EDER POV
Itu kenyataan,
Suka tidak suka,
Terima tidak terima,
Keluargaku tidak seharmonis cerita yang ada.
Well, fakta itu tidak menyakiti-ku lagi. Mereka divorce, saat aku masih belia dan semenjak itu, aku memutuskan keluar dari rumah dan bekerja paruh waktu sebagai model salah satu web fashion di California.
That's why, aku sangat mencintai wajahku.
Sangat bersyukur, Tuhan menganugerahkan wajah tampan hingga mencari uang disaat yang sulit menjadi mudah untukku. Cukup berdiam diri saja, aku sudah menghasilkan jutaan dolar di akun bank-ku.
Aku tidak berniat mencampuri urusan orang tuaku, aku tidak peduli lagi. Mereka orang tua egois yang memilih mengakhiri semuanya daripada memperbaiki. Apa salahnya memperbaiki yang ada? mereka punya anak-anak yang cukup dijadikan alasan untuk tetap tinggal.
Aku pernah memohon, memohon demi aku dan Earl yang saat itu masih sangat membutuhkan Daddy dan Mom. Tapi, tangisan anak remaja bahkan tidak bisa meruntuhkan keegoisan, kemarahan serta keras kepala mereka. Hati mereka sudah membatu,
Apa yang diharapkan dengan orang tua seperti itu? Mereka tidak lebih dari orang tua yang egois, orang tua yang melupakan fakta bahwa mereka memiliki anak remaja yang butuh dibimbing dulu.
Beberapa hari setelah Daddy dan Mommy bertengkar hebat, Mommy memberi ultimatum bahwa ia akan kembali ke Indonesia. Itu tidak berarti buruk hingga aku tahu Mom hanya menyiapkan visa untuk Earl, adikku dan tidak untukku.
"Mom, kenapa aku tidak ikut?" Tanyaku.
"Tidak Eder, kamu harus disini sementara waktu, selesaikan high school-mu. Kita akan membicarakan hal ini lagi."
"Tapi Mom, aku tidak mau dimassion tanpa ada Earl dan Mommy."
"Eder." Daddy yang semula hanya diam melihat kami, bersuara. "Daddy berjanji tidak akan membuat kamu kesepian, Daddy akan selalu pulang lebih awal."
Itu kebohongan.
Kebohongan yang sama sejak aku masih anak-anak.
Awalnya aku menunggu tapi lama kelamaan aku muak untuk menunggu.
Aku menggeleng keras, kembali menatap Mom. "Jika Earl bisa ikut kenapa aku tidak? Earl juga masih bersekolah, kenapa Earl diajak dan aku tidak?"
"Mudah untuk Earl untuk pindah sekolah Eder, kamu harus mengerti nak." Mom berusaha meraih tanganku tapi langsung aku tepis.
Aku marah.
Sangat marah.
"Jika kalian berpisah kenapa harus aku yang merasakannya?" Teriakku.
"Jika kalian bertengkar dan tidak mau hidup bersama kenapa aku yang harus ditinggalkan?" Aku berlari ke arah tangga, membayangkan dimassion sendirian membuatku merasa sesak dan takut,
Aku tidak suka sendirian.
"Eder!" Teriak Mom menghentikanku.
"Aku benci kalian!" Aku menoleh, mengepal tanganku kuat, "Pergilah sesuka kalian, aku tidak akan peduli lagi!"
Benar, Mommy pergi di keesokkan harinya.
Sebagian dariku yang menyesal karena berkata begitu tapi kemarahanku semakin besar mengingat bahkan saat aku menangis pun mereka tidak lagi peduli. Bahkan batu karang pun akan tetap rapuh jika terus diterpa air laut, tapi beda dengan orang tuaku, keegoisan mereka lebih keras daripada apapun.
Setahun..
Dua tahun..
Dan bertahun-tahun kemudian..
Hingga Daddy membawa seseorang, Laura mengubah Daddy semakin mengacuhkanku.
Aku merasa terbuang.
Tingkah laku jalang Laura membuatku memutuskan untuk pergi dan hidup mandiri di usia remajaku. Background orang tua-ku yang kaya tidak membantuku.
Daddy dan Mom mencoba rutin menghubungi-ku tapi aku berusaha untuk mengacuhkan mereka, menjawab sekenanya dan berusaha bahagia dengan hidup yang kupunya.
