Share

Precarious

Penulis: Tugce Ent.
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-27 07:22:02

“Rahasia di antara para pria, benarkan Rick?” Rudy menyenggol kakiku.

“Benar! Benar! Ini rahasia di antara kami!”

Untung saja Rudy berpikir cepat!

“Kenapa? Salah satu dari kalian menyukainya?” Judy mengedipkan sebelah matanya.

“Rahasia,” ucapku singkat.

“Benar! Rahasia!” Rudy mengangguk.

“Kalian ini, padahal aku bisa saja membantu kalian untuk mendapatkannya,” ia membusungkan dadanya, “jika kalian tidak mau terbuka, apa boleh buat?”

Judy menatapku dengan sorot mata yang tidak dapat aku artikan, kemudian berbalik dan duduk di kursinya yang kosong.

“Kenapa dia?” gumamku tak sadar.

“Hmm? Ada apa?” Rudy yang tengah membereskan buku ke dalam tas hitamnya menyahut.

“Judy menatapku cukup lama sebelum kembali ke kursinya.”

“Kau ini bodoh atau bagaimana Rick?” Rudy menggelengkan kepala.

“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.”

“Judy menyukaimu...” ucapnya pelan.

“Kau ini ada-ada saja!” aku tidak menanggapi ucapannya.

“Aku dengar anak itu dibunuh!”

“Jangan asal bicara!”

“Tidak, itu memang benar. Aku tetangganya.”

“Benarkah? Siapa pelakunya?”

Suara gemuruh percakapan para gadis di depanku menarik perhatian.

“Kau dengar itu?” Rudy mencolek lenganku sembari memberi isyarat dengan menggerakkan matanya ke depan.

“iya,” aku menganggukkan kepala, lalu menatap Rudy yang tengah tersenyum, “jangan katakan kau- ”

“Benar sekali!” Rudy menatapku dengan wajah bahagia.

“Jangan berkata seperti itu dengan wajah bahagia! Ini kasus pembunuhan!” Aku meliriknya tajam.

“Kau tidak tahu apa cita-citaku?” ia tersenyum sambil mengangkat alisnya dengan ekspresi wajah ‘ayo katakan!’.

Kau baru saja selamat dari kematian Rudy! Jangan mencari masalah!

“Detektif! Ya detektif Sherlock Holmes!”

“Ayo Rick, aku mohon!”

Apa karena ini di dunia game, mereka tidak takut mati?

Menjadi Watson? Ah! Sepertinya tidak buruk. Tidak! Tidak! Tidak! Aku tidak mau menambah masalah lagi.

“Tidak Rudy! Tidak!”

“Aku tahu kau sebenarnya penasaran bukan?” Ia tersenyum menang.

Sial! Dia mengetahuinya!

“Tidak! Rudy tidak!”

“Bukankah kau ingin tahu siapa pelakunya? Apa benar Mary atau Judy? Atau jangan-jangan Rose!”

Rudy benar-benar memancingku!

Sial! Rasa penasaran ini membunuhku!

“Kalau kau tidak mau, baiklah, aku sendiri saja!” Ia berdiri dengan melipat sikunya di depan dada.

Jika terjadi sesuatu pada Rudy maka aku akan benar-benar sendirian.

“Baiklah aku ikut.”

Rudy menatapku dengan mata yang membulat.

“Ka-kau yakin?”

“Kenapa? Kau tidak mau aku ikut andil? Tidak masalah!”

“Kalian... Apa yang kalian bicarakan?” suara Rose terdengar di sebelahku.

*****

Dan akhirnya aku duduk di taman sembari memakan es krim yang Rudy belikan.

“Dan kau tahu? Setelah aku menyebut namamu, Ricky langsung mengiyakan!”

Tu-tunggu! Sepertinya ada yang salah!

“Be...narkah?” Rose menutupi kedua wajahnya.

Yang Rudy katakan benar adanya, tapi setelah itu ia berkata akan bergerak sendiri.

“Aku tak menyangka... Kau memikirkanku...”

