Home / Rumah Tangga / NAFKAH YANG TERBAGI / Bab 54 Sosok Menakutkan

Share

Bab 54 Sosok Menakutkan

last update Last Updated: 2025-01-09 09:09:28

Cherly melepaskan kedua tangan dari telinga. Lantas Cherly berdiri hendak mencari ponselnya, dengan meraba lantai.

Dor! Dor! Dor!

"Sudah cukup!" teriak Cherly. Namun, ia terbangun dari tidurnya di atas karpet.

Cherly mengusap buliran keringat yang mengumpul di dahinya. Ternyata Cherly baru terbangun dari tidurnya. Yang baru saja ia alami, hanyalah mimpi. Namun, jantung Cherly masih berdetak hebat, mimpi itu seperti nyata dan sangat menakutkan.

Cherly melirik ke arah jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 18.00. Cherly menghela nafas kasar, tidak seharusnya ia kalah dengan rasa kantuk di jam-jam rawan seperti itu.

Keadaan di luar sudah mulai gelap. Cherly mengintip di balik jendela. Rasa trauma akan mimpi barusan, begitu melekat di diri Cherly. Mimpi itu sangat mengerikan, tak bisa dipungkiri Cherly mulai takut dengan keadaan ini.

"Kenapa aku jadi seperti ini? Padahal sebelum pindah ke sini, aku tidak pernah mengalami hal seperti ini. Bahkan aku juga tidak pernah tidur di waktu mag
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 55 Mayat di Dalam Dinding

    Ceklek!Pintu pun terbuka lebar, menampakkan Denis dan beberapa orang polisi berdiri di depan pintu kostan.Melihat adanya polisi, salah satu anak kost masuk ke satu kamar dan kamar yang lain. Ia memberitahu, perihal adanya polisi, yang datang ke kostan Cherly.Seketika suasana menjadi ramai setelah penghuni kost yang lain keluar dari kamar masing-masing."Cherly, kenapa bisa ada mayat di sini? Apakah terjadi sesuatu?" tanya Denis, ia begitu penasaran.Dengan susah payah, Cherly segera meminta mereka untuk masuk ke dalam."Sebaiknya kalian periksa saja di dalam dinding itu," jawab Cherly.Denis dan beberapa polisi tersebut segera masuk. Mereka tercengang, mendapati salah satu dinding yang telah berlubang."Aku tidak sengaja menemukan mayat di dalam dinding itu, setelah beberapa kali aku bermimpi buruk. Dan puncaknya, mimpi itu berakhir menunjukkan kenyataan bahwa ternyata selama aku tinggal disini, aku tinggal bersama seorang mayat," jelas Cherly, sambil menunjuk ke arah dinding berlu

    Last Updated : 2025-01-09
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 1 Bekas Gigitan

    "Ayah pulang ...." "Ye ... Ayah pulang, pasti bawa makanan enak lagi." Teriakkan Gina, anak perempuan yang baru berusia 4 tahun itu begitu menggema di sebuah rumah kecil. Ia berhambur mengambil bungkusan makanan dari tangan ayahnya. Rusdi, sang ayah yang baru pulang bekerja sebagai office boy itu, langsung masuk ke dalam rumah, disambuthangat oleh istrinya yang bernama Ratri. "Wah ayam goreng, tapi kok ada bekas gigitan," ujar Gina, yang baru saja membuka bungkusan makanan itu. "Masa sih, Nak? Sini coba ibu lihat!" Ratri melihat ayam goreng tersebut. "Loh iya, kok ada bekas gigitan, Mas," imbuh Ratri. "Em ... Mungkin penjual ayam goreng itu salah memasukan ayamnya karena saking ramainya pembeli. Makan saja ya yang ada, mungkin itu bukan bekas gigitan. Masa iya sih bekas gigitan dimasukin dan dijual," sahut Rusdi. Gina yang menatap ayam itu, mengangguk lalu memakan ayam goreng itu dengan lahap. Ratri tersenyum melihat putri semata wayangnya itu begitu menikmati makana

