Alex mengamati foto yang ada di tangannya seorang wanita muda yang telah bersuami namun sialnya menarik perhatiannya sejak pertama kali bertemu.
“Kau akan membakar foto itu dengan tatapamu yang membara itu.” Ejeklelaki muda yang tadi memberikan map itu kepadanya.
“Kenapa kau masih di sini Peter?” tanya Alex kesal karena telah berani menganggunya menatap wanita di foto itu.
“Tentu saja karena kau belum membayarku untuk jasa yang telah kuberikan itu.” Ujar Peter.
Alex mendengus mendengar jawaban lelaki yang sering ia perintahkan untuk mencari informasi-informasi yang ia inginkan. Walaupun pemuda itu memiliki usia yang terpaut jauh dengannya sekitar delapan tahun. Namun kinerjanya tidak pernah mengecewakannya. Perkenalan dari sebuah klub malam beberapa tahun yang lalu membawanya bertemu seorang Hacker muda yang berbakat. Mungkin hanya Alex yang mengetahui identitas Peter dengan baik.
Alex mengambil uang yang ada dilacinya dan memparnya diatas meja. “Aku rasa itu lebih dari cukup.” Ujar Alex. “Sekarang pergilah!” Usir Alex.
“Hahaha kau memang tidak pernah berubah brother. Beruntung aku menyukaimu.” Ujar peter dengan tersenyum dan mengambil uang di atas meja.
“Sekali lagi kau mengatakan kau menyukaiku, ucapkan selamat tinggal kepada masa depanmu itu!” Ancam Alex dengan kesal.
Mendengar perkataan Alex membuat senyum diwajah Peter menghilang dan dengan segera meninggalkan ruangan itu. Karena apa yang dikatakan Alex kebanyakan bukanlah sebuah candaan. Peter mengetahu itu karena ia sudah lama berkerja untuk lelaki itu. Tentu saja mencari informasi sangat mudah baginya. Bahkan ia sering mematai-matai aktivitas saingan maupun klien bisnis Alex yang ia curigai ingin bermain curang dengannya. Dan Alex tidak akan bermain-main dengan orang yang berani mengusiknya.
***
“Bagaimana dengan perkembangan perbaikan tangki anggur yang bocor itu.” Tanya Liam kepada Toni.
“Semua berjalan lancar, beberapa hari lagi tangki itu akan bisa digunakan lagi.” Jelas Toni melaporkan hasil kerja dari orang-orang yang bertugas memperbaiki kerusakan tangki pabrik mereka.
“Dan bagaimana dengan yang penyelilikannya?” Tanya Liam lagi.
Saat mereka mendapatkan kabar tangki anggur mereka mengalami kebocoran Liam menduga bahwa itu bukanlah sebuah kecelakaan biasa namun ada pihak yang ingin mengusik mereka.
“Dari informasi detektif menyelikinya sudah dapat dipastikan jika kecelakaan itu di sengaja. Dan sekarang mereka hanya perlu mengumpulkan beberapa bukti untuk menagkap pelakunya.” Terang Toni.
“Hm...pastikan dia menyesal melakukan kebodohannya itu.” Ujar Liam dingin.
“Baiklah.” Jawab Toni senang karena ia mendapatkan mainan untuk bersenang-senang.
“Ada yang ingin kau sampaikan lagi?” Tanya Liam kepada Toni yang masih berdiri di depannya.
“Ada apa denganmu belakangan ini?” Toni mempertanyakan perubahan sikap Liam kepadanya yang sedkit lebih dingin. Walaupun biasanya memang selalu dingin. Namun Toni merasa Liam belakangan menjadi leih dingin.
“Tidak ada yang perlu di pikirkan, aku baik-baik saja.” Jawab Liam.
“Benarkah? Lalau kenapa kau membatalkan janjimu?” Toni masih berusaha untuk mencari tahu dengan Liam.
“Tidak ada, pergilah.” Usir Liam kepada Toni yang mulai membuatnya kesal.
Toni mendengus kesal mendengar Liam yang mengusirnya pergi dari ruangan pria itu. Tampa mengucapkan permisi selayaknya atasan dan bawahan Toni pergi meninggalkan ruangan dengan Liam yang masih tidak menoleh dari berkas-berkas yang di periksa lelaki itu.