Gawat! Gawat! Gawat! Rose salah paham!

Jika aku berkata mengkhawatirkan Rudy, tidak! Tidak! Tidak!

“Tentu saja Rose, kau juga temanku!”

Baiklah! Jawaban aman! Pilihan tepat!

“Aku harap... Selebihnya kita bisa lebih dari teman...”

Apa aku memberinya harapan palsu? Sepertinya tidak.

Aku melirik ke arah Rudy, tapi ia berpura-pura tak melihatku dan bersiul dengan riangnya.

Awas kau Rudy!

“Ehm! Bagaimana rencanamu Rudy?”

“Kita akan mengunjungi kediamannya!”

“Aku rasa... Itu ide yang buruk...”

Aku mengangguk setuju.

“Mencari tahu dari tetangganya?” Rudy mengerutkan dahinya.

“Ide bagus!”

“Sebenarnya... Aku mempunyai seorang kenalan di kepolisian.”

Aku dan Rudy serentak menghadap ke arahnya.

“Rose, aku mohon bantuanmu!” Rudy berlutut di hadapan Rose, “kau mau tubuhku? Akan aku beri-”

“Apa yang kau katakan! Hahaha!” aku membekap mulut Rudy.

“Tenang saja Rick... Aku hanya meminum darah... Tidak seperti apa yang kalian ketahui tentang Succubus.”

Oh begitu rupanya, jadi ia tidak melakukan hal asusila seperti itu.

“Rick, berani-beraninya kau berpikir seperti itu tentang seorang wanita...”

“A-apa yang kau bicarakan Rudy!”

“Wajahmu memerah, kau tahu?” Rudy menahan tawanya.

“Kalian hahaha!” tawa Rose tiba-tiba meledak, “wajar saja... kau berpikir seperti itu Rick...”

“Ah! Aku iri denganmu Rick!” Rudy mengacak-acak rambutnya.

“Sudah! Sudah!” aku membuang batang es krim yang kosong di tanganku ke tanah.

“Sebentar... Aku coba menelponnya...” Rose mengeluarkan ponsel dari sakunya kemudian berjalan menjauh.

Benar! Ponselku! Kalau diingat-ingat... Malam ini! Ya malam ini! Di mana aku bertemu dengan Mary yang tengah berbelanja saat pulang mengambil ponselku yang selesai diperbaiki.

“Rick, kau tidak boleh membuang sampah sembarangan!” Rudy mengambil batang es krim itu kemudian meletakkannya di tanganku, “buang ke tempat sampah!”

Tapi ia tak hanya memberiku batang es krim, ia memberiku plastik pembungkus es kami serta mangkuk es krim miliknya.

“Ini tak adil! Ayo kita batu-gunting-kertas!” tantangku.

Selama tubuh ini berteman dengannya, jika kita melakukan hal ini tubuh ini pasti menang.

“Ah! Aku kalah!” pekikku kesal saat ia mengeluarkan batu, sedangkan yang aku keluarkan gunting.

“Sudah cepat masukkan ke tempat sampah!” Rudy menahan tawa.

Sepertinya hari ini aku agak sial.

Setelah membuang sampah aku kembali ke kursi taman dan menemukan mereka tengah bercakap-cakap.

“Jadi bukan Mary atau Judy?”

“Aku yakin... Bukan mereka...”

“Lalu siapa?”

“Apa yang aku lewatkan?” aku kembali duduk di samping Rudy.

“Setelah jenazahnya di autopsi...”

Bekas gigitan? Bekas cakaran?

Jika itu bekas gigitan, kemungkinan besar Mary yang melakukannya.

Jika itu bekas cakaran, kemungkinan Judy yang melakukannya.

“Ia ditembak seseorang...”

“Ditembak? Bagaimana bisa?” pekik Rudy.

“Saingan ayahnya? Keluarga terlilit hutang?” tebakku.

“Tidak ada motif ... Sepertinya mereka salah sasaran.”

“Salah sasaran?” Rudy mengulangi ucapannya.