    Last Updated : 2024-08-20
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 2 Teman Lama

    "Ngapain kamu buka-buka ponselku?" tanya Rusdi."Em ... Nggak apa-apa, tadi ada yang telepon. Cuma nggak sempat aku angkat, teleponnya sudah mati," jawab Ratri.Rusdi mengambil ponselnya dari tangan Ratri, dan hendak pergi ke dalam kamar. "Tiana itu siapa, Mas?" Tiba-tiba Ratri bertanya seperti itu, karena penasaran."Bukan siapa-siapa, hanya teman kerjaku," jawab Rusdi yang langsung menutup pintu kamar.Ratri terdiam, kemudian ia mendekati Gina."Kok belum dibuka makanannya, Sayang. Katanya lapar?" tanya Ratri.Gina menggeleng, "Sudah, Bu ... Tapi kok ada sambalnya. Gina kan takut pedas, Bu. Apa ayah lupa?" sahut Gina.Ratri mengernyit, ia meraih bungkusan makanan itu dari tangan Gina. "Sini, Ibu lihat!" seru Ratri.Setelah bungkusan makanan itu dibuka, Ratri merasa heran. Makanan berupa sate yang sudah tercampur sambal. Ada beberapa tusuk sate, yang separuh dagingnya sudah tidak utuh."Kenapa begini, ya?" gumam Ratri.Tak ingin berpikiran buruk tentang suaminya. Kini Ratri berusaha

    Last Updated : 2024-08-20
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 3 Menyelidiki

    Dengan cepat Ratri menoleh ke arah lain. Ia tak menyangka apa yang dilihatnya akan membuatnya syok."Sayang, perut Ibu sakit. Jadi, nggak apa-apa ya, kita pulang! Nanti kapan-kapan kita ke sini lagi makan enak," imbuh Ratri, dengan cepat ia menuntun anaknya keluar dari cafe.Sementara di dalam cafe, Rara tampak kebingungan ketika menoleh ke belakang. "Loh, Ratri mana, ya?" gumam Rara."Cari siapa, Sayang? Ayo sini duduk, kita makan siang sekarang!" seru Dito, suami dari Rara.Dengan wajah bingung, Rara segera menjawab, "Aku lagi nyari teman aku dan anaknya. Tadi aku ajak mereka kensini, untuk makan siang bareng. Tapi kok sekarang nggak ada, ya!" sahut Rara."Mungkin teman kamu sedang ke toilet," ujar Dito.Rara menggedikkan bahu, kemudian duduk bergabung di meja bersama suami dan rekan kerjanya.Ting ....Rara mendapat pesan masuk ketika ia selesai memesan makanan."Maaf, Ra ... Tiba-tiba perut aku sakit. Lain kali saja kita makan barengnya, Ra. Sekali lagi aku minta maaf," ucap Ratri

    Last Updated : 2024-08-20
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 4 Sindiran Mertua

    "Oke, mas. Ini baru permulaan!" gumam Ratri.Hari ini, sengaja Ratri membuatkan makanan berupa sayur katuk bening, dan menyiapkan baju ganti untuk Gina. Ia mengantarkannya ke rumah Marni, sepupunya."Mar, aku titip Gina, ya! Aku masih ada urusan yang sangat penting. Gina nggak rewel, kan? Nggak usah khawatir soal jajannya. Cukup kasih makan saja dia pasti anteng," ujar Ratri sambil menyerahkan makanan dan baju ganti kepada Marni."Baik, Mbak ... Gina memang anteng kok dari tadi. Bahkan dia sendiri ingin menginap di rumahku. Mbak percaya saja padaku. Semoga urusannya cepat selesai," sahut Marni.Pukul 11.00, sebelum melancarkan aksinya menyelidiki Rusdi. Ratri berencana akan mengunjungi rumah mertuanya."Assalamualaikum, Bu ...."sapa Ratri yang telah berada di depan rumah mertuanya.Kebetulan pintu rumah itu terbuka lebar."Wa'alaikumsalam ...." jawab ibu mertua Ratri yang bernama ibu Nunik dan juga adik Rusdiyang bernama Lulu.Terlihat di ruang tamu, keduanya tengah sibukmelihat-liha

    Last Updated : 2024-08-20
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 5 Anak siapa, Mas?!

