Jolymengerjabkan matanya dan mulai fokus melihat cahaya yang masuk dari jendela yang ada dibalkon kamarnya dan Liam. Joly masih berusaha untuk mengatur nyawanya setelah bangun dari tidur dan menemukan ia bangun sendirian hanya menggunakan selimut dan tampa ada Liam di sampingnya.
Joly meraih handphonenya yang ada di atas nakas dan melihat sebuah notifikasi masuk dari salah satu aplikasi pesan miliknya, yang ternyata dari Liam.
“Honey, aku pergi bekerja dulu. Aku tidak membangunkanmu karena kau tidur dengan sangat nyenyak dan nikmati liburanmu aku sudah mengambilkan libur untukmu selama seminggu.” Tulis Liam di kirimnya.
“Shit! seminggu itu sangat lama.” Kesal Joly lalu langsung menghubungi Liam melalui Handphonenya. Terdengar dari ujung sana sebuah sambungan yang sudah terhubung Joly menunggu beberapa saat sebelum mendengar suara lelaki yang telah seenaknya mengambil libur untuknya.
“Halo...” Suara Liam dari handphone digengaman Joly.
“Honey aku tidak ingin libur!” Ujar Joly cepat saat Liam menjawab panggilannya.
“Honey, tidak ada bantahan kau akan libur selama seminggu. Aku tidak ingin kau lelah.” Ujar Liam.
“Aku pikir kita telah membicarakannya semalam.” Ujar Joly kepada Liam yang telah mengambil libur utuknya tampa seijinnya, bolehkan Joly merasa kesal akan tindakan suaminya. Walaupun suaminya adalah pemegang saham di perusahaan namun Joly tetap berkerja dengan sungguh-sungguh.
“Aku berubah pikiran.” Ujar Liam santai.
“Kenapa berubah pikiran?” tanya Joly menahan emosi sedikit kesal, agar tidak meledak setelah akhir-akhir ini moodnya sering sekali berubah.
“Kau tau sekarang jam berapa?” suara Liam tetap tenang dari ujung sana.
Joly menoleh ke samping untuk melihat sekarang jam berapa, dan Joly sangat terkejut saat mengetahui sekarang sudah hampir siang. Joly bangun pukul sepuluh lewat hampir pukul setengah sebelas siang.
“Pukul...”
“Kau tahu sekarang pukul berapakan, aku sudah menunggu selama satu jam untuk memberikanmu kesempatan untuk tidak mengambil libur. Namun kau terlambat bangun dan waktu telah habis sejak satu jam yang lalu.” Jelas Liam.
“Honey, tapi aku tidak ingin libur.” Joly masih berusaha merayu Liam agar berubah pikiran.
“Honey, kau tahu sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Sudah jelas kau kelelahan ambil liburanmu dan beristirahatlah.” Perintah Liam.
“Aku tidak kelelahan!” bantah Joly.
“Honey sudah jelas kau sangat kelelahan hingga baru bangun sekarang.” Bantah Liam.
“Itu karena kau yang terlalu ganas tadi malam!” teriak Joly mulai kesal dan mulai malu saat menyadari ucapannya.
Liam terkekeh mendengar pengakuan yang diberikan Joly kepadanya.
“Jangan tertawa!” ujar Joly menahan malu.
Liam semakin terkekeh saat mendengar suara Joly yang terdengar merajuk kepadany. “Kau tahu honey,kau membuatku ingin pulang sekarang dan melakukannya lagi denganmu.” Jawab Liam frontal.
Joly yang mendengar berbicara seperti menjadi sedikit salah tingkah, karena tidak biasanya Liam melakukan hal ini. “Kau sangat mesum akhir-akhir ini.” Ujar Joly.
“Khe khe khe benarkah? Apa kau menyukainya?” tanya Liam dengan nada mengoda.
“Tidak!” jawab Joly tegas berusaha menyembunyikan hatinya yang berdetak kencang.