“Ada seseorang yang menelpon ambulance dan berusaha menolong anak itu... tapi setelah sampai di sana... tidak ada orang sama sekali. Sepertinya... penembak yang sadar salah sasaran menelpon ambulance.”

“Berarti bukan ia yang diincar? Lalu sia-”

Belum sempat Rudy menyelesaikan ucapannya, Rose menarik Rudy hingga kepalanya menyentuh lututnya yang tertekuk. Dan seperkian detik kemudian sebuah peluru melesat melewati udara yang sebelumnya merupakan posisi awal kepala Rudy.

“Rudy!” pekikku tak sadar.

“Kita harus pergi dari sini!” Rose bangkit dan menarik Rudy yang masih terkejut.

Aku berlari mengikuti Rose yang bersembunyi di balik seluncuran berbentuk gajah.

“Halo! Tuan Raymond! Kami diserang di taman! Iya! Penembak, sniper!” Rose berbicara dari persegi panjang berbaterai ditangannya.

“Rudy! Kau tidak apa?” aku memegang kedua bahunya.

Aku menatapnya, pandangan kaget dan tak percaya terlukis di matanya.

“Aku... Kenapa aku?” ucapnya bingung.

Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan Ibu kandung Rudy!

Aku tidak tahu, ini sudah di luar skenario dari game yang kumainkan!

“Kalian... jangan sampai lengah...” Rose menatap ke sekeliling dengan waspada.

Tak lama sebuah mobil sedan berwarna seperti kopi pekat berhenti di dekat kami, seorang pria berpakaian seragam membukakan pintu dan mempersilahkan kami masuk.

“Ayo kita masuk...” Rose mengulurkan tangan ke arah kami.

*****

“Ricky... ayo kuantar pulang...” Rose tersenyum ke arahku.

“Tidak apa, aku bisa pulang seorang diri.”

Aku memandang gadis manis bermanik kuning di hadapanku.

“Rick... Katakan... Apa yang membuatmu tak menyukaiku...”

Aku terdiam, aku tidak tahu harus berkata apa.

Memang dalam rute Rose, ia akan menangis histeris karena telah mengambil jantung si tokoh utama. Tapi, setelah melihatnya secara langsung, aku tak bisa percaya dengan apa yang aku ketahui dari dalam game.

Kejadian banyak sekali yang berubah, mulai dari selamatnya Rudy sampai perubahan Rose yang tidak sesuai dengan alur cerita.

Aku juga harus mengambil ponsel dari tempat reparasi yang memperbaiki ponselku.

“Hei Ricky... kau kenapa?” Rose yang berdiri di bawah temaramnya lampu malam menatapku penasaran.

“Aku harus mengambil ponselku.”

Siapa penulis cerita dalam game ini, kenapa ponselnya harus rusak? Menyusahkan saja.

“Mau aku... Temani?”

Padahal kukira aku lebih dekat dengan Judy, tapi kenapa akhir-akhir ini kami sering bersama?

“Rick... Kau tidak apa?”

“Ah! Tidak apa-apa!” ucapku spontan.

“Mau... Aku temani pulang?”

Jujur saja, aku sedikit takut, tapi...

“Ti-tidak terima kasih! A-aku pergi dulu!” ucapku sembari berlari dan melambaikan tangan ke arahnya.

Aku harus menjaga harga diriku!

Tapi kalau aku mati tertembak, untuk apa aku mempertahankan harga diriku?

Apa aku harus kembali lagi?

Tidak, sudah terlalu jauh!

Bodoh! Bodoh! Bodoh!

“Maaf, bisa kau tunjukkan di mana alamat ini?” tiba-tiba sebuah suara memanggilku.

Aku memutar kepalaku ke sumber suara dan melihat seorang pria dewasa memakai pakaian kerja berdiri di dekatku.

Tunggu! Pria ini! Pria yang akan membunuhku dalam rute Rose!