    Sungguh, apa yang dilihat Ratri itu sungguh menyakiti hatinya.Dengan tubuh gemetar, Ratri kemudian bersiap menaiki ojek yang sudah disewanya tadi. Karena sebelum pergi ke kantor Rusdi, Ratri sempat meminjam uang kepada Marni."Bang, ikuti mobil itu!" tunjuk Ratri pada mobil yang dikendarai Rusdi."Jaga jarak ya, Bang. Jangan sampai kita ketahuan," ujar Ratri yang disambut oleh anggukan tukang ojek itu.Mobil Rusdi keluar dari parkiran, kemudian melaju membelah jalanan yang sedikit padat.Ketika Ratri fokus menatap mobil yang dikendarai Rusdi. Ratri merasa ponsel di dalam saku celananya bergetar. Sebenarnya ia enggan untuk mengangkatnya. Namun, takut jika yang menelpon ada keperluan penting."Mas Rusdi," gumam Ratri ketika layar ponsel itu tertera nama Rusdi."Halo, Mas!" sapa Ratri."Halo, Rat, kok berisik sekali. Kamu ada dimana?" tanya Rusdi."Eh ini aku ... Ada di jalan. Kebetulan aku habis beli sabun cuci piring di warung pinggir jalan," jawab Ratri sekenanya."Oh ... Ini, Rat, a

    Last Updated : 2024-08-20
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 6 Saran Rara

    "Ya Tuhan ...." Ratri tak tahan mendengar ucapan wanita itu, yang terdengar sangat kurang ajar.Ratri bisa menyimpulkan, jika wanita itu adalah istrinya Rusdi. Namun, sejak kapan mereka menikah?Rahang Ratri bergemelatuk menahan amarah. Namun, sebisa mungkin ia redam. Ia tak ingin membuat kekacauan di cafe itu."Kamu yang sabar, Tiana ... Sudah seminggu ini kan aku bersama kalian terus. Bahkan hari ulang tahun anakku saja, aku nomor duakan demi ulang tahun Cherly yang kebetulan dihari dan tanggal yang sama. Percayalah, aku cinta sama kamu. Nanti akhir pekan, aku pulang lagi ke rumah kita." Rusdi berusaha memberi pengertian kepada wanita yang bernama Tiana."Tiana," batin Ratri. Ia teringat akan kontak yang bernama Tiana, yang pernah menghubungi nomor Rusdi, dimalam ulang tahun Gina. Ia juga teringat akan ucapan Lulu yang memuji-muji nama Tiana."Jadi Tiana anggota keluarga Ibu itu maksudnya ini? Terus alasan Mas Rusdi pulang telat, dia sedang merayakan ulang tahun anak itu? Tega kamu,

    Last Updated : 2024-08-22
  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 7 Kangen Ayah

    "Apa-apaan ini, Ratri?" sentak Rusdi, kaget dengan sikap Ratri yang tiba-tiba bersikap tidak sopan seperti itu.Rusdi mengelap makanan yang menempel di wajahnya.Amarah Ratri meledak seketika, saat melihat makanan yang ada di hadapannya. Makanan sisa bekas Rusdi, Tiana dan anaknya. Dada Ratri naik turun dengan tatapan nyalang ke arah Rusdi."Aku tidak butuh makanan bekas kamu dan istri baru kamu, Mas!" berang Ratri.Tubuh Ratri bergetar hebat, ia merasa jijik atas kelakuan Rusdi."Maksud kamu?" tanya Rusdi.Ratri berdecih, ia tersenyum miring dan membuang muka ketika Rusdi bertanya seperti itu."Aku tidak Sudi memakan makanan bekas kalian. Apa kurang jelas? Katakan, apakah makanan yang setiap hari kamu kasih ke Gina, apakah itu juga merupakan makanan bekas?" tanya Ratri dengan penuh penekanan."Makanan bekas apa? Aku beli baru kok, dari uang tips. Kamu jangan coba-coba menuduh aku, ya. Istri baru, istri baru yang mana?" Imbuh Rusdi, namun terlihat gelagapan.Ratri menghela nafas kasar