“Aku tahu kau menyukainya.” Liam dengan percaya diri menyatakan keyakinannya.
“Anda sangat percaya diri tuan!” ujar Liam.
“Tentu saja, oleh sebab itu aku dapat membuatmu puas dengan baik nyonya Lington.” Ujar Liam menyeringai dibalik sambungan telephone itu.
“Sepertinya kepalamu terbentur saat diluar kota honey, apakah kita perlu ke dokter? Kau juga harus mengambil libur sepertiku.” Seringai Joly dari balik handhone.
Seringai Liam menghilang saat mendengar perkataan istrinya. “Jangan bermain-main denganku honey. Istitirahatlah aku akan bertemu klien sekarang.” Jawab Liam terdengar datar.
“Kenapa honey? Apakah kau sedikit pusing?” tanya Joly terkekeh mengejek Liam.
“Apakah kau sekarang suka bermain-main honey? Kalau kau memang menyukainya aku akan melakukannya. Tunggulah aku pulang.” Lalu Liam menutup sambungan telephone.
“Halo! Halo!” Joly melihat layar handphonenya dan ternayata panggilan tersebut sudah diputus oleh Liam.
“Liam..!” teriak Joly kesal karena Liam tetap tidak mengijinkannya untuk berkerja.
***
Joly mengambil beberapa potong buah dan memakannya dengan pelan, lalu mengambil posisi ke tempat yang tidak terlalu ramai agar bisa nyaman menyantap makanannya dengan nyaman. Sudah lima belas menit Joly berdiri dan buah yang ia ambil telah berganti dengan segelas anggur merah.
Liam, entah kemana perginya lelaki itu. Liam tibatiba mengirimkan sebuah gaun kepadanya dan mengatakan mereka kan menghadiri pesta. Dan di sinilah akhirnya Joly berdiri sendirian karena pergi meninggalkan lelaki itu utnuk ke toilet. Joly sudah memperhatikan tamu-tamu yang ada di depannya namun tidak melihat keberadaan suaminya.
“Nona... aku rasa kau butuh teman.” Ujar seorang lelaki yang beridiri disamping Joly entah sejak kapan. Joly tidak begitu mempedulikannya, entah siapa yang mulai di rayunya.
“Nona perhatikan wajahmu, kenapa kau memasang wajah seperti itu”.ujarnya terkekeh. Membuatku semakin binggung apakah lelaki ini berbicara kepadaku. Aku menoleh ke arah belakang memastikan lelaki itu menatap atau tidak dan ternyata tidak ada orang lain di sini selain kami berdua.
“Sorry?” jawab Joly binggung dan berusaha bersikap sopan.
“Wajahmu, sangat lucu dan membuatku ingin tertawa” ujarnya lagi.
“sorry sir... apakah anda berbicara kepadaku?” tanya Joly menyakinkan diri
“Hahaha... Tentu saja aku bicara denganmu. Tidak ada orang lain di sini.” Ujar lelaki itu
“Sorry...tapi apakah kita saling kenal?” Tanya Joly menyindir lelaki yang dengan tidak tahu malu berbicara seenaknya kepadanya.
“hahaha kita belum saling kenal. Tapi kita pernah bertemu sebelumnya” ujar nya dengan santai.
Joly memperhatikan lelaki yang ada di depannya dan berusaha mengingatnya namun tidak menemukannya dalam daftar pertemanannya ataupun termasuk orang prnting yang harus diingat dalam hidupnya.
“kau melupakanku? apakah kau melupakan lelaki setampan aku” Tanyanya dengan percaya percaya diri.
“permisi tuan, jika tidak ada yang penting aku akan pergi.” Hindar Joly tidak ingin berbicara dengan lelaki itu.
“heei... tuggu kenapa buru-buru, kau benar-benar melupakanku? Kita pernah bertemu sebelumnya di sebuah cafe. Kau menatapku saat aku makan ice cream. Itu baru kemarin lusa dan kau sudah melupakanku.” Ujarnya melebih-lebihkan agar terlihat perlu dikasihani.