Bab terkait

  • My next life as main character in horror dating sim game   Mate

    Kalau aku bersikap baik, mungkin saja ia akan berubah pikiran!Aku harus tenang! Aku harus tenang!“Ka-kalau Paman mau, Paman bisa mengikutiku kebetulan aku juga menuju ke arah yang sama.”Aku tersenyum ke arahnya walaupun keringat dingin mengucur deras.“Terima kasih, tolong bantuannya!” Pria dewasa itu tersenyum.Walaupun ini terdengar gila, tapi aku sebagai calon korban dan dia calon tersangka berjalan bersama menuju alamat itu.Aku harus mengingat-ingat apa motif pria ini membunuhku.“Maaf paman kalau boleh tahu, ada urusan apa Paman?”Ia menghela napas, “sebenarnya Paman mencari rumah mantan istri Paman, kami memiliki seorang anak yang berumur tak jauh darimu, ia memiliki kelainan pada jantungnya.”Ah! Aku ingat! Ia membunuhku untuk mengambil jantungku!Kenapa kau selalu berakhir dengan kematian Ricky?Tiba-tiba Paman itu menangis, “tapi ia tewa

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • My next life as main character in horror dating sim game   Unexpected Help

    “Seperti biasa Zack.” Aku tersenyum pahit. “Benar-benar anak kepala sekolah itu!” Judy mengepalkan tangannya, “Ah iya! Kau dicari oleh tim lomba! Untuk persiapan lomba beberapa hari lagi.” Kalau dalam waktu seminggu aku belum menemukan pelakunya, ada kemungkinan Rudy akan diserang saat mengikuti lomba! Bagaimana ini! Aku harus melakukan sesuatu! “Ah Judy! Kemarin sepulang sekolah kau ke mana?” tiba-tiba saja pertanyaan itu keluar dari dalam mulutku. “Ke-kemarin? Aku berbelanja! Ya! Aku berbelanja,” ucapnya dengan sedikit terbata. Ada apa ini? Kenapa dia terlihat seolah menyembunyikan sesuatu? Mencurigakan! “Rick...” Rose menepuk bahuku. Sebenarnya aku tidak memiliki niat untuk menuduhnya, tapi dengan gelagatnya yang seperti ini, siapa yang akan menututp mata? “Apa yang kau beli Judy?” Aku tersenyum ke arahnya. “A-aku membeli buku tulis hahaha!” tawanya terdengar canggung. “Kenapa kau tampak gelis

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16
  • My next life as main character in horror dating sim game   Link

    “Kakak! Apa yang kau lakukan!” tiba-tiba suara Rose meninggi.“Hee? Kenapa?” jawab suara tanpa wujud itu.“Kakak yang melakukannya pada Ricky kan?”“Lalu? Ada yang salah?” suaranya terdengar tak merasa bersalah.“Tentu saja salah!” ucap Rose tak mau kalah.“Itu bayaran untuk pekerjaanku Rose...”“Pekerjaan?”“Benar pekerjaan! Kalau aku berhasil menangkap pelaku penembakan, Ricky akan menghabiskan malam denganku.”“Tu-tunggu! Aku tidak ingat aku mengatakan itu!” protesku.“Apa kau lupa? Kau memohon untuk menangkap pelaku itu agar Rudy bisa bersekolah lagi bukan? Dan sebagai gantinya, aku bisa menikmati tubuhmu itu.”Apa yang dia katakan! Aku tidak mengatakan hal itu sama sekali!“Rose dengarkan aku! Aku tidak berkata seperti itu!”Rose terdiam, kemudian menatap mataku.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17
  • My next life as main character in horror dating sim game   Secret