    Last Updated : 2024-08-23

Latest chapter

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 55 Mayat di Dalam Dinding

    Ceklek!Pintu pun terbuka lebar, menampakkan Denis dan beberapa orang polisi berdiri di depan pintu kostan.Melihat adanya polisi, salah satu anak kost masuk ke satu kamar dan kamar yang lain. Ia memberitahu, perihal adanya polisi, yang datang ke kostan Cherly.Seketika suasana menjadi ramai setelah penghuni kost yang lain keluar dari kamar masing-masing."Cherly, kenapa bisa ada mayat di sini? Apakah terjadi sesuatu?" tanya Denis, ia begitu penasaran.Dengan susah payah, Cherly segera meminta mereka untuk masuk ke dalam."Sebaiknya kalian periksa saja di dalam dinding itu," jawab Cherly.Denis dan beberapa polisi tersebut segera masuk. Mereka tercengang, mendapati salah satu dinding yang telah berlubang."Aku tidak sengaja menemukan mayat di dalam dinding itu, setelah beberapa kali aku bermimpi buruk. Dan puncaknya, mimpi itu berakhir menunjukkan kenyataan bahwa ternyata selama aku tinggal disini, aku tinggal bersama seorang mayat," jelas Cherly, sambil menunjuk ke arah dinding berlu

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 54 Sosok Menakutkan

    Cherly melepaskan kedua tangan dari telinga. Lantas Cherly berdiri hendak mencari ponselnya, dengan meraba lantai.Dor! Dor! Dor!"Sudah cukup!" teriak Cherly. Namun, ia terbangun dari tidurnya di atas karpet.Cherly mengusap buliran keringat yang mengumpul di dahinya. Ternyata Cherly baru terbangun dari tidurnya. Yang baru saja ia alami, hanyalah mimpi. Namun, jantung Cherly masih berdetak hebat, mimpi itu seperti nyata dan sangat menakutkan.Cherly melirik ke arah jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 18.00. Cherly menghela nafas kasar, tidak seharusnya ia kalah dengan rasa kantuk di jam-jam rawan seperti itu.Keadaan di luar sudah mulai gelap. Cherly mengintip di balik jendela. Rasa trauma akan mimpi barusan, begitu melekat di diri Cherly. Mimpi itu sangat mengerikan, tak bisa dipungkiri Cherly mulai takut dengan keadaan ini."Kenapa aku jadi seperti ini? Padahal sebelum pindah ke sini, aku tidak pernah mengalami hal seperti ini. Bahkan aku juga tidak pernah tidur di waktu mag

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 53 Hampir Magrib

    Cherly yang baru saja selesai mandi. Segera makan seorang diri di kostan. Sebelum mandi, ia sempat memasak bahan makanan yang tersedia di dalam kulkas.Waktu telah menunjukkan pukul 17.00 sore. senja mulai menampakkan cahaya jingga. Penghuni kost lain tampak berlalu lalang, ada yang masuk dan ada yang keluar.Cherly begitu menikmati makanan yang baru saja dibuatnya. Hingga tak terasa, ia telah menghabiskan satu piring penuh, membuat perutnya merasa kekenyangan.Selesai makan, seperti biasa Cherly membereskan piring kotor kemudian mencucinya.Sejenak setelah menyelesaikan cucian piringnya. Cherly memainkan ponselnya, dengan bersandar di tembok. Namun, tiba-tiba rasa kantuk mulai menyerang. Cherly melihat jam di layar ponselnya, ternyata sudah menunjukkan waktu hampir magrib.Entah kenapa, di waktu-waktu seperti itu, selalu saja rasa kantuk itu datang. Semenjak menempati kostan itu, kebiasaan buruk Cherly itu dimulai, tidur di waktu mendekati waktu magrib."Nggak boleh tidur, aku harus