Aku memutar kembali memoriku saat pergi berjalan-jalan dua hari yang lalu dan melihat lelaki bersama keluarga kecil dan membuat aku ditertawakan.
“sial, lelaki ini baru berjumpa sudah membuatku malu dan pertemuan kedua juga membuatku seperti wanita tua yang pikun.” Batin Joly.
“kau mengingatkukan,hahaha. Aku Alexander dan siapakahnona cantik ini?” Tanya lelaki yang menyebut namanya adalah Alexander.
“Jocelyn.” Jawab Joly datar.
“Ah...Nama yang sangat cantik, kalau begitu bisakah kita saling lebih mengenal?” ujarnya frontal.
“Ah..sayang sekali tuan.Anda datang sangat terlambat. Sudah ada yang mengajakku untuk kenal dan lebih dekat.” Ujar Joly sinis.
“Ah...sayang sekali kalau begitu nona, tapi itu tidak akan menbuatku mundur.” Ujarnya mengulang perkataan Joly.
“Sayang sekali saya tidak tertarik dengan tawaran anda, Permisi!” ujar Joly kesal dan pergi meninggalkan lelaki itu saat melihat suaminya Liam.
“Liam, aku mencarimu! Dari mana?” Tanya ku dengan nada manja, yang sengaja ku buat agak keras
“Sorry honey, aku ada sedikit urusan dengan Toni.” jawab Liam dan mulai meletak kan tangannya di belakangku lagi.
“Aku lelah bisakah kita pulang?” tanya Joly kepada Liam.
“Apakah Kau minum banyak honey?” tanya Liam sedikit terdengar dingin di telinga Joly.
“Tidak, aku hanya minum beberapa namun sepertinya aku sedikit pusing.” Joly memberi alasan.
“Baiklah, kita pulang sekarang.” Ujar liam.
Tbc
Liam memandangi wajah tidur Joly yang lelap tertidur disampingnya. Liam merasakan semenjak ia pulang dari luar kota seminngu yang lalu Joly sedikit lebih pendiam kepadanya. Wanita itu yang biasanya selalu manja dan banyak bicara kepadanya menjadi aneh dan lebih suka melamun.Liam tidak tahu apa yang terjadi kepada Joly selama ia pergi keluar kota, namun sikap Joly yang sekarang sedikit menganggunya. Liam kembali memangi wanita itu. Wan
Alex mengamati foto yang ada di tangannya seorang wanita muda yang telah bersuami namun sialnya menarik perhatiannya sejak pertama kali bertemu.“Kau akan membakar foto itu dengan tatapamu yang membara itu.” Ejek lelaki muda yang tadi memberikan map itu kepadanya.
Joly memasuki ruangan Liam dengan pelan tampa mengetuk pintu terlebih dahulu. Joly melihat Liam sedang fokus dengan berkas dan layar komputer di depannya. Namun belum sampai Joly ke meja lelaki itu sudah menyadari kedatangannya dan melihat kedatangan joly yang masih berjalan dengan pelan.“Kau sudah sampai.” Sapa Liam dan melepaskan kaca mata yang mengantung di hidunnya mancunngya yang berdiri kokoh.
Liam memasuki ruang kerjanya setelah menyelesaikan rapat untuk melakukan evaluasi atas rencana pembangunan pabrik baru di Jerman karena peningkatan konsumsi wine dan peluang yang menjanjikan dinegara tersebut membuat Liam melirik negara tersebut sebagai lahan bisnis yang akan ia investasikan. Perusahaan Liam sudah melakukan studi lapangan yang mendalam di Jerman dan juga telah melakukan riset pasar yang mumpuni terhadap produk-produk mereka dinegara itu dan be
Joly berjalan menuju ruangan yang ada dikantornya dengan wajah yang sedikit pucat dan terlihat kurang sehat.“Selamat pagi Joly!” sapa Lea asisten Joly.“Selamat pagi Lea!” balas Joly dengan sedikit tersenyum.