Setelah kepergian Toni Liam memeriksa pesan masuk di handphonenya dan melihat pesan dari Joly yang mengatakan wanita itu bosan dan akan datang membawakannya makan siang. Liam mengangkat sudut bibirnya saat membaca pesan dari istrinya itu. Pesan itu di kieim lima menit yang lalu saat ia masih berbicara dengan Toni. Mungkin Joly akan sampai sekitar satu jam lagi.
Liam menulis pesankepada Joly bahwa ia meminta istrinya itu untuk membelikannya secangkir kopi Arabian dari tanah Toraja Indonesia salah satu kopi yang menjadi kesukaannya. Rasa kopi yang gurih dan segar yang dihasilkan kopi tersebut membuat pikiranya menjadi lebih segar saat menghadapi pekerjaannya yang selalu padat setiap hari.
***
Joly memasuki gedung yang menjadi kantor suaminya, orang-orang dikantor sudah lama mengetahui bahwa ia adalah istri dari bos mereka. Memang awalnya banyak gosip yang beredar bahwa Joly adalah penggoda karena memiliki hubungan dengan atasan sendiri. Menjadi sektretaris bos membuatnya mempunyai banyak kesempatan untuk mengoda sang bos. Begitulah mulut-mulut orang terus membicarakannya namun pada akhirnya Joly bersyukur karena gosip itu hilang seiring berjalannya waktu.
Joly memasuki lift untuk sampai di lantai dua puluh empat tempat suaminya berada, pintu lift yang terbuka menandakan bahwa ia telah sampai di lantai. Menggunakan lift pribadi pemilik gedung membuat Joly tidak perlu berdesakan dengan karyawan lain. Joly melihat sektretasi yang telah mengantikannya seorang wanita berumur tiga puluh tahun yang sudah dikenal Joly dengan baik.
Bisa dikatakan sektretasris yang mengantikan Joly adalah salah satu temannya dekatnya dulu saat masih berkerja di sini. Walaupun saat itu dia berada di posisi senior namun dia adalah orang yang sangat baik kepada Joly yang baru memulai berkerja di perusahaan sebesar milik Liam. Padahal sebelumnya di hanya berkerja sebagai karyawan biasa di sebuah perusahaan pengiklan kecil. Sehingga merekomendasikannya kepada Liam saat ia hendak mengundurkan diri dari perusahaan.
“Selamat siang Maria!” sapa Joly kepada sektretaris yang masih sibuk berkeja itu.
“Ah... Joly selamat siang!” Balas Maria sedikit kaget karena terlalu fokus berkerja hingga tidak menyadari kedatangan istri bosnya itu.
“Kau terlalu serius Maria,” ujar Joly dengan tersenyum karena melihat wajah Maria yang sedikit terkejut. “Kau akan membuat Liam senang mempunyai karyawan yang pekerja keras sepertimu!” Puji Joly tulus.
“Ha ha ha kau terlalu berlebihan Joly.” Ucap Maria sedikit malu dengan kata-kata Joly.
“Aku serius!” jawab Joly.
Joly mengeluarkan secangkir kopi yang ia beli saat ia membeli kopi untuk Liam. “ ini secangkir kopi untuk sekretaris yang penuh dedikasi.” Ujar Joly sambil menyerahkan kopi itu kepada Maria.
“Variedad Colombia?” Tanya Maria antusias.
“Yes sure,sekarang kau bisa beristirahat dan pergilah makan siang” Jawab Joly tersenyum
“Thank you so much Joly” ucap Maria
Joly tersenyum danmengangguk atas ucapan terimakasih Maria kepadanya. “Aku masuk dulu maria, sekrang pergilah dan tidak usah terburu-buru kembali.” Kata Joly sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Maria.
“Ah...aku mengerti Mrs. Lington.” Jawab Maria tersenyum.
Joly memasuki ruangan Liam dengan pelan tampa mengetuk pintu terlebih dahulu. Joly melihat Liam sedang fokus dengan berkas dan layar komputer di depannya. Namun belum sampai Joly ke meja lelaki itu sudah menyadari kedatangannya dan melihat kedatangan joly yang masih berjalan dengan pelan.“Kau sudah sampai.” Sapa Liam dan melepaskan kaca mata yang mengantung di hidunnya mancunngya yang berdiri kokoh.