    “Ricky?” Wanita itu menatapku dengan terkejut, “padahal sebentar lagi akan ke sekolahmu ternyata malah bertemu di sini.”“Nyonya Julietta?” ucap paman Zanone.“Tuan Zanone?” balasnya tak kalah kaget.Jadi mereka saling mengenal? Apa ada sangkut pautnya?“Jadi paman Zanone mengenalnya?” tanyaku meyakinkan diri.“Benar, kami bekerja di tempat yang sama.”“Kalau begitu kita tidak usah bersusah payah lagi mencari orang itu Paman “ aku tersenyum ke arahnya.“Maksudmu Rick?” tanya paman Zanone tak mengerti.Aku menatap kolega wanita teman paman Zanone, lalu menatap kembali ke arah paman Zanone.“Ja-jadi orang itu?”Aku menganggukkan kepala.“Ada apa denganku?” wanita yang dipanggil nyonya Julietta tampak tak mengerti.“Bisa kita bicarakan ini di ruangan tertutup?” ajak paman Z

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-19
  • My next life as main character in horror dating sim game   Victim

    “Ricky!” pekik Rose.Aku segera berlari ke arah Rose.“Ricky tetap di sini!” pintanya.“Ta-tapi Rose jika terjadi sesuatu padamu bagaimana?” bantahku.“Tenang saja... Aku dapat menjaga diri...”“Baiklah... Hati-hati Rose!” Aku menepuk bahunya, Ia membalas dengan anggukan kepalanya.Tak lama sosoknya menghilang di balik pintu.Apa aku harus meminta bantuan Mary atau Judy?Tidak! Aku harus menyelesaikan ini semua tanpa bantuan Mary ataupun Judy!Tiba-tiba suara tombol pintu terdengar, aku yang tengah berjalan menjauh, memutar tubuh guna melihat siapa yang masuk.Jantungku berhenti sejenak, tubuhku melemas setelah aku melihat sesosok orang asing menggunakan topeng dan memegang sebuah pisau berhiaskan darah segar.“A-ada yang bisa aku bantu?” tanyaku terbata.Tanpa menjawab ucapanku, orang itu berjalan mendekat. Pisau yang ia pegang

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-19
  • My next life as main character in horror dating sim game   Regret

    “Rudy dengarkan aku! Nyonya Julietta itu ibu kandungmu...”“Mana mungkin aku bisa percaya dengan mereka yang ingin membunuhku dan membunuhmu!” Rudy menatapku dengan mata berkaca-kaca.“Iya aku tahu, tapi bukan nyonya Julietta yang melakukannya.”“Kenapa hidup ini tidak adil! Kenapa mereka ingin membunuhku! Apa salahku! Dan kau yang malah menjadi korbannya!” Tangisnya.“Rudy,” paman Zanone menghampirinya, kemudian Ia mengelus pucuk kepala Rudy,” kalau kau berkata hidup ini tak adil, bagaimana dengan mendiang Harry anak Paman?”Aku terdiam, setelah dipikir-pikir kehidupan anak itu lebih tidak adil dan tidak menyenangkan. Di usianya yang masih muda, ia menjadi korban perpisahan orang tuanya. Memiliki penyakit bawaan sejak lahir dan menjadi korban salah tembak, seolah tidak ada kebahagiaan baginya.“Harry telah menjadi korban keegoisan kami, belum lagi penyakit di jant

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-19
  • My next life as main character in horror dating sim game   Someone

    Aku mengambil dan menatap kalung itu dengan seksama, kalung dengan bandul berbentuk bunga tulip berwarna merah dan mengeluarkan sesuatu seperti darah.“A-apa ini darah?” aku menatap ngeri kalung itu.“Benar... Tulip kematian adalah bunga yang berasal dari bibit bunga... Yang diberikan darah Succubus atau Incubus berdarah biru...”“Apa fungsinya?” tanpa takut Rudy memegang bunga itu.“Menyamarkan aroma... Semua manusia yang memakainya... Akan tercium seperti Succubus...” Rose menganggukkan kepala.“Darahnya menghilang!” pekik Rudy kaget.Aku menatap ke lantai dan benar saja tidak ada tetesan darah walaupun darah menetes dari kalung itu.“Bagaimana dengan bajuku?” aku menatap ragu kalung itu.“Tidak akan membekas...”“Baiklah!” Aku memakainya walau sedikit ragu.Tiba-tiba kalung itu bercahaya dan memaksaku menutup mata.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-19
  • My next life as main character in horror dating sim game   Reacher