Joly memeriksa semua laporan yang diberikan Lea kepadanya tentang proyek yang diminta oleh sebuah perusahaan real estat untuk memakai jasa pengiklan mereka sebagai media mempromosikan hotel mewah di pantai Positano.“Ada apa dengan mereka? Kenapa mereka selalu mengkomplain pekerjaan kita?” Tanya Joly kesal.
Joly mengikuti langkah kaki seorang pelayan wanita yang akan mengantarkannya untuk menemui penanggung jawab proyek iklan hotel yang sedang perusahaannya tangani, setiap langkah yang ia lewati Joly sudah mempersiapkan berbagai pertanyaan dan juga keluhan kepada kliennya itu. Langkah kaki pelayan itu berhenti di sebuah pintu berwarna coklat tua dengan desain ukiran kayu yang khas, Joly tahu ukiran kayu ini adalah kayu jati seperti milik Liam di apar
Liam menatap layar kaca persegi empat yang berada digengamannya, sudah beberapa kali ia menghubungi istrinya dalam bebera jam ini, namun belum ada respon dari wanita yang membuatnya kawatir tesebut. “Hei, kenapa kau terus diam dan tidak menikmati musiknya?!” Tanya Toni yang duduk di sampingnya, karena suara musik yang keras membuat ia berteriak.
Langkah kaki Liam berjalan tegap menyusuri lorong bawah tanah menuju ruangan dimana Toni ditahan, setiap langkah yang dilewatinya membawah aura gelap dan amarah yang mendalam. Seorang penjaga membukakan pintu ruangan saat Liam ingin memasuki ruangan tersebut.Disana nampak temannya yang sudah babak belur dengan tangan dan kaki yang terikat di kursi.Liam melihat wajah mantan temannya itu yang menyeringai mengejek melihat kedatangan.“Cih, kenapa lama sekali kau datang teman, apakah kau sangat berduka atas kematian anakmu.” Ucap Toni mengejek Liam sambil tertawa.Bugh!!! Suara keras yang muncul karena Liam yang menghantamkan tinjunya ke wajah Toni.“Cih…” Ludah Toni masih tetap menyeringai mengejek Liam yang menghantamkan tinju kepadanya.“Apa kau berharap aku menyesali perbuatanku?” Ucap Toni mengejek Liam yang diam.“Apa kau ingin membunuhku sekarang?” Ejek Toni lagi semakin bersemangat untuk mengejek Liam.Hening, tidak ada jawaban dari Liam, lelaki itu memilih menarik kursi yang ada
Liam memandang nanar wajah pucat Joly, darah terus mengalir dari bagian bawah tubuh istrinya. Darah itu terus mengalir hingga Liam dapat merasakan cairan membasahi kursi mobil yang sedang melaju dengan kecapatan gila.Ini semua salahnya yang tidak bisa melindungi istrinya, sesal Liam.“Ku mohon, cepatlah.” Ucap Liam mulai panik melihat Joly kehilangan kesadarannya.Tampa sadar air mata Liam mengalir melihat joly yang pucat dan tubuhnya semakin dingin karena banyak mengeluarkan darah.Sedangkan Alex yang sejak tadi mengemudi dengan kecepatan gila, menjadi kalut dan mengemudi dengan kecepatan gila-gilaan, ia hampir tidak peduli bagaimana ia menginjak pedal gas dengan kencang, baginya yang terpenting sekarang adalah sampai ke rumah sakit secepat mungkin.Suasana sunyi jalanan menjadi mencekam, malam berhenti berbisik seolah kehidupan yang ikut terhenti. Untuk pertama kali dalam hidupnya Liam memohon kepada tuhan agar menyelamatkan dua kehidupan di pelukannya.Liam tidak tahu harus berbuat
