun segera mengajak Gina untuk masuk. Ia begitu penasaran dengan kondisi di dalam. Sungguh aneh sekali. Kaca pecah, beberapa mobil yang dimiliki tidak ada satu pun yang terparkir, bahkan satpam penjaga rumah pun tidak ada. Lantas ke mana semua?Farrel mulai membuka pintu gerbang yang ternyata tidak terkunci itu. Membuat mereka senang, karena tidak kesulitan untuk masuk ke dalam rum