    “Kenapa kak? Ada apa?” tanyaku bingung.“Kau adalah orang yang aku cari! Orang yang akan membantuku menemukan keluargaku!” ucapnya.Bisa begitu ya? Bagaimana ini bisa terjadi?“Kakak tahu dari mana aku dapat menemukan keluarga kakak?”“Seseorang mengatakan itu padaku! Jika jimat ini berpendar di tangannya maka orang itu akan membantumu mewujudkan mimpiku!” mata kelabu kak Rainer menatapku penuh harap.“Se-sebenarnya aku pernah melihat kalung itu kak, digunakan seorang wanita tapi aku tidak tahu kapan.”“Tidak apa, perlahan-lahan waktu akan menjawabnya!” kak Rainer menepuk bahuku, “tolong bantu aku!”“Tentu saja kak!” aku tersenyum ke arahnya.“Andai saja aku dapat bertemu dengan orang yang memberikan jimat ini,” ucap kak Rainer dengan nada kecewa.“Memangnya bagaimana ceritanya kakak dapat jimat itu?” t

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-20

Bab terbaru

  • My next life as main character in horror dating sim game   Another Way

    “A-apa? Ibu ke rumah?” Rudy tergagap.“Benar, Yang Mulia ingin mengenalkan diri pada nenek,” sahut kak Daniel yang tengah memegang kemudi.“Dan sekarang terjebak di rumah,” tambah kak Rainer.“Terjebak bagaimana?” Aku mengerutkan dahi tak mengerti.“Seseorang telah membocorkan informasi tentang kedatangan Yang Mulia,” kak Rainer membuka dasbor mobil, “dan lihat apa yang kami temukan!”“Bom!” Aku dan Rudy berteriak secara tak sadar.“Tenang saja ini sudah kami jinakkan!” Kak Rainer menutup kembali dasbor mobil.“Sepertinya seseorang berusaha membunuh Ibumu Rudy!” kak Daniel menatap Rudy dari pantulan kaca spion.“Apa kak Jasmine tidak bisa menolong?”“Jasmine sedang sibuk sekarang, ada keanehan dalam tubuh Rose” Kak Daniel melambatkan laju mobil, “dan sekarang aku harus mengantarmu ke rumah Rose.”Apa? Mengantarku ke rumah Rose?“Bagaimana dengan Rudy? Bukankah berbahaya kalau Rudy ada di sana?” tanyaku bingung.“Rudy akan kami bawa ke Lavenburg.”“Apa? Tidak! Aku tidak mau!” Rudy meni

  • My next life as main character in horror dating sim game   Hidden

    “Kau! Sejak kapan kau memilikinya?”“Kenapa kau tidak memberi tahuku?”“Apa saja yang dapat kau lakukan?”Kak Jasmine membordir pertanyaan, tidak membiarkan aku menjawabnya.“Hei Jasmine, beri Ricky kesempatan untuk menjawab terlebih dulu!” Ujar kak Rainer sembari menepuk bahunya.“Kau juga! Bukankah kita sepakat untuk berbagi informasi tentang anak ini?” kak Jasmine mengerutkan alisnya kesal.A-apa? Berbagi informasi? Aku tidak tahu masalah ini.“Aku juga tidak mengetahui hal ini, aku hanya melihat Ricky yang bergerak dan mengambil pistol itu secara cepat.”“Baiklah aku terima alasan itu, sekarang kau Rick! Sejak kapan kau memiliki kekuatan itu?”“Aku tidak yakin kak,” aku mengerutkan dahi tak mengerti.“Semenjak kalung yang kau berikan Jasmine? Sepertinya aura Ricky terlihat sedikit berbeda setelah memakainya.”“Hhmm... Baiklah...” kak Jasmine mengangguk mendengar ucapan kak Rainer.“kalau begitu ayo kita pergi Rick!” kak Rainer bangun dari duduknya dan membuka pintu kelas yang tela