Aku pergi ke Club, mencoba bagaimana rasanya minuman keras, rokok bahkan aku pernah merasakan bagaimana Kokain bisa membuatku melayang. Itu berlangsung lama hingga Daddy menemukanku sakaw di Apartementku dan merehabilitasi diriku dengan paksa.
Bahkan saat aku hampir mati, aku masih mendengar dengan samar mereka berdebat saling menyalahkan atas kondisiku, aku tersenyum miris bahkan saat kondisi buruk seperti ini, mereka lebih sibuk membenarkan diri mereka masing-masing tanpa menyadari bahwa semua ini adalah kesalahan mereka.
Itu cara nakalku, dan itu tidak berhasil.
Hingga tanpa sengaja, aku menemukan cara lain, cara bagaimana mereka menyadari kesalahan mereka. Seseorang dari agensi model tanpa sengaja menemukanku di sebuah mall besar di California.
Dia, Bryan, seorang Gay yang menawarkan kesempatan untuk menjadi model, memberiku ide, menjadi sukses dengan usahaku sendiri mungkin bisa membuat orang tuaku malu.
Cara ini mungkin berhasil.
Aku mulai bekerja paruh waktu menjadi model, dan mulai hidup sehat untuk menjaga tubuhku.
Dan disinilah aku,
Pemilik Evon Brand, sekaligus model besar dan memiliki bayaran termahal di California,
Eder Von Mirrendeff, yang bahkan tetap cemerlang dan bisa hidup dengan sukses walau tanpa bimbingan siapapun.
Tidak ada balas dendam yang lebih bagus dari itu.
⇝
ANASTASIA POV
Aku hanya diam memperhatikan Eder yang langsung keluar dari mobilku saat sudah memasuki pekarangan rumah. Well, Eder dia lumayan,
Bukan tapi memiliki wajahnya diatas rata-rata, bahkan hampir menyentuh angka sempurna.
Tubuhnya professional dan benar-benar hmm..
Hot man,
Harus aku akui, aku beberapa kali menelan liur-ku sendiri setiap kali mencuri pandang padanya, aku belum pernah melihat tubuh dan wajah yang sangat pas untuk ukuran pria. Eder Von Mirrendeff, dia memiliki pesona maksimal.
Aku keluar dari mobil menyusul Eder yang berjalan melalui pintu pagar berwarna hitam, pintu yang menghubungkan langsung dengan bagian samping rumah. Seolah-olah dia pernah datang ke tempat ini sebelumnya hingga tidak perlu lagi bimbinganku,
Aku berjalan lebih cepat berusaha menyamai langkah lebarnya, "Memangnya kamu tahu rumah saya, main nyelonong aja." kataku agak sewot,
Dia berhenti, berbalik dan menjulang tinggi didepanku.
Postur tubuhnya benar-benar mengintimidasi.
"Kamu tahu nyelonong maksudnya apakan?" Tambahku, lupa kalau saudara tiriku ini Bule.
"Gak susah cari Nugroho Putra penthouses, gue sudah liat seluruh furniture aset keluarga lo lewat majalah exclusive furniture yang terbit bulan lalu."
Ah iya, kenapa bisa lupa, bulan lalu baru saja ada wartawan dan penerbit majalah yang diizinkan untuk kunjungan exclusive kerumah. dan itu diberitakan,
"Oh." Sahutku ber-oh ria.
"Eder!"
Aku menoleh ke sumber suara, itu adalah versi muda beberapa tahun dari Eder.
Hampir seperti buah pinang dibelah dua.
"Hey Earl!"
Oh tuhan, dua jelmaan dewa yunani sekaligus muncul di hadapanku, membuatku menganga untuk sepersekian detik.
Mata biru yang sama persis,
Garis rahang yang sama,
Hidung mancung yang sempurna,
Tapi bibir Eder lebih penuh dan menggairahkan.
Aku mengedipkan mataku, apa yang baru saja aku pikirkan?
Adegan Earl memeluk Eder, menyadarkanku. Bromance goals!
"Kangen sama gue?" Tanya Eder dengan cengiran yang menurutku menyebalkan sesaat setelah Earl melepaskan pelukannya. tapi cengiran itu seperti candu, membuatku ikut tersenyum tanpa alasan.