Liam memasuki ruang kerjanya setelah menyelesaikan rapat untuk melakukan evaluasi atas rencana pembangunan pabrik baru di Jerman karena peningkatan konsumsi wine dan peluang yang menjanjikan dinegara tersebut membuat Liam melirik negara tersebut sebagai lahan bisnis yang akan ia investasikan. Perusahaan Liam sudah melakukan studi lapangan yang mendalam di Jerman dan juga telah melakukan riset pasar yang mumpuni terhadap produk-produk mereka dinegara itu dan be
Joly berjalan menuju ruangan yang ada dikantornya dengan wajah yang sedikit pucat dan terlihat kurang sehat.“Selamat pagi Joly!” sapa Lea asisten Joly.“Selamat pagi Lea!” balas Joly dengan sedikit tersenyum.
Joly memeriksa semua laporan yang diberikan Lea kepadanya tentang proyek yang diminta oleh sebuah perusahaan real estat untuk memakai jasa pengiklan mereka sebagai media mempromosikan hotel mewah di pantai Positano.“Ada apa dengan mereka? Kenapa mereka selalu mengkomplain pekerjaan kita?” Tanya Joly kesal.
Joly mengikuti langkah kaki seorang pelayan wanita yang akan mengantarkannya untuk menemui penanggung jawab proyek iklan hotel yang sedang perusahaannya tangani, setiap langkah yang ia lewati Joly sudah mempersiapkan berbagai pertanyaan dan juga keluhan kepada kliennya itu. Langkah kaki pelayan itu berhenti di sebuah pintu berwarna coklat tua dengan desain ukiran kayu yang khas, Joly tahu ukiran kayu ini adalah kayu jati seperti milik Liam di apar
Liam menatap layar kaca persegi empat yang berada digengamannya, sudah beberapa kali ia menghubungi istrinya dalam bebera jam ini, namun belum ada respon dari wanita yang membuatnya kawatir tesebut. “Hei, kenapa kau terus diam dan tidak menikmati musiknya?!” Tanya Toni yang duduk di sampingnya, karena suara musik yang keras membuat ia berteriak.
Malam ini Alex datang mengunjungi orang tuanya, mereka menghabiskan waktu makan malam bersama. Seperti biasa mommy Alex akan sangat bahagia dan sesekali merecoki Alex dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pasangannya. Untuk masalah itu daddy nya tidak ikut campur karena semua sudah menjadi urusan Alex, cukup Alex mengelola perusahaan dengan baik. Dan tentu s
Liam terus memberikan ciuman yang penuh gairah kepada Joly, tangan Liam dengan pelan yang berada di pinggul Joly mengangkat pinggang wanita itu dan menaikannya ke meja makan. Lalu Liam semakin merapatkan tubuh mereka, dan membuat Joly semakin melebarkan kakinya memeluk lelaki itu dengan kakinya.Joly membelai dada Liam yang sudah terbuka kancing-kancing bajunya dan kedua tangannya mulai turun untuk membuka kaitan celana Liam yang sudah tidak menggunakan ikat pinggang. Liam memundurkan tubuhnya sedikit untuk melihat tindakan istrin
Langkah kaki Liam berjalan tegap menyusuri lorong bawah tanah menuju ruangan dimana Toni ditahan, setiap langkah yang dilewatinya membawah aura gelap dan amarah yang mendalam. Seorang penjaga membukakan pintu ruangan saat Liam ingin memasuki ruangan tersebut.Disana nampak temannya yang sudah babak belur dengan tangan dan kaki yang terikat di kursi.Liam melihat wajah mantan temannya itu yang menyeringai mengejek melihat kedatangan.“Cih, kenapa lama sekali kau datang teman, apakah kau sangat berduka atas kematian anakmu.” Ucap Toni mengejek Liam sambil tertawa.Bugh!!! Suara keras yang muncul karena Liam yang menghantamkan tinjunya ke wajah Toni.“Cih…” Ludah Toni masih tetap menyeringai mengejek Liam yang menghantamkan tinju kepadanya.“Apa kau berharap aku menyesali perbuatanku?” Ucap Toni mengejek Liam yang diam.“Apa kau ingin membunuhku sekarang?” Ejek Toni lagi semakin bersemangat untuk mengejek Liam.Hening, tidak ada jawaban dari Liam, lelaki itu memilih menarik kursi yang ada