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 52 Panggilan Tak Terjawab

    Di dekat gerbang kampus, tampak pak Mukidi tengah berdiri bersandar pada mobil. Beberapa kali ia meniupkan asap rokok yang langsung membumbung tinggi ke udara."Hai, Pak. Sudah lama, ya nungguin?" sapa Gina, ia baru saja selesai kelas dan langsung keluar dari area kampus."Eh, Non Gina sudah keluar. Baru juga sampai, ini lagi santai dulu sambil merokok. Mau langsung pulang sekarang, Non?" tanya pak Mukidi."Jangan langsung pulang, Pak. Antar aku ke toko buku langgananku dulu," jawab Gina."Siap, Non!" Pak Mukidi mengacungkan jari jempolnya ke udara.Lantas Gina langsung masuk ke barisan belakang. Sementara pak Mukidi, bergegas ia mematikan rokok yang masih menyala itu.Sepanjang perjalanan, Gina hanya menatap jalanan dari kaca jendela mobil yang sengaja ia buka sedikit. Semilir angin langsung terasa menerpa wajah Gina. Lalu lalang kendaraan di jalanan itu tampak ramai lancar. Memperlihatkan kesibukan yang tiada hentinya di kota itu.Jarak toko buku langganan Gina cukup jauh dari kampu

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 51 Menutupi Kebenaran

    Gina kemudian mematikan teleponnya, lalu menyelesaikan aktivitas mencuci piringnya."Ayok kita pulang, Sayang. Em ... Lena, terima kasih, ya. Kamu sudah repot-repot masak banyak buat kami," ucap Rusdi.Lena tersenyum sambil mengangguk kecil."Tak apa, Mas. Aku senang kita bisa makan bersama seperti ini," sahut tante Lena.Rusdi dan Gina pun berpamitan pulang. Sampai di rumah, Gina masuk ke dalam kamar. Ia terdiam, teringat akan percakapan Cherly dengan seorang lelaki di sambungan telepon tadi."Kok aku kayak nggak asing dengan suara itu, siapa kira-kira lelaki yang bersama Cherly tadi?" Dalam hati, Gina bertanya-tanya.Malam semakin larut, Gina pun memutuskan untuk istirahat. Ia berusaha membuang jauh pikiran buruk tentang Cherly. Toh yang ia tahu, Cherly adalah saudarinya yang baik. Tidak mungkin Cherly berbuat yang tidak-tidak. Itulah yang Gina lakukan, berpikir positif walau pun jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ia masih bertanya-tanya.Keesokan harinya, Gina yang telah samp

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 50 Keluarga Baru

    "Gina!" Wanita yang sudah tidak muda itu pun tak kalah terkejutnya saat melihat Gina."Ayah, apakah benar Tante Lena ini calon istri Ayah?" tanya Gina.Rusdi mengernyitkan dahinya, ia kemudian mengangguk membenarkan."Jadi, kamu sudah kenal dengan Tante Lena?" tanya Rusdi, yang disambut oleh anggukan kepala Gina."Tante Lena ini tantenya Tessa teman aku di kampus dan pemilik kedai bakso. Kebetulan aku dan Cherly juga sering jajan di sana," jawab Gina.Semua serba kebetulan, mungkin ini yang disebut dengan takdir. Tak menyangka jika Rusdi hendak menikah dengan wanita yang Gina kenal."Ya Tuhan, kok bisa kebetulan gini, ya. Tapi tidak apa-apa, Tante sangat bahagia setelah mengetahui ternyata kamu anaknya Mas Rusdi. Sebentar lagi kamu akan menjadi anakku, kamu anak baik dan Tante sangat menyukai kamu, Sayang. Sebaiknya kita ngobrol di dalam saja. Ayok, Mas, Gina, silahkan masuk!" seru tante Lena.Rusdi dan Gina pun masuk, dan dipersilahkan duduk di sofa ruang tamu."Aku mau tahu dan sang