"Gue kangen uang jajan gue." Sahut Earl, menepuk bahu kakaknya, jawaban asal-asalan Earl membuatku tersenyum semakin lebar.
Earl menoleh ke arahku, dia mengulurkan tangannya padaku, tersenyum kaku, "Saya Earl Von Mirrendeff."
Aku ikut tersenyum canggung. "Hey." Menerima uluran tangannya, "Saya Anastasia Sandhy Nugroho." Langsung melepas jabatan tanganku dan Earl.
"Eder, kamu sudah sampai." Kali ini Tante Yuli muncul dari tembok pemisah.
Tante Yuli langsung memeluk Eder yang masih berdiri kaku, "Miss you so badly, Ed."
Sedangkan Eder, dia tampak diam membisu dalam pelukan Tante Yuli.
Aku memang tidak memiliki seorang Ibu, Tapi, aku tahu tidak ada hubungan anak dan orang tua sekaku itu.
Keluarga mereka baik-baik sajakan?
EDER POVHarus aku akui calon ayah tiriku memang hebat,Bagaimana dia mendesain rumah minimalis ini dengan begitu apik, hunian yang sangat diimpi-impikan setiap orang. Bahkan detail sederhana seperti tatanan hiasan pun diperhatikan sangat baik.Aku tercengang,Nugroho Putra, Dia memang bukan arsitek biasa, tidak hanya kreativitas yang tinggi dia juga punya selera yang bagus.Seperti kamar yang aku tempati saat ini, didominasi dengan warna abu-abu, benar-benar terlihat elegan dan nyaman untuk ditinggali. Aku mengangguk-angguk sekali lagi, meninggalkan koper-ku hanya beberapa meter di dekat pintu. Menjatuhkan tubuh lelahku di kasur empuk yang sedari tadi melambai-lambai ke arahku."Finally." Desahku lesu,Mataku menatap langit kaca yang langsung menampilkan langit luar.Aku menyukai detail ini, sekali lagi aku hanya bisa mengagumi bagaimana calon ayah tiriku yang jenius dalam mendesain interior rumah. Apakah dia tidak keberatan jika kuminta untuk mendesain sebuah rumah untukku di masa d
ANASTASIA POVAku menaruh baju-baju pantai able, entah itu baju renang, bikini, gaun malam atau pun gaun yang akan dipakai saat pernikahan Papa.Sebentar lagi rumah ini akan diisi penghuni baru, Rumah ini tidak akan sama lagi seperti sebelum-sebelumnya. Rumah yang semula hanya diisi aku, Papa, dan beberapa pegawai pembantu rumah tangga mungkin akan terasa ramai karena akan menambah tiga orang sekaligus.Aku mengedarkan pandanganku keseluruh bagian kamar yang sudah kutempati hampir 20 tahun, aku tidak pernah sekalipun pindah kamar, hanya beberapa kali mendekor ulang kamar menyesuaikan dengan seleraku yang suka berubah-ubah mengikuti mode yang ada.Kamar tidur yang pernah berganti cat hingga berkali-kali, dari warna pink - ungu - biru muda - Peach dan berakhir pada warna abu-abu muda. Aku tersenyum singkat, ada perasaan berdebar-debar yang sulit aku ungkapkan setiap kali membayangkan akan hidup bersama dengan calon pendamping Papa.Aku tahu itu bukan hal buruk, tapi aku rasa, akan banya
ANASTASIA POVAku merasa seperti gadis buruk rupa yang mendadak menjadi pusat perhatian, karena dua cowok Bule dengan celana kolor yang males-malesan berjalan disampingku dengan wajahnya sialan mencolok dan berbeda. Bahkan dengan celana kolor yang mereka kenakan tidak mengurangi pesona mereka.Sejak kapan celana kolor terlihat keren dipakai untuk ke mall,Ibarat angsa berbaur dengan bebek. Entah bagaimana aku merasa seperti bebek yang salah berbaur dengan rombongan angsa yang cantik dan elegan,Aku melirik mereka malas, tapi tidak bisa berhenti melirik tingkah mereka. Entah sudah keberapa kalinya aku mencuri pandang kepada mereka berdua.Berjalan dengan tangan disaku,Celingak-celinguk,Dan yang paling menyebalkan, mereka masih mempesona dengan tampang melongonya.Sejak kapan tampang melongo gak tahu apa-apa begitu sedap dipandang.Sedangkan diriku, yang sudah mencoba untuk tampil mempesona terhempas jauh dengan outfit Celana kolor mereka. Eder dan Earl, mereka cocok menjadi model Ce