Liam memandang nanar wajah pucat Joly, darah terus mengalir dari bagian bawah tubuh istrinya. Darah itu terus mengalir hingga Liam dapat merasakan cairan membasahi kursi mobil yang sedang melaju dengan kecapatan gila.Ini semua salahnya yang tidak bisa melindungi istrinya, sesal Liam.“Ku mohon, cepatlah.” Ucap Liam mulai panik melihat Joly kehilangan kesadarannya.Tampa sadar air mata Liam mengalir melihat joly yang pucat dan tubuhnya semakin dingin karena banyak mengeluarkan darah.Sedangkan Alex yang sejak tadi mengemudi dengan kecepatan gila, menjadi kalut dan mengemudi dengan kecepatan gila-gilaan, ia hampir tidak peduli bagaimana ia menginjak pedal gas dengan kencang, baginya yang terpenting sekarang adalah sampai ke rumah sakit secepat mungkin.Suasana sunyi jalanan menjadi mencekam, malam berhenti berbisik seolah kehidupan yang ikut terhenti. Untuk pertama kali dalam hidupnya Liam memohon kepada tuhan agar menyelamatkan dua kehidupan di pelukannya.Liam tidak tahu harus berbuat
Desigan suara mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi membelah anginmalam di jalan sepi menuju pinggir kota, suasana gelap dan jalan yang berbelok tidak membuat Liam mengurangi kecepatan mobil yang ia kendarai.Rasa khawatir atas Joly membuatnya tidak berpikir dua kali untuk menginjak pedal gas mobil yang di kendarainya. Bagi Liam sendiri hal terpenting sekarang adalah sampai ke tempat Joly secepat mungkin.Sejak melihat bagaimana wajah Alex yang tergesa-gesa ingin segera meninggalkan ruangan tersebut, tampa memperdulikan keberadaan ayahnya yang merupakan sosok yang selalu ia hormati membuat Liam mempunyai firasat buruk yang tidak bisa ia kendalikan.Firasat buruk yang menghantuinya akhir-akhir ini, sejak hubungannya dan Toni menjadi sangat buruk.Liam menginjak pedal gas mobilnya lebih kuat, dan dengan tekat yang kuat ia ingin segera menemnui keberadaan wanita tercintanya dan berharap semua baik-baik saja.“Aku bersumpah akan sel
Suara tembakan terdengar sangat jelas dari dalam rumah yang Joly tinggali, suasana yang tadinya tenang berubah menjadi begitu mencekam. Penjaga-penjaga yang berjaga satu persatu runtuh menyebabkan keberadaan Joly dan Leon semakin terancam.“Leon…” Panggil Joly ketakutan.“Tenanglah Joly…kau sebaiknya ke kamarmu dan kunci semua pintu dan jendela.” Ucap Leon.“Tidak! Aku tidak akan kemanapun.” Bantah Joly.“Joly! Tenangkan dirimu…pergilah bersembunyi.” Perintah Leon.“Lalu kau mau kemana?!” Tanya Joly panic.“Aku akan berusaha menghambat mereka sampai bantuan datang.” Jelas Leon.“Leon…Hiks..hiks…hiks aku takut…” tangis Joly.“Sssttt….,tenanglah semua akan baik-baik saja. Sekarang pergilah bersembunyi. Berhati-hatilah jangan keluar sampai aku menjemputmu.” Ucap Leon.“Hiks&h
Nampak semua orang yang tadi terlibat dalam keributan di ruangan pesta telah berkumpul di ruangan lain, suasana ruangan menjadi semakin menegangkan karena dua belah pihak yang sama-sama memiliki kuasa.Kedua belah pihak saling mengintimidasi, menunjukan bahwa satu sama lain tidak takut dengan apa yang mereka hadapi.Tuan Red melihat wajah anaknya yang terdapat bekas pukulan keras dari anak muda yang berdiri tidak jauh darinya dan masih menatap tajam penuh intimidasi satu sama lainnya.“Jelaskan!” Perintah tuan Red menatap lurus ke depan dengan penuh nada ketegasan.Alex tidak gentar mendengar ucapan daddynya dan begitu pula Liam yang masih menatap tajam lelaki yang telah menyembunyikan istrinya itu.“Apa kalian tidak mendengarku?! APA YANG TERJADI SEBENARNYA!” Teriak tuan Red dengan penuh penekana dalam setiap katanya.Ruangan itu menjadi semakin panas, kedua lelaki muda masih di penuhi amarah