  • My next life as main character in horror dating sim game   True Colour

    “Oh kalian bermusuhan? Sayang sekali!” Zack mendorongku hingga tersungkur ke tanah.“Jadi sekarang aku bisa dengan bebas menghajarmu!” Ia menendang tubuhku yang terjatuh ke tanah.Tanpa sengaja mataku dan mata Rudy saling menatap, Ia yang tak sengaja lewat berhenti sejenak.“Hei! Mau menolongnya?” Tanya Zack.Tak lama Ia menatapku lagi dan pergi tanpa mengucap sepatah kata pun.“Oh jadi kau membencinya sekarang? Baiklah!”Tiba-tiba Zack menarik tanganku sedangkan tangan kanannya memegang sebuah cutter.“Arghh!” pekikku kala pisau yang Ia pegang melukai urat nadiku.“Ah! Maaf aku tidak sengaja!” ucapnya tanpa merasa bersalah.Darah segar menetes dari tanganku membasahi tanah.“Cepat sembuhkan lukamu! Kalau tidak kau akan mati hahaha!” tawanya sembari berjalan menjauh.Bagaimana kalau ada seseorang yang mencium darahku? Aku ha

  • My next life as main character in horror dating sim game   Cracked

    “Kita berhasil Rick!” Rudy merangkul bahuku.Aku menganggukkan kepala.Tapi apa maksud dari tuan Brigde menatapku seperti itu?"Kalian berhasil!”“Kalian hebat sekali!”“Tak salah tuan Frederick memilih kalian!"Kakak kelas dan teman kami menyanjung keberhasilan kami.“Kalian harus bersiap, sekolah elit Gradestone sangat hebat!”“Benar, bangunannya saja seperti ini, bagaimana pelajarannya?”“Hei bagaimana dengan anak-anak lain?”“Olimpiade matematika kita masuk ke final!”“Benarkah?”“Tim Ilmu pengetahuan alam kita juga masuk ke final!”Apa aku melakukan kesalahan? Apa pengetahuan yang aku ketahui adalah pengetahuan dari masa depan?“Ricky!”Apa yang harus aku lakukan, apa aku harus memilah informasi yang aku ketahui. Tapi bagaimana caranya?“Ricky!

  • My next life as main character in horror dating sim game   Locked

    “Kau tahu kenapa tidak ada yang mendekat walau aroma darah suci tercium dari tubuhmu?” tanya kak Jasmine.“Tidak kak...” jawabku dengan lemas.“Karena kau dekat dengan mereka,” kak Jasmine menepuk kedua jok mobil di depanku, “aromamu tertutup oleh mereka.”"Kami? Ada apa dengan kami?" Sahut kak Rainer."Aku juga tidak tahu, tapi sepertinya jimat kalian yang berjasa."Kenapa seolah aroma tubuhku yang menjadi biang keladinya?“Kau harus memakai deodoran Rick! Hahaha!” tawa Rudy.“Kak... Aku tidak mau memakai ini!” Aku menatap ngeri kalung di balik kemejaku.Aku tidak mau memakai ini, ini terlalu mengerikan!Kalau kepala kucing masih bisa kuterima, tapi kalau ini janin yang masih kecil! Dia manusia! Aku bukan psikopat yang menggunakan bagian tubuh manusia untuk dijadikan aksesoris!“Jasmine aku tidak tahu kau dapat dari mana, tapi bagaimana

  • My next life as main character in horror dating sim game   Reacher

    “Kenapa kak? Ada apa?” tanyaku bingung.“Kau adalah orang yang aku cari! Orang yang akan membantuku menemukan keluargaku!” ucapnya.Bisa begitu ya? Bagaimana ini bisa terjadi?“Kakak tahu dari mana aku dapat menemukan keluarga kakak?”“Seseorang mengatakan itu padaku! Jika jimat ini berpendar di tangannya maka orang itu akan membantumu mewujudkan mimpiku!” mata kelabu kak Rainer menatapku penuh harap.“Se-sebenarnya aku pernah melihat kalung itu kak, digunakan seorang wanita tapi aku tidak tahu kapan.”“Tidak apa, perlahan-lahan waktu akan menjawabnya!” kak Rainer menepuk bahuku, “tolong bantu aku!”“Tentu saja kak!” aku tersenyum ke arahnya.“Andai saja aku dapat bertemu dengan orang yang memberikan jimat ini,” ucap kak Rainer dengan nada kecewa.“Memangnya bagaimana ceritanya kakak dapat jimat itu?” t