EDER POVAku bisa melihat bagaimana bentuk pulau Bali sebelum pesawatku mendarat,Ini kali pertama aku ke tempat ini. Dan perasaanku masih berantakan, Ya, aku belum pernah ke Indonesia, bukan berarti aku tidak punya uang tapi Indonesia salah satu negara yang membuatku berfikir dua kali untuk berkunjung setelah Korea Utara.Jangan bertanya kenapa, karena aku sudah cukup lelah mendikte alasannya.Aku melepas Safe Balt saat Pramugari sudah memberi isyarat jika pesawat sudah mendarat dengan aman di Bandara Ngurah Rai, Bali.Tersenyum Samar,Akhirnya aku menginjakkan kaki dengan percaya diri disini.Aku tidak akan mengelak, beberapa tahun yang lalu saat aku sudah bisa mengurus semuanya sendiri, aku sempat berfikir untuk datang kesini, tapi..Aku menaikan bahuku, lupakan saja, sekarang aku disini.Jangan membebani diri dengan pikiranmu sendiri, Ed.Mataku menangkap Earl yang merapihkan dirinya sebelum bangkit dari kursi pesawat yang ia duduki sejak dua jam perjalanan.Perang dingin, ini ma
AUTHOR POVAnastasia terlihat bahagia berlarian dipinggir pantai bersama Arcila, mereka berlarian menghindari ombak sambil sesekali tertawa menertawakan ekspresi lucu satu sama lain.Pantai, merupakan hal terfavorit untuk Anastasia. Dia memiliki angan-angan suatu hari nanti, akan menikah dibawah sinar bintang, dengan ditemani suara deburan ombak dan angin yang tak henti menerpa wajahnya. Impian seorang gadis akan pernikahan idamannya.Seketika gelak tawanya berhenti, saat melihat seseorang Anastasia membeku. Dia bahkan tidak menghindar saat ombak besar menerpa betisnya. Dari kejauhan bisa dilihat bagaimana ekspresi bahagia Anastasia sirna dalam sekejap, senyumnya perlahan menghilang saat ia melihat laki-laki yang pernah menjadi masa lalu gilanya.Laki-laki yang dulu dia fikir akan menikahinya,Laki-laki yang diharapkan mengwujudkan impiannya,Laki-laki yang menjadi alasan untuk setiap mimpi dimasa depannya,Nathan Erlangga.-ANASTASIA POV"Auntie."Panggilan Arcila mengejutkanku, Aku
EDER POVAku menghentikan langkahku saat melihat Anastasia berlari kecil kesana kemari ikut mengatur menata pesta makan malam antar keluarga nanti malam, sesekali dia berbicara pada pelayan seperti memberi intruksi.Sesuatu yang tidak pernah bisa aku lakukan, bersandiwara untuk terlihat baik-baik saja.Dengan gesitnya dia berlari kesana kemari, aku bisa melihat bahwa mendekorasi pesta ini membuatnya senang. Tapi entah kenapa aku kasihan melihatnya,Tak henti-hentinya dia tersenyum, dan berlari hingga tiba-tiba langkahnya berhenti.Anastasia mematung memeluk satu buket cukup besar berisi bunga Lily, membuatku mengerutkan kening karena keheran melihat keceriaannya menghilang persekian detik seperti tertiup angin. Aku berusaha mengikuti arah pandangnya, dan aku menangkap laki-laki bersama seorang perempuan berjalan bergandengan, berbincang ringan dan sesekali tertawa bersama.Nathan, dan entah siapa perempuan yang ada disampingnya.Aku kembali melihat kearah Anastasia, dia masih diposisi