Desigan suara mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi membelah anginmalam di jalan sepi menuju pinggir kota, suasana gelap dan jalan yang berbelok tidak membuat Liam mengurangi kecepatan mobil yang ia kendarai.Rasa khawatir atas Joly membuatnya tidak berpikir dua kali untuk menginjak pedal gas mobil yang di kendarainya. Bagi Liam sendiri hal terpenting sekarang adalah sampai ke tempat Joly secepat mungkin.Sejak melihat bagaimana wajah Alex yang tergesa-gesa ingin segera meninggalkan ruangan tersebut, tampa memperdulikan keberadaan ayahnya yang merupakan sosok yang selalu ia hormati membuat Liam mempunyai firasat buruk yang tidak bisa ia kendalikan.Firasat buruk yang menghantuinya akhir-akhir ini, sejak hubungannya dan Toni menjadi sangat buruk.Liam menginjak pedal gas mobilnya lebih kuat, dan dengan tekat yang kuat ia ingin segera menemnui keberadaan wanita tercintanya dan berharap semua baik-baik saja.“Aku bersumpah akan sel
Suara tembakan terdengar sangat jelas dari dalam rumah yang Joly tinggali, suasana yang tadinya tenang berubah menjadi begitu mencekam. Penjaga-penjaga yang berjaga satu persatu runtuh menyebabkan keberadaan Joly dan Leon semakin terancam.“Leon…” Panggil Joly ketakutan.“Tenanglah Joly…kau sebaiknya ke kamarmu dan kunci semua pintu dan jendela.” Ucap Leon.“Tidak! Aku tidak akan kemanapun.” Bantah Joly.“Joly! Tenangkan dirimu…pergilah bersembunyi.” Perintah Leon.“Lalu kau mau kemana?!” Tanya Joly panic.“Aku akan berusaha menghambat mereka sampai bantuan datang.” Jelas Leon.“Leon…Hiks..hiks…hiks aku takut…” tangis Joly.“Sssttt….,tenanglah semua akan baik-baik saja. Sekarang pergilah bersembunyi. Berhati-hatilah jangan keluar sampai aku menjemputmu.” Ucap Leon.“Hiks&h
Nampak semua orang yang tadi terlibat dalam keributan di ruangan pesta telah berkumpul di ruangan lain, suasana ruangan menjadi semakin menegangkan karena dua belah pihak yang sama-sama memiliki kuasa.Kedua belah pihak saling mengintimidasi, menunjukan bahwa satu sama lain tidak takut dengan apa yang mereka hadapi.Tuan Red melihat wajah anaknya yang terdapat bekas pukulan keras dari anak muda yang berdiri tidak jauh darinya dan masih menatap tajam penuh intimidasi satu sama lainnya.“Jelaskan!” Perintah tuan Red menatap lurus ke depan dengan penuh nada ketegasan.Alex tidak gentar mendengar ucapan daddynya dan begitu pula Liam yang masih menatap tajam lelaki yang telah menyembunyikan istrinya itu.“Apa kalian tidak mendengarku?! APA YANG TERJADI SEBENARNYA!” Teriak tuan Red dengan penuh penekana dalam setiap katanya.Ruangan itu menjadi semakin panas, kedua lelaki muda masih di penuhi amarah
Liam berdiri di salah satu sudut yang berada di dekat gelas-gelas wine merah dan putih berjejer rapi, di dalam gelas-gelas terdapat cairan yang memiliki kualitas tinggi dan dapat memuaskan lidah-lidah tamu-tamu yang mempunyai penilaian tinggi terhadap minuman berkelas itu.Awalnya Liamtidak akan menghadiri pesta yang di adakan oleh salah satu koleganya itu, namun keberadaan Alex di sana pesta itu membuat Liam mengubah pikirannya dan memutuskan hadir di sana.Pemilik pesta adalah salah satu keluarga jauh dari Alex dan kemungkinan kedatangannya di pesta itu telah di pastikan oleh Benny. Lelaki itu cukup sulit Liam temui karena ia juga bukan lawan yang mudah untuk di hadapi, di tambah Liam yang tidak mempunyai bukti akurat membuktikan bahwa Joly bersama lelaki itu.Liam memandang tajam lelaki yang telah menyembunyikan istrinya itu, dari kejauhan, terlihat Alex sedang bersama dengan kedua orang tuannya dan juga bersama seorang wanita yang di beritakan sedang m