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 49 Calon Istri Rusdi

    David menghentikan tawanya, ia melirik ke sana kemari, saat orang-orang di perpustakaan itu serempak melihat ke arahnya."Ini, coba baca buku ini. Lucu sekali," jawab David, ia memperlihatkan isi buku yang baru saja ia baca.Gina tersenyum garing, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Entah di mana letak lucunya. Namun, terlihat David begitu terhibur dengan isi buku itu."Lucu, ya?" tanya Gina.David mengangguk, ia kemudian melanjutkan bacaannya."Sst ... Sst, Gina!" Dari ambang pintu, kepala Cherly terlihat menyembul dan melambaikan tangan, menyuruh Gina mendekatinya.Gina yang melihat itu, segera bangkit berdiri kemudian mendekati Cherly."Iya, kenapa, Cher?" tanya Gina."Kamu yang kenapa? Apa kamu nggak sadar, orang yang ada di hadapan kamu itu si David, monster kampus ini. Apa kamu nggak takut dikerjain lagi sama orang itu?" tanya Cherly tak habis pikir.Gina menoleh ke arah David yang masih sibuk membaca buku. Dengan segera, Gina menarik tangan Cherly dan mengajaknya bicara di

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 48 Meminta Persetujuan

    Gina menuruti permintaan Rusdi, ia duduk di sebelah Rusdi setelah menyalami semua yang ada di ruang tamu.Penampilan Rusdi sedikit berbeda dari sebelumnya. Yang semula rambutnya sebagian telah berwarna putih, kini seluruhnya telah berganti warna menjadi hitam. Sehingga tampak terlihat muda dari sebelumnya."Sayang, kamu habis ke mana dulu? Kok baru pulang?" tanya Saga."Aku mampir dulu di kostan Cherly, Yah!" jawab Gina.Ratri menatap wajah Ratri yang terlihat sedikit berbeda."Kamu kenapa, Nak? Kok wajah kamu terlihat sembab?" tanya Ratri, yang disambut oleh gelengan kepala Gina."Aku tidak apa-apa, Bu. Aku hanya lelah saja, hari ini kan hari pertama aku kembali masuk kuliah. Aku jadi belum terbiasa lagi menjalani aktivitas di kampus. Makanya aku mampir dulu di kostan Cherly, untuk mengusir rasa lelahku," dalih Gina.Ratri mengangguk, walau pun perasaannya sebagai seorang ibu, tahu jika putrinya seperti sedang ada masalah. Namun, ia tak ingin memaksakan bertanya, ia takut jika memaks

  • NAFKAH YANG TERBAGI    Bab 47 Curhat

    Gina menerima tisu itu, kemudian menyeka air matanya."Terima kas ...." Gina menghentikan ucapannya, saat ia melihat seseorang yang baru saja menyodorkan tisu kepadanya."Kamu!" gumam Gina, ia menatap orang itu tanpa kedip."Hapus air mata kamu, jangan sampai kamu menjadi pusat perhatian orang-orang di tempat ini," ujar David.Gina mengedarkan pandangan ke berbagai arah. Tampak beberapa orang tengah memperhatikannya yang sedang terisak menangis."Aku antar kamu pulang! Tunjukkan alamat rumahmu di mana," ujar David.Gina membuang muka, ia merasa was-was jika bertemu dengan lelaki ini."Mau apa? Mau bully aku lagi?" tanya Gina.Mata David mendelik ke atas, ia membuang nafas kasar."Di saat-saat seperti ini, bisa-bisanya kamu curiga sama orang yang berniat baik sama kamu," sanggah David.Gina terdiam, ia menatap David begitu tajam."Tidak usah, aku bisa pulang sendiri," tolak Gina, ia kemudian beranjak dan pergi begitu saja meninggalkan David.Gina berjalan kaki menyusuri jalanan di bawa

DMCA.com Protection Status