EDER POVAku tidak terlalu suka berada dikeramaian, terlebih berada dilingkungan asing yang sama sekali tidak kukenal. Tapi saat ini aku tidak begitu merasa terbebani karena ada Anastasia yang dengan ringan memperkenalkanku dengan sanak saudaranya, membuatku bisa merasakan berada disebuah keluarga.Lebih tepatnya, keluarga besar.Anastasia memang benar seperti maskot keluarga Nugroho, dia peduli dan mengerti setiap keluarganya, Satu persatu.Mungkin, dia lebih paham bagaimana keluarganya dibandingkan dirinya sendiri."Itu namanya Bastian." Anastasia melambaikan tangannya saat laki-laki berjas hitam melambai lebih dulu kearahnya, "Dia baru selesai kuliah di Australia, padahal masuk kuliahnya barengan aku. Dulu waktu kecil dia gak seganteng itu, ingusan, gak mau pakai baju, gak tahu kenapa bisa secakep itu sekarang.""Lo sering kumpul-kumpul keluarga?" Tanyaku, masih memperhatikan satu persatu keluarga Anastasia yang super banyak itu.Jika aku Anastasia aku tidak yakin bisa mengingat ma
FLASHBACK"Sayang."Laki-laki tampan itu menoleh, dengan langkah cepat Anastasia mendekatinya lalu memeluknya dari belakang."Tunangan aku kok wangi banget, habis mandi ya?" Tanya Anastasia menghirup dalam kaos oblong putih yang dipakai laki-laki yang sudah bersamanya bertahun-tahun.Aroma favoritnya,"Kamu baru pulang? Gimana kuliahnya, kamu harus lulus tahun ini, emangnya kamu gak mau ikut Aku ke Landon buat nerusin kuliah Aku." Sahut laki-laki yang tak lain adalah Nathan, dia berbalik mengubah posisi memeluk gadisnya.Menghelus lembut rambut panjang gadis yang sangat berarti untuknya,"Iya, aku sudah berusaha keras kok, aku pasti Lulus tahun ini." sahut Anastasia dengan semangat,Nathan tersenyum, menghusap hidungnya dengan hidung Anastasia. "Jadi cuti dulu ya dari blog dan desain kamu. Om Nugroho gak akan bilang yes kalau kamu belum lulus.""Daddy pasti bilang yes buat aku, kamu gak perlu khawatir." sahut Anastasia, dia lebih mengenal Ayah-nya lebih daripada yang lain. Dia tau, ji
ANASTASIA POVSaat aku masih muda dulu aku sangat menginginkan putri kecil yang cantik, membayangkan memilki seorang anak perempuan itu sangat menyenangkan. Ramput panjangnya yang bisa aku ikat dengan berbagai model ikatan setiap kali anakku akan berangkat sekolah, pita dan ikat rambut warna warni terhias dengan sempurna diatas kepalanya, membayangkannya saja sudah membuat hatiku terasa hangat dengan perasaan bahagia.Aku ingin menggunakan dress warna atau model senada dengan anak perempuanku nanti, dan mendapatkan Adelaine dalam hidupku benar-benar seperti impian yang menjadi nyata. Tidak hanya itu, masih banyak hal lain yang ingin aku lakukan dengan Adelaine. Aku ingin mewujudkan impianku dulu, saat aku berharap memiliki seorang ibu diwaktu kecil.Sebelumnya hanya impian kosong seorang anak yang tidak memiliki ibu, impian yang tidak pernah bisa aku wujudkan. Tapi sekarang, aku memiliki Adelaine dan aku ingin ia menjadi anak yang istimewah dan selalu bahagia disetiap hembusan nafas
EDER POVSejak waktu yang lama aku berhenti bermimpi, aku tidak lagi memiliki keinginan lain selain sukses dalam karir. Aku berhenti memimpikan setiap hal mengenai keluarga, apapun itu, entah keluarga besarku yang kembali utuh atau aku yang memiliki keluarga kecilku sendiri.Aku bersikap egois untuk apapun yang aku sebut kesuksesan, aku menutup diri untuk apapun yang berkaitan tentang perasaan. Tapi itu yang membuatku semakin kesepian, dan itu menggerogotiku lebih dalam.Setelah aku menyerah pada setiap hal tentang keluarga, semesta malah memberikanku anggota baru dan memaksaku untuk menerima kenyataan jika aku akan memiliki Ayah sambung beserta saudara tiri yang tidak pernah kukenal sebelumnya.Seperti aku yang sudah menyerah akan keluarga, aku tidak dengan mudah menerima itu semua.Aku sempat marah tentu saja, itu tidak sesuai dengan apa yang kuharapkan tapi lagi-lagi tidak ada yang bisa aku lakukan selain menerimanya.Entah mulai dari mana, entah apa yang membuat semua keadaan beru
AUTHOR POVSarah melangkah dengan langkah lebar menghampiri Eder yang masih manahan tubuhnya di tembok, dia menendang kaki Eder membuat pria itu meringis bersamaan dengan tubuhnya yang terjatuh ke lantai. Air mata tidak henti-hentinya jatuh di pipi Sarah dalam lubuk hatinya melihat Eder seperti itu menyiksanya tapi mendengar apa yang Eder katakan sebelumnya membuat hatinya lebih terluka. Sarah menarik rambut Eder menyeretnya menuju pintu kamar dimana Anastasia berada. Eder berusaha menahan tubuhnya tapi saat Sarah menghentak rambutnya ia tidak kuasa melakukan apapun selain membiarkan dirinya dibawa Sarah dengan cara kasar.Sarah membuka pintu itu dengan kasar, langsung mengacungkan pistol yang ada ditangan kanannya pada Anastasia yang tersentak karena kedatangannya, "Aku benar-benar benci akhir yang bahagia.""Itu menyebalkan karena aku satu-satunya yang tidak bahagia, aku tidak akan membiarkan siapapun keluar dengan bahagia dari rumah ini." tambahnya sesekali terisak,Eder yang me
"Berdiri mencintai seseorang sendirian, itu bukan hal yang mudah."EDER POVAku menghembuskan nafas berat saat mendengar suara Sarah yang antusias. Perasaan menyangkal itu muncul, Benarkah sosok yang sangat aku kenal ini bisa menyakiti istriku?Dadaku langsung sesak saat menyadari Anastasia yang menghilang dan aku masih tidak tahu kondisinya sekarang, "Hallo." suaraku gemetar,"Kamu baik-baik saja Ed?" tanya Sarah, Bagaimana bisa baik-baik saja? Aku bingung dengan sikapmu yang biasa saja, aku bingung dengan nada suaramu yang seperti tidak ada masalah,Sarah jika kau bermain-main dengan Anastasia sekarang, itu berarti kau juga bermain-main dengan hidupku, Aku menarik nafasku, berusaha untuk bersikap normal dan tidak mencurigakan, bagaimana sikapku saat ini mungkin akan mempengaruhi keadaan Anastasia. Ya jika Anastasia benar-benar bersamanya, "Aku sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja, apa aku bisa bertemu denganmu?"Jantungku berdegup kencang setelah mengatakan maksudku, Apa di
"Kamu tahu apa yang paling bahaya dari cinta, saat cinta tidak lagi tulus dan berubah menjadi ambisi untuk memiliki seutuhnya. Karena cinta tidak sesuci itu, dia bisa berbahaya jika dimiliki oleh orang yang salah." AUTHOR POVHari demi hari sudah Anastasia jalani, tidak ada semenit pun Anastasia tidak menangis. Ini sudah hari ke dua Anastasia dirumah ini, rumah yang hanya ia ketahui jika Sarah tinggal disini dengan beberapa orang yang tidak pernah Anastasia temui.Selama dua hari ini, Anastasia merasa hidupnya seperti didalam neraka. Berubah 180 derajat dan ia tidak pernah membayangkannya.Sarah datang untuk berdebat dan menyiksanya, entah berapa kali Sarah hampir membunuhnya.Sarah sangat senang bermain-main dengan Anastasia, seperti sengaja membuat Anastasia ketakutan dan memilih untuk mengakhiri hidupnya, bahkan saat Anastasia mengeluarkan darah karena perlakuan Sarah bukannya merasa bersalah Sarah malah tertawa terbahak-bahak merasa puas.Anastasia tidak tahu berapa lama lagi ia
AUTHOR POVAnastasia merasakan pusing yang amat sangat saat membuka matanya, hatinya mencelos seketika menyadari keberadaannya disebuah kamar yang sangat asing untuknya. Dimana aku? batinnya, Hatinya berdegup kencang, tangannya menyentuh perutnya cepat-cepat. Instingnya berkata untuk segera melindungi bayinya,Anastasia hampir melompat saat mendengar tuas pintu berbunyi, tubuhnya seketika membeku saat melihat Sarah masuk kedalam dengan dress bunga-bunga. Senyumannya membuat bulu kuduk Anastasia berdiri, Bagaimana bisa Sarah disini? Anastasia menyadari bahwa ada yang tidak beres disini.Dengan gerakkan lemah gemulai Sarah meletakkan tangannya didepan dada, masih dengan senyum yang menakutkan."Bagaimana tidurmu?" tanya Sarah masih dengan senyuman itu yang membuat nafas Anastasia tercekat."Aku-aku ada dimana?""Kau aman ditempatku." ujar Sarah,Bayangan terakhir kali menyadarkan Anastasia, ada seseorang yang menculiknya, "Apa-" Suara Anastasia bergetar, "Apa kamu menculikku?"Jujur sa
AUTHOR POVSudah seminggu semenjak Eder sampai di Amerika, ia tidak pernah pergi keluar dari Rumah Sakit tempat Hans dirawat.Selama seminggu itu juga Eder tidak melakukan apapun selain menjaga Hans, dia memilih untuk menginap dirumah sakit dibandingkan pulang ke rumah ataupun Mansion Ayah-nya.Eder tidak menangapi semua orang yang ingin menemuinya, bahkan dia mengutus sekretaris Ayah-nya untuk memberi tanggapan atau klarifikasi pada pers yang membuat perkemahan sendiri diarea rumah sakit untuk mendapatkan berita tentang Ayah-nya.Setelah selesai memberi informasi terbaru mengenai kondisi Hans, Sekretaris Hans datang berkunjung untuk memberikan laporan serta menemui Boss besar-nya dan Eder."Dimana jalang itu?" tanya Eder, dia mengingat Laura kekasih Ayah-nya yang tidak kunjung datang sejak ia sampai di Amerika dan menunggui Hans.Sekretaris Hans berdaham, "Tuan besar sudah tidak bersama dengan Laura sudah sejak lama."Eder yang awalnya tidak tertarik menoleh untuk melihat Pria yang u
ANASTASIA POVSemua anggota keluargaku berkumpul di ruang tamu apartemen, mereka semua tampak cemas tapi dari semua ekspresi mereka Eder-lah yang terlihat paling tegang, dia bahkan tidak menggubrisku saat aku berusaha menenangkannya dengan menghusap-husap jemarinya."Anastasia tidak bisa ikut denganku ke Amerika." Aku menoleh pada Eder yang duduk disampingku, Eder menarik nafasnya lalu kembali berkata, "Anastasia sedang hamil besar jadi akan beresiko jika ia berpergian jauh.""Apa?" Aku tersentak, cukup terkejut hingga aku tidak bisa berkata apa-apa."Earl, segera buat visa lo, gue cari penerbangan akhir malam ini, gue berangkat duluan." Eder bangkit dari posisinya, kali ini dia melihat kearah Tante Yuli dan Daddy bergantian, "Tolong jaga Anastasia selama aku tidak ada, aku akan kembali sebelum Anastasia melahirkan."Tante Yuli dan Daddy hanya tertegun melihat Eder, mereka bahkan tidak mengatakan apa-apa saat Eder pergi masuk ke kamar tidur kami.Earl bangkit dari posisinya, "Aku akan
AUTHOR POV Anastasia terbangun dari tidurnya, matanya mengerjap-ngerjap sebentar sebelum ia meraih ponselnya dinakas untuk melihat jam.Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, Anastasia menguap lalu bergerak bangkit dari posisinya.Eder telentang disampingnya, masih menggenakan jeans dan kaos yang ia kenakan semalam.Rasa bersalah memenuhi hati Anastasia, semalam dia dengan kejamnya meminta sesuatu yang mustahil, mana ada tukang ice cream rujak yang jual jam tiga dini hari. Anastasia menghusap rambut Eder sayang sebelum bangkit dari posisinya, dia benar-benar merasa bersalah.Kehamilannya sudah cukup tua hingga membuat Anastasia kesulitan berjalan, pinggangnya selalu terasa pegal, dan kakinya juga membengkak sejak bulan lalu saat kehamilannya menginjak bulan ke tujuh. Anastasia membuka pintu kulkasnya, alisnya bertautan saat melihat rujak dan es krim yang sudah sedikit meleleh dikuahnya. Senyuman mengembang diwajahnya, seakan tahu apa yang dilihat Mommy-nya perut Anastasia bergerak, "I