Alex berdiri menhadap jendela besar yang ada di ruangannya, dari ruangannya yang berada di lantai tertinngi gedung itu Alex dapat melihat puncak-puncak gedung-gedung yang tidak lebih tinggi dari gedung tempatnya berdiri sekarang.Namun saat ini Alex tidak sedang membanggakan apa yang telah ia peroleh, namun ia sedang memikirkan seorang wanita yang menarik perhatiannya sejak pertama melihatnya. Seorang wanita yang tidak melihat kepadanya sedikitpun walaupun ia telah berkerja keras untuk menarik simpati dan juga hatinya.Padahal wanita lain biasanya selalu berlomba-lomba untuk bisa dekat dengan nya dan juga ingin menghabiskan malam dengan lelaki sepertinya yang merupakan salah satu bujangan paling diminati sekarang, namun semua itu tidak berlaku bagi Joly yang sekarang ada di dekatnya.Wanita itu walaupun berada di dekatnya, namun terasa semakin sulit untuk di miliki. Beberapa bulan yang Alex habiskan untuk menarik perhatian dan juga simpatinya belum sekalip
Sepasang lengan kekar memijit bahu Liam dari belakang, membuat lelaki itu sedikit tersentak karena tidak menyadari kehadiran orang lain di ruangannya, namun dengan cepat Liam kembali bersikap dingin karena ia tahu siapa yang berani masuk dan menyentuhnya tampa ijin darinya.“Bukankah kau akan mati dengan mudah jika kau tidak menjaga tubuhmu.” Ujar lelaki itu memperingatkan Liam.“Bukan urusanmu, dan bisakah kau tidak menyentuhku.” Jawab Liam dingin.Toni tersentak mendengar jawaban dingin Liam yang sejak dulu telah bersamanya itu, apakah dirinya benar-benar tidak memiliki arti lagi di mata Liam.“Kau sangat dingin ...” Jawab Toni tertawa hambar berusaha mencairkan suasana yang kaku di antara mereka berdua.Toni dengan perlahan menarik kembali tangannya dan memilih duduk di sofa yang ada di dalam ruang kerja Liam dan tepat menghadap langsung kepada lelaki itu.“Apa mau mu?” Tanya Liam dingin, Li
Bugh!!!Bugh!!!Bugh!!!Terdengar suara pukulan yang berulang-ulang sejak tadi, nampak seorang lelaki mengenakan kemeja putih dengan lengan kemeja yang sudah ia gulung sampai batas siku dan celana hitam yang membalut kaki panjangnya.Nampak beberapa keringat yang mengalir melalui pelipisnya, menandakan bahwa ia telah cukup lama melakukan kegiatannya. Wajah lelaki itu di penuhi dengan kumis dan jambang yang sudah cukup panjang, menandakan ia belum bercukur untuk merapikan wajahnya.Sorotan matanya sangat tajam dan wajah dinginnya mampu membuat orang-orang saling menunduk tidak berani menatap wajah itu.“Sebenarnya apa yang kalian kerjakan?! Aku sudah membayar kalian mahal!... ,namun sampai sekarang kalian tidak bisa menemukan istriku!” Teriak Liam marah.Semua bawahan Liam merasa sangat tertekan sekarang terhadap amukan bos mereka, kepergian istri yang sangat di cinta membuat emosi tuannya sering meledak dan membuat semua b