Liam berdiri di salah satu sudut yang berada di dekat gelas-gelas wine merah dan putih berjejer rapi, di dalam gelas-gelas terdapat cairan yang memiliki kualitas tinggi dan dapat memuaskan lidah-lidah tamu-tamu yang mempunyai penilaian tinggi terhadap minuman berkelas itu.Awalnya Liamtidak akan menghadiri pesta yang di adakan oleh salah satu koleganya itu, namun keberadaan Alex di sana pesta itu membuat Liam mengubah pikirannya dan memutuskan hadir di sana.Pemilik pesta adalah salah satu keluarga jauh dari Alex dan kemungkinan kedatangannya di pesta itu telah di pastikan oleh Benny. Lelaki itu cukup sulit Liam temui karena ia juga bukan lawan yang mudah untuk di hadapi, di tambah Liam yang tidak mempunyai bukti akurat membuktikan bahwa Joly bersama lelaki itu.Liam memandang tajam lelaki yang telah menyembunyikan istrinya itu, dari kejauhan, terlihat Alex sedang bersama dengan kedua orang tuannya dan juga bersama seorang wanita yang di beritakan sedang m
Alex berdiri menhadap jendela besar yang ada di ruangannya, dari ruangannya yang berada di lantai tertinngi gedung itu Alex dapat melihat puncak-puncak gedung-gedung yang tidak lebih tinggi dari gedung tempatnya berdiri sekarang.Namun saat ini Alex tidak sedang membanggakan apa yang telah ia peroleh, namun ia sedang memikirkan seorang wanita yang menarik perhatiannya sejak pertama melihatnya. Seorang wanita yang tidak melihat kepadanya sedikitpun walaupun ia telah berkerja keras untuk menarik simpati dan juga hatinya.Padahal wanita lain biasanya selalu berlomba-lomba untuk bisa dekat dengan nya dan juga ingin menghabiskan malam dengan lelaki sepertinya yang merupakan salah satu bujangan paling diminati sekarang, namun semua itu tidak berlaku bagi Joly yang sekarang ada di dekatnya.Wanita itu walaupun berada di dekatnya, namun terasa semakin sulit untuk di miliki. Beberapa bulan yang Alex habiskan untuk menarik perhatian dan juga simpatinya belum sekalip
Sepasang lengan kekar memijit bahu Liam dari belakang, membuat lelaki itu sedikit tersentak karena tidak menyadari kehadiran orang lain di ruangannya, namun dengan cepat Liam kembali bersikap dingin karena ia tahu siapa yang berani masuk dan menyentuhnya tampa ijin darinya.“Bukankah kau akan mati dengan mudah jika kau tidak menjaga tubuhmu.” Ujar lelaki itu memperingatkan Liam.“Bukan urusanmu, dan bisakah kau tidak menyentuhku.” Jawab Liam dingin.Toni tersentak mendengar jawaban dingin Liam yang sejak dulu telah bersamanya itu, apakah dirinya benar-benar tidak memiliki arti lagi di mata Liam.“Kau sangat dingin ...” Jawab Toni tertawa hambar berusaha mencairkan suasana yang kaku di antara mereka berdua.Toni dengan perlahan menarik kembali tangannya dan memilih duduk di sofa yang ada di dalam ruang kerja Liam dan tepat menghadap langsung kepada lelaki itu.“Apa mau mu?” Tanya Liam dingin, Li
Bugh!!!Bugh!!!Bugh!!!Terdengar suara pukulan yang berulang-ulang sejak tadi, nampak seorang lelaki mengenakan kemeja putih dengan lengan kemeja yang sudah ia gulung sampai batas siku dan celana hitam yang membalut kaki panjangnya.Nampak beberapa keringat yang mengalir melalui pelipisnya, menandakan bahwa ia telah cukup lama melakukan kegiatannya. Wajah lelaki itu di penuhi dengan kumis dan jambang yang sudah cukup panjang, menandakan ia belum bercukur untuk merapikan wajahnya.Sorotan matanya sangat tajam dan wajah dinginnya mampu membuat orang-orang saling menunduk tidak berani menatap wajah itu.“Sebenarnya apa yang kalian kerjakan?! Aku sudah membayar kalian mahal!... ,namun sampai sekarang kalian tidak bisa menemukan istriku!” Teriak Liam marah.Semua bawahan Liam merasa sangat tertekan sekarang terhadap amukan bos mereka, kepergian istri yang sangat di cinta membuat emosi tuannya sering meledak dan membuat semua b