  • My next life as main character in horror dating sim game   Someone

    Aku mengambil dan menatap kalung itu dengan seksama, kalung dengan bandul berbentuk bunga tulip berwarna merah dan mengeluarkan sesuatu seperti darah.“A-apa ini darah?” aku menatap ngeri kalung itu.“Benar... Tulip kematian adalah bunga yang berasal dari bibit bunga... Yang diberikan darah Succubus atau Incubus berdarah biru...”“Apa fungsinya?” tanpa takut Rudy memegang bunga itu.“Menyamarkan aroma... Semua manusia yang memakainya... Akan tercium seperti Succubus...” Rose menganggukkan kepala.“Darahnya menghilang!” pekik Rudy kaget.Aku menatap ke lantai dan benar saja tidak ada tetesan darah walaupun darah menetes dari kalung itu.“Bagaimana dengan bajuku?” aku menatap ragu kalung itu.“Tidak akan membekas...”“Baiklah!” Aku memakainya walau sedikit ragu.Tiba-tiba kalung itu bercahaya dan memaksaku menutup mata.

  • My next life as main character in horror dating sim game   Regret

    “Rudy dengarkan aku! Nyonya Julietta itu ibu kandungmu...”“Mana mungkin aku bisa percaya dengan mereka yang ingin membunuhku dan membunuhmu!” Rudy menatapku dengan mata berkaca-kaca.“Iya aku tahu, tapi bukan nyonya Julietta yang melakukannya.”“Kenapa hidup ini tidak adil! Kenapa mereka ingin membunuhku! Apa salahku! Dan kau yang malah menjadi korbannya!” Tangisnya.“Rudy,” paman Zanone menghampirinya, kemudian Ia mengelus pucuk kepala Rudy,” kalau kau berkata hidup ini tak adil, bagaimana dengan mendiang Harry anak Paman?”Aku terdiam, setelah dipikir-pikir kehidupan anak itu lebih tidak adil dan tidak menyenangkan. Di usianya yang masih muda, ia menjadi korban perpisahan orang tuanya. Memiliki penyakit bawaan sejak lahir dan menjadi korban salah tembak, seolah tidak ada kebahagiaan baginya.“Harry telah menjadi korban keegoisan kami, belum lagi penyakit di jant

  • My next life as main character in horror dating sim game   Victim

    “Ricky!” pekik Rose.Aku segera berlari ke arah Rose.“Ricky tetap di sini!” pintanya.“Ta-tapi Rose jika terjadi sesuatu padamu bagaimana?” bantahku.“Tenang saja... Aku dapat menjaga diri...”“Baiklah... Hati-hati Rose!” Aku menepuk bahunya, Ia membalas dengan anggukan kepalanya.Tak lama sosoknya menghilang di balik pintu.Apa aku harus meminta bantuan Mary atau Judy?Tidak! Aku harus menyelesaikan ini semua tanpa bantuan Mary ataupun Judy!Tiba-tiba suara tombol pintu terdengar, aku yang tengah berjalan menjauh, memutar tubuh guna melihat siapa yang masuk.Jantungku berhenti sejenak, tubuhku melemas setelah aku melihat sesosok orang asing menggunakan topeng dan memegang sebuah pisau berhiaskan darah segar.“A-ada yang bisa aku bantu?” tanyaku terbata.Tanpa menjawab ucapanku, orang itu berjalan mendekat. Pisau yang ia pegang

DMCA.com